Penyusunan Bobot dan Model Linier Berganda

setiap variabel mempertimbangkan proporsi rata-rata kepadatan hotspot pada masing-masing faktor sebagaimana disajikan pada Tabel 34. Tabel 34 Bobot mikro variabel penyusun faktor Faktor Variabel Rata-rata Kepadatan Hotspot HDkm² Bobot Fisik Kelerengan slope Z1 0.0831 0.32 Ketinggian elevasi Z2 0.1111 0.42 Suhu bulanan rata-rata Z3 0.0687 0.26 Jumlah 1 Sosial ekonomi dan penutupan lahan Jenis tutupan lahan Z4 0.1413 0.27 PDRB per kapita Z5 0.1622 0.31 Kepadatan penduduk Z6 0.1109 0.21 Jarak darikota kecamatan Z7 0.1129 0.21 Jumlah 1 Faktor terkait air Jarak dari mangrovelaut Z8 0.2382 0.65 Jarak darisungai Z9 0.1289 0.35 Jumlah 1 Berdasarkan nilai bobotnya, faktor utama yang mempengaruhi tingkat kerawanan kebakaran di wilayah studi adalah faktor sosial ekonomi dan penutupan lahan, sedangkan variabel yang paling berpengaruh adalah tingkat ekonomi masyarakat yang digambarkan oleh PDRB per kapita bobot makro- mikro 0.186 dan tipe penutupan lahan bobot makro-mikro 0.162. Pengendalian kebakaran akan lebih efektif apabila strategi yang dibuat memperhatikan penanganan terhadap elemen bahan bakar yang mudah terbakar penutupan lahan savana serta perekonomian wilayah kemiskinan sebagai 2 kelas variabel yang berperan besar terhadap tingginya kerawanan kebakaran di wilayah studi. Tingkat kerawanan kebakaran dengan mempertimbangkan pengaruh bobot dapat dirumuskan oleh model berikut ini : Ym = 0.20F1 + 0.60F2 + 0.20F3 Ym = [0.20 0.32Z1 + 0.42Z2 + 0.26Z3] + [0.60 0.27Z4 + 0.31Z5 + 0.21Z6 + 0.21Z7] + [0.20 0.65Z8 + 0.35Z9] Keterangan : Ym= Skor komposit kerawanan kebakaran F1 = Faktor fisik F2 = Faktor sosek dan penutupan lahan F3 = Faktor terkait air Z1 = Kelerengan slope Z2 = Ketinggian elevasi Z3 = Suhu bulanan rata-rata Z4 = Penutupan lahan Z5 = PDRB per kapita Z6 = Kepadatan penduduk Z7 = Jarak dari kota kecamatan Z8 = Jarak dari mangrovelaut Z9 = Jarak dari sungai

5.5.3 Validasi

Skor komposit kerawanan kebakaran berada pada interval 15.5 – 98.33. Mengacu kriteria pada Tabel 14, terdapat 3 kelas kerawanan kebakaran di wilayah studi. Nilai interval skor komposit dan jumlah hotspot validasi tiap kelas kerawanan ditampilkan pada Tabel 35. Hotspot yang digunakan untuk validasi ini tidak sama dengan hotspot yang digunakan sebagai pembangun model. Tabel 35 Pengkelasan kerawanan kebakaran No Kelas kerawanan kebakaran Interval skor komposit Luas km² Jumlah hotspot 1. Rendah 15.50-63.88 3 269 71 2. Sedang 63.88-79.63 401 55 3. Tinggi 79.63-98.33 205 71 Jumlah 3 875 197 Pada Tabel 35 terlihat bahwa hotspot terkonsentrasi pada kelas kerawanan tinggi dengan nilai rata-rata kepadatan hotspot 0.3463 hotspotkm². Kelas kerawanan kebakaran sedang dan rendah memiliki rata-rata kepadatan hotspot 0.1372 dan 0.0217 hotspotkm². Pola sebaran hotspot pada kelas kerawanan kebakaran tinggi umumnya saling berdekatan sedangkan kerawanan kebakaran rendah bersifat menyebar dan jarang. Posisi hotspot validasi terhadap peta kerawanan kebakaran ditunjukkan pada Gambar 21. Gambar 21 Visualisasi model regresi linier berganda Pada peta terlihat bahwa model dapat menerangkan dengan baik area-area kelas kepadatan hotspot tinggi di bagian selatan dan tenggara wilayah studi Kecamatan Mata Usu, Lantari Jaya dan Tinanggea, namun kurang baik dalam memprediksi sebagian kecil area kepadatan hotspot tinggi di bagian barat daya Kecamatan Watubangga dan timur laut Kecamatan Puriala. Kawasan hutan mangrove sulit terjadi kebakaran, untuk itu peta kerawan kebakaran pada hutan mangrove yang dihasilkan oleh model perlu dikoreksi. Kepadatan hotspot dengan kategori rendah umumnya dapat diprediksi dengan baik oleh model, baik di bagian tengah maupun utara wilayah studi sebagian besar wilayah kecamatan. Hasil visualisasi model selaras dengan data temuan kejadian kebakaran di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai Tahun 2011-2012 berdasarkan data laporan Regu Pengendalian Kebakaran Hutan BTNRAW. Posisi kejadian kebakaran umumnya berada pada kelas kerawanan kebakaran tinggi dan sedang. Keterbatasan data temuan kejadian kebakaran ini adalah pada aspek posisi kejadian kebakaran dimana pada umumnya temuan ini banyak terkonsentrasi di area-area berdekatan dengan aksesibilitas jalan yang difungsikan sebagai jalur patroli petugas. Untuk area-area yang sulit diakses, data yang dimiliki sangat terbatas. Posisi temuan kejadian kebakaran terhadap model dapat dilihat pada Gambar 22. Gambar 22 Posisi temuan kebakaran pada peta kerawanan kebakaran Perhitungan akurasi juga dilakukan dengan cara membandingkan skor komposit yang dihasilkan oleh hotspot pembangun model terhadap skor komposit yang dihasilkan oleh hotspot validasi untuk setiap piksel area Jumlah 3 872