Hasil analisis kepentingan komponen pembatas pengelolaan

Menurut pemerintah, potensi sumberdaya ikan POT-SDI sama pentingnya dengan tuntutan berkelanjutan T-LANJUT dalam pengembangan usaha perikanan pelagis kecil. Keduanya juga merupakan komponen pembatasprasyarat yang paling penting di lokasi, yaitu dengan rasio kepentingan RK masing- masing 0,325 pada inconsistency terpercaya 0,06 Gambar 19.. Komponen ekonomi merupakan komponen pembatasprasyarat yang paling rendah kepentingannya dalam pandangan pemerintah dibandingkan empat komponen pembatas lainnya terkait pengembangan perikanan pelagis kecil di lokasi RK=0,127 pada inconsistency terpercaya 0,06. Dalam pandangan ilmuan, tuntutan keberlanjutan T-LANJUT merupakan komponen pembatasprsayarat pengelolaan yang paling berkepentingan dengan pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh RK=0,356 pada inconsistency terpercaya 0,02 Gambar 19. Potensi sumberdaya ikan POT- SDI dan teknisteknologi TEK-LOG merupakan komponen pembatas yang berkepentingan kedua dan ketiga menurut pandangan ilmuan terkait pengembangan perikanan pelagis kecil di lokasi, yang ditunjukkan oleh rasio kepentingan RK masing-masing 0,26 dan 0,194 pada inconsistency terpercaya 0,02. Komponen ekonomi merupakan komponen pembatasprasyarat dengan kepentingan paling rendah RK = 0,124 pada inconsistency terpercaya 0,02. menurut ilmuan terkait pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh. Gambar 19 Hasil analisis kepentingan komponen pembatas pengelolaan menurut pandangan ilmuan.

4.10 .4 Hasil Analisis Prioritas Strategi Pengembangan

Analisis prioritas ini merupakan tahapan akhir dari analisis AHP terkait penentuan prioritas strategi pengembangan perikanan pelagis kecil di perairan Utara Aceh. Dalam analisis AHP, pilihan strategi pengembangan perikanan pelagis kecil yang ditawarkan, dapat disimbolkan dengan : 1. Pengembangan zona pemanfaatan dan zona restocking, disimbulkan dengan ZONA-RES 2. Pembinaan sumberdaya manusia perikanan, disimbulkan dengan BINA-SDM 3. Pengembangan teknologi tepat guna dalam penangkapan ikan, disimbulkan TEP-GUNA 4. Perbaikan sistem pengelolaan sarana dan prasarana perikanan, disimbulkan dengan SIS-SARP 5. Pengembangan kredit pembiayaan usaha perikanan, disimbolkan dengan KR- BIAYA 6. Perbaikan manajemen usaha perikanan, disimbolkan dengan PM-USAHA Hasil analisis rasio kepentingan setiap opsi strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh tersebut setelah diolah menggunakan sofware TeamEC ditunjukkan pada Gambar 20. Gambar 20 menunjukkan bahwa pilihan strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan BINA-SDM mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan lima pilihan strategi pengembangan perikanan pelagis kecil lainnya, yaitu mencapai 0,214 pada inconsistency terpercaya 0,05. Secara statistik, batas inconsistency yang diperbolehkan adalah tidak lebih dari 0,1. Dengan demikian opsi strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan BINA-SDM ini menjadi strategi prioritas untuk pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di perairan Utara Aceh . Pilihan strategi perbaikan manajemen usaha perikanan PM-USAHA menjadi prioritas kedua dalam mendukung pengelolaan perikanan pelagis kecil. Strategi PM-USAHA ini dapat mendorong pengusaha dan nelayan dalam pengelolaan usaha yang lebih baik sehingga lebih kompetitif dalam menghasilkan produk perikanan yang dibutuhkan pasar, terutama dari jenis ikan pelagis kecil. Gambar 20 Hasil analisis prioritas strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil. Tingginya rasio kepentingan opsi strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan ini sudah terlihat dari interaksi beberapa komponen pembatasprasyarat, seperti interaksi pembatas potensi sumberdaya ikan POT-SDI dalam pandangan pengusaha dan interaksi pembatas tuntutan keberlanjutan T-LANJUT dalam pandangan ilmuan . Gambar 21 menunjukkan bahwa pilihan strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan BINA-SDM mempunyai kepentingan importance paling tinggi dibandingkan lima opsi strategi lainnya terkait pengembangan usaha perikanan pelagis kecil. Dalam pandangan pengusaha, pilihan strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan BINA –SDM lebih penting dua kali daripada pengembangan zona pemanfaatan dan zona restocking ZONA-RES, dan lebih penting tiga kali daripada perbaikan sistem pengelolaan sarana dan prasarana perikanan SIS-SARP maupun pengembangan teknologi tepat guna dalam penangkapan ikan TEP-GUNA. Gambar 21 Matriks analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas potensi sumberdaya ikan dalam pandangan pengusaha. Gambar 21 menunjukkan bahwa pilihan strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan mempunyai kepentingan importance paling tinggi dibandingkan lima pilihan strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil lainnya. Dalam pandangan ilmuan, opsi strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan BINA–SDM lebih penting dua kali daripada pengembangan zona pemanfaatan dan restocking ZONA-RES dan lebih penting tiga kali daripada pengembangan kredit pembiayaan usaha perikanan KR-BIAYA. Bila melihat rasio kepentingannya, maka terkait tuntutan keberlanjutan T- LANJUT dalam pandangan ilmuan ini, opsi strategi pembinaan sumberdaya manusia perikanan ini mempunyai rasio kepentingan 0,260 pada inconsistency terpercaya 0,05. Pilihan strategi teknologi tepat guna TEP-GUNA mempunyai rasio kepentingan 0,193 pada inconsistency terpercaya 0,05 dan pilihan strategi perbaikan manajemen usaha perikanan PM-USAHA 0,168 pada inconsistency terpercaya 0,05. Sumbangan nilai rasio kepentingan parsial inilah yang menjadikan pembinaan sumberdaya manusia perikanan sebagai strategi prioritas Gambar 22 untuk pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di perairan Utara Provinsi Aceh . Gambar 22. Matriks analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembataskriteria tuntutan keberlanjutan dalam pandangan nelayan. 4.11 Pembahasan 4.11.1 Potensi sumberdaya ikan pelagis Potensi lestari sumberdaya ikan pelagis kecil yang mencapai 15.479 ton per tahun Gambar 7, perlu dimanfaatkan dengan baik sehingga membawa kesejahteraan bagi masyarakat pesisir di perairan utara Aceh. Menurut Hanna 1995, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal harus menjadi tujuan dari setiap kegiatan pengelolaan sumberdaya alam, partisipasi mereka perlu diakomodir secara optimal dan disertai dengan pembinaan yang terus meneurus. Hal ini karena masyarakat lokal dan pihak terkait yang dekat dengan potensi perikanan yang sehari-hari aktivitasnya di kawasan tersebut. Produksi perikanan pada tahun 2009 yang hanya mencapai 4.672,2 ton per tahun atau sekitar 30 dari potensi lestari sumberdaya ikan yang ada tentu memberi ruang untuk pengembangan produksi perikanan pelagis kecil di perairan utara Acehini. Bila mengacu kepada ketentuan Food and Agriculture Organization FAO 2005, maka tingkat produksi ini berada dalam range