yang belum memahami teknis penangkapan ikan laut. Dengan terciptanya sumberdaya nelayan yang berkualitas akan mampu merubah tradisi lama terutama
dalah hal perolehan modal usaha tidak tergantung kepada pedagang yang membuat nelayan tidak mampu memasarkan hasil tangkapannya. Supaya
bermanfaat nyata, kegiatan pembinaan SDM ini dapat diikuti dengan tindakan perbaikan manajemen usaha perikanan strategi PM-USAHA. Ini penting supaya
usaha perikanan kapal dan alat tangkap bantuan pasca tsunami dapat dioptimalkan pengelolaannya dan nelayan asal profesi lain dapat langsung
mempraktekkan hasil pembinaan yang didapat. Secara umum, kalangan pengusaha, nelayan, dan kalangan ilmuan memberi respon positif terhadap hal ini,
karena pembinaan SDM ini dapat secara langsung meningkatkan produktivitas usaha perikanan yang dilakukan pengusaha dan nelayan di lokasi, dan ilmuan
dapat mentransfer ilmu yang dimilikinya. Kusumastanto 2003 peran pengusaha dan nelayan lokal sangat penting untuk mendukung kemajuan perikanan di era
otonomi saat ini, dimana keberhasilan perikanan di daerah sangat tergantung dari peran stakeholders perikanan terutama yang berkaitan langsung dengan kegiatan
produksi perikanan. Hasil analisis Gambar 22 memperlihatkan pentingnya respon positif
kalangan pengusaha untuk strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan BINA-SDM dibandingkan strategi lainnya untuk pengembangan usaha
perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh. Pengusaha memandang bahwa pembinaan sumberdaya manusia perikanan merupakan pekerjaan pertama yang
harus dituntaskan. Hal ini penting untuk meningkatkan kembali produksi perikanan yang cenderung menurun setelah terjadi tsunami pada tahun 2004.
Menurut Purba 2010 produksi perikanan yang tinggi dan stabil merupakan kunci utama telah berkembangnya kegiatan ekonomi perikanan di suatu lokasi, dan bila
hal ini dapat dipertahankan dapat menarik minat investor dan lembaga keuangan untuk bermitra dalam pengelolaan usaha perikanan yang ada.
Hal yang sama juga terjadi pada kalangan ilmuanpakar, dimana juga menekan pentingnya sumberdaya manusia tersebut. Ilmuanpakar ini juga punya
respon positif terhadap perbaikan manajemen usaha perikanan PM-USAHA, di mana mereka dapat membina nelayan sekaligus langsung membantu pengelolaan
usaha perikanan yang lebih baik terutama dari teknik operasi penangkapan ikan dan manajemen keuangan usaha. Hasil survai lapang menunjukkan bahwa usaha
perikanan terutama usaha perikanan pelagis kecil sebagai pemasok utama protein hewani di Aceh perlu bekerjasama dengan sekolah perikanan dan perguruan tinggi
yang ada untuk mencetat sumberdaya tenaga kerja yang handal. Kerjasama tersebut bisa dalam bentuk pemberian pelatihan, bimbingan teknis, peraktek
langsung pengelolaan suatu usaha perikanan maupun dalam bentuk penyediaan tenaga kerja yang handal. Sekolah Usaha Perikanan Negeri SUPN Ladong
misalnya, setiap tahun menghasilkan lulusan yang siap pakai dan dapat diandalkan dalam menjalankan usaha perikanan perikanan. Namun demikian, hal ini juga
perlu mendapat dukungan dari pemerintah baik pusat maupun daerah PEMDA Aceh karena lulusan tersebut juga membutuhkan jaminan pekerjaan yang layak
secara jangka panjang. Selama ini mereka lebih memilih bekerja pada kapal- kapal perikanan Jepang karena manajemen pengelolaan yang baik dan kepastian
penghasilan yang memadai. Sutisna 2007 menyatakan bahwa keberhasilan pengembangan usaha
perikanan sangat ditentukan oleh peran sumberdaya manusia perikanan yang handal di lokasi. Kualitas sumberdaya manusia perikanan mempunyai pengaruh
besar dalam pemilihan jenis alat tangkap, menetapkan waktu operasi penangkapan ikan, pemeliharaan unit penangkapan, dan sarana-prasarana perikanan, serta
menjamin harmonisasi interaksi pengelolaan perikanan di suatu kawasan. Usaha perikanan pelagis kecil merupakan usaha perikanan yang banyak berkembang di
perairan utara Aceh, dan dalam pengusahaannya banyak melibatkan nelayan dan masyarakat setempat. Kualitas SDM yang menjalankan usaha perikanan pelagis
tersebut sangat menentukan keberhasilan dan pengembangan usaha perikanan tersebut di perairan Utara Aceh Praktek langsung dalam pengelolaan usaha
sehingga terjadi perbaikan manajemen usaha perikanan merupakan harapan utama untuk meningkatkan kinerja usaha perikanan dan daya saingnya dalam penyediaan
produk perikanan yang dibutuhkan pasar, baik pasar lokal Aceh maupun regional Sumatera. Pelaksanaan strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan
BINA-SDM, strategi prioritas yang ditopang dengan pelaksaan strategi perbaikan manajemen usaha perikanan PM-USAHA, strategi kedua dapat
mewujudkan hal ini. Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan pembinaan sumberdaya manusia
perikanan ini sebagai strategi prioritas untuk pengembangan usaha perikanan pelagis di perairan utara Aceh, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,
diantaranya peran dan kepentingan pemerintah. Keberhasilan strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan ini sangat tergantung pada intervensi kepentingan
pemerintah Tabel 24. Intervensi kepentingan pemerintah tersebut dapat berupa setoran pajak kepemilikan kapal, retribusi dari hasil operasi penangkapan ikan,
retribusi usaha jasa perikanan yang berkembang di lokasi, suasana kondusif dalam pengelolaan perikanan, dan lainnya. Intervensi kepentinganperan pemerintah ini
tidak boleh berlebihan terutama di tahap implementasi sehingga mengganggu kenyamanan kegiatan penangkapan ikan. Hal ini dapat menimbulkan konflik
antara pelaku usaha perikanan dengan pemerintah sehingga mengganggu setiap upaya untuk mengembangkan usaha perikanan pelagis kecil termasuk
pengembangan melalui pembinaanpembekalan bagi SDM yang terlibat. Kepentingan pemerintah saat ini telah diakomodir sekitar 15 RK awal=0,15,
dan kalaupun ditingkatkan diharapkan tidak melebihi angka 52,1 RK stabil berkisar 0-0,521. Menurut Wilson et al 2002 peran pengambil kebijakan
sangat dibutuhkan untuk mempercepat pembentukan kelompok SDM yang handal dalam pengelolaan perikanan, namun peran tersebut akan menjadi tidak baik bila
kepentingan pengambil kebijakan telah menjadi prioritas utama pengelolaan.
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan : Perkiraan MSY sumberdaya ikan pelagis
kecil di perairan utara Aceh adalah 15.479 ton setiap tahunnya dan upaya penangkapannya yang optimum F opt sekitar 4,896 trip. Dengan
komoditas unggulan adalah ikan teri, kembung, dan layang. 2. Jenis unit penangkapan ikan pelagis kecil yang secara teknis, biologi, dan
keberlanjutan dapat dikembangkan di perairan utara Aceh adalah jaring insang hanyut, purse seine, payang, dan pukat pantai.
3. Semua jenis unit penangkapan ikan pelagis kecil seperti disebutkan pada kesimpulan no 2, secara finansial layak dikembangkan di perairan utara
Aceh 4. Untuk mengoptimalkan pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di
perairan utara Aceh maka prioritas strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecilnya adalah
a Pembinaan sumberdaya manusia perikanan SDM b Perbaikan manajemen usaha
c Pengembangan teknologi tepat guna dalam penangkapan ikan d Pengembangan kredit pembiayaan usaha perikanan
e Pengembangan zona pemanfaatan dan zona restocking f Perbaikan sistim pengelolaan sarana dan prasarana perikanan
5.2 Saran
Strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di Perairan Utara Acehkiranya dapat dijadikan referensi didalam membuat kebijakan
pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh oleh Pemerintah Provinsi Aceh.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, K.A., Priyono, B.E., Tampubolon, G.H., Naamin, N., dan Djamali, A. 1998. Potensi dan Penyebaran Sumberdaya Ikan Laut di Perairan
Indonesia. Komisi Nasional Pengkajian Stok Sumberdaya Ikan.
Badan Pusat Statistik BPS. 2008. Data Statistik Usaha Kecil dan Menengah UKM. Jakarta.
Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi BRR. 2010. BRR Dinilai Belum Layak Tinggalkan Aceh. http:news.okezone.comread200803271953021
brr-dinilai-belum-layak-tinggalkan-aceh Bank Indonesia. 2010. Kurs Suku Bunga Interest rate Deposito Yang Berlaku
pada periode tahun 2010. Bank Indonesia. Jakarta Berkes, D.F. 1994. Property Rights and Coastal Fisheries, p. 51-62. In Pomeroy,
R.S. ed. Community Management and Common Property of Coastal Fisheries in Asia and The Pasific: concepts,methods and exeriences.
ICLARM Conf. Proc. 45, 189 p.
BBPPI. 2008. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.
Bintoro, G. 1995. Tuna Resources In Indonesia’s Waters : Status, Possible Management Plan, and Recommendations for The Regulation of Fishing
Effort. Hull University. Hull England. M.Sc Dissertation. Unpublished. Brown, D., Staples D., and Smith F., 2005. Mainstreaming Fisheries Co-
management in the Asia Pacific. FAO Regional Office for Asia and The Pacific. Bangkok. Dari website www.fao.org
Bungin, B. 2004. Metode Penelitian Kuantitatif. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Cahyono, B. T. 1995, Manajemen Strategi Pemasaran. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Program Magister Manajemen. Badan Penerbit IPWI
Jakarta. Dahuri, R. 2003. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis
Kelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.
233 hal.
Dahuri, R. 2001. Kebijakan Penertiban Izin Kapal Asing Di Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ZEEI. Seminar Nasional 20 Oktober
2001, Diselenggarakan Oleh HIMASEPA IPB. Jakarta. 9 hal. Dahuri R. 2001. Menggali Potensi Kelautan dan Perikanan Dalam Rangka
Pemulihan Ekonomi Menuju Bangsa Indonesia yang Maju, Makmur dan Berkeadilan. Makalah Pada Acara Temu Akrab CIVA-FPIK, tanggal 25
Agustus 2001. Bogor.
Dajan, A. 1983. Pengantar Metode Statistik. Jilid 1. LP3ES. Jakarta. Hal 313- 332.
Departemen Kelautan dan Perikanan DKP. 2010. Statistik Perikanan Indonesia Tahun 2009. DKP, Jakarta. 101 hal.
Departemen Komunikasi dan Informasi Depkominfo. 2007. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP, http:www.depkominfo.go.id
Departemen Kelautan dan Perikanan DKP. 2004. Rencana Strategis Pembangunan Kelautan dan Perikanan 2001-2004. DKP, Jakarta. 96 hal.
Dinas Kelautan dan Perikanan NAD. 2010a. Statistik Perikanan Aceh Tahun 2009. DKP NAD. Banda Aceh.
Dinas Kelautan dan Perikanan NAD. 2010b. Prospek Pengembangan Potensi Perikanan Nanggroe Aceh Darussalam. DKP NAD. Banda Aceh.
Dinas Kelautan dan Perikanan NAD. 2010c. Bahan Konsultasi Pengembangan Usaha Perikanan NAD. DKP NAD. Banda Aceh.
Ditjen Perikanan Tangkap. 2007. Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2007. DKP, Jakarta.
Dutton, I.M. 1998. Personal Communication About Co-Management in Fisheries Sector. Jurnal Depdagri Vol. 12. Jakarta.
Elfindri. 2002. Ekonomi Patron-klien. Fenomena Mikro Rumah Tangga Nelayan dan Kebijakan Makro. Andalas University Press.
Fauzi, A. 2005. Kebijakan Perikanan dan Kelautan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Food Agriculture Organization [FAO]. 2005. The State of World Fisheries and Agriculture SOFIA. FAO.
Griffin, and Ronald, C. 1991. The Welfare Analytics of Transaction Costs, Externalities and Institutional Choice. American Journal of Agricultural
Economics, 733: 601-614.
Gulland, J.A., 1983. Fish Stock Assessment: Amanual of Basic Methods. Chichester-New York-Brishbane-Toronto-Singapor: John Wiley Sons.
223 p. Hamdan, Monintja, D.R., Purwanto J., Budiharsono S., dan Purbayanto A.
2006. Analisis Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Buletin PSP 15 3: 86-
101.
Hanley ND. and Spash C 1993. Cost-Benefic Analysis and the Environment. Edward Elgar, Cheltenham, UK.
Hanna, S. 1995. Efficiencies of User Participation in Nautral Resource Management. In Hanna, S. and M. Munasinghe eds. In Property
Rights and the Environment - Social and Ecological Issues. Biejer International Institute of Ecological Economics and The World Bank.
Washington, D.C
Hartoto, D., I., Adrianto, L.; Kalikoski, D.; Yunanda, T. eds 2009. Building capacity for mainstreaming fisheries co-management in
Indonesia. Course book. FAOJakarta, DKPJakarta: Rome, dari website : ftp:ftp.fao.orgdocrepfao012i0989ei0989e.pdf
Hendriwan, M.F.A., Sondita, J.Haluan, dan Wiryawan, B. 2008. Analisis Optimasi
Pengelolaan Perikanan
Tangkap dan
Strategi Pengembangannya di Teluk Lampung. Buletin PSP 17 1: 44-70.
Hermawan, M. 2006. Keberlanjutan Perikanan Tangkap Skala Kecil. Disertasi tidak dipublikasikan. Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor
Hou, W. C. 1997. Practical Marketing: An Asia Prespective. Pemasaran Praktis Cara Asia. Penerbit Mega Asia.
Jusuf, G. 1999. The Indonesian Fishery Policy. Proceedings of The 3
rd
JSPS International Seminar on Fisheries Science in Tropical Area. Bali Island –
Indonesia, 19 – 21 August 1999. Ihsan. 2000. Kajian Model Pengembangan Perikanan Tangkap dalam Rangka
Pengelolaan Laut Secara Optimal di Daerah Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Thesis tidak dipunlikasikan. Program Pascasarjana. IPB. Bogor.
106 hal.
Imron, M. 2000. Stok Bersama dan Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Wilayah Perairan Indonesia. Buletin PSP, 9 2: 10 hlm.
International co-operation on fisheries and Environment ICOFE. 2000. Regional Co-Operation In Fisheries and Environment edited by Line
Kjelstrup et.al.. Page 37 -41. Karyana, B. 1993. Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Pelagis di Perairan
Pantai Barat Kalimantan. Jurnal Penelitian Perikanan Laut 72: 33 – 41.
Kimker, A. L. 1994. Tunner Crab Survival in Closed Pots. Alaska Fishery Research Bulletin, 1 2; 179 – 183.
Kuntoro, M dan Listiarini, T. 1983. Analisa Keputusan, Pendekatan Sistem Dalam Manajemen Usaha dan Proyek. Baskara. Bandung. 271 hal.
Kusumastanto, T. 2003. Ocean Policy dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lee, S. M, Moore, L. J, and Taylor, B.W. 1985. Management Science. Edisi ke-2. Boston : Allyn and Bocan, Inc. 247 p.
Liana, T.M, Elmer, M.F, Lenore, P.C. and Alan. G.C. 2001. The Bolinao Community-Based Coastal Resource Management Project. Jurnal of
Community Organizer, Haribon Foundation. Makino, M, Matsuda, H, dan Sakurai, Y. 2009. Expanding Fisheries Co-
management to Ecosystem-Based management : A case in the Shiretoko World Natural Heritage Area, Japan. Journal of Matine Policy. P 207-
2014.
Mamuaya GE., Haluan J, Wisudo SH, dan Astika IW. 2007. Status Keberlanjutan Perikanan Tangkap di Daerah Kota Pantai : Penelaahan Kasus di Kota
Manado. Buletin PSP 16 1: 146-160. Mann, K. H, dan J.R.N. Lazier., 1991. Dynamics of Marine Ecosystems,
Biological-Physical Interactions in the Ocean. Balckwell Scientific Publications. Boston.
Martin V. A and L. Tony, L. R. 1996. The Ecology of The Deep Ocean and Its Relevance to Global Waste Management. Journal of Essay Review.
Southampton Oceanography Centre\ Empress Dock\ Southampton So03 2zh. United Kingdom. 23 Hal
McClary, R. Philosophy of Science. http:mrrc.bio.uci.eduse10 philosophy.html Mumby, P.J, E. P. Green, A. J. Edwards, and C. D. Clark. 1999. The cost-
effectiveness of remote sensing for tropical coastal resources assessment and management. Journal of Environmental Management. 55; 157–166.