Biaya Operasional .1 Minyak tanah Biaya Operasional .1 Minyak tanah Biaya Operasional .1 Minyak tanah

Lampiran 32 Stuktur hireraki strategi pengembangan dalam format Expert Choice Lampiran 33 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas potensi sumberdaya ikan dalam pandangan pemerintah Lampiran 34 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas kondisi teknisteknologi penangkapan ikan dalam pandangan pemerintah Lampiran 35 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas tuntutan keberlanjutan pengelolaan dalam pandangan pemerintah Lampiran 36 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas kondisi ekonomikelayakan finansial usaha perikanann dalam pandangan pemerintah Lampiran 37 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas kondisi teknisteknologi penangkapan ikan dalam pandangan pengusaha Lampiran 38 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas tuntutan keberlanjutan pengelolaan dalam pandangan pengusaha Lampiran 39 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas kondisi ekonomikelayakan finansial usaha perikanan dalam pandangan pengusaha Lampiran 40 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas potensi sumberdaya ikan dalam pandangan ilmuanpakar Lampiran 41 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas kondisi teknik teknologi penangkapan ikan dalam pandangan ilmuanpakar Lampiran 42 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas kondisi ekonomikelayakan finansial usaha perikanan dalam pandangan ilmuanpakar Lampiran 43 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas potensi sumberdaya ikan dalam pandangan nelayan Lampiran 44 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas kondisi teknisteknologi penangkapan ikan dalam pandangan nelayan Lampiran 45 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas tuntutan keberlanjutan pengelolaan dalam pandangan nelayan Lampiran 46 Hasil analisis uji banding berpasangan keenam opsi strategi terkait pembatas kondisi ekonomikelayakan finansial usaha perikanan dalam pandangan nelayan Lampiran 47 Perbadingan kepentingan strategi prioritas pembinaan sumberdaya manusia perikanan dengan strategi perbaikan manajemen usaha perikanan dalam pandangan stakholders terkait Lampiran 48 Perbadingan kepentingan strategi prioritas pembinaan sumberdaya manusia perikanan dengan strategi pengembangan teknologi tepat guna dalam penangkapan ikan dalam pandangan stakholders terkait Lampiran 49 Perbadingan kepentingan strategi prioritas pembinaan sumberdaya manusia perikanan dengan strategi pengembangan kredit pembiayaan usaha perikanan dalam pandangan stakholders terkait Lampiran 50 Perbadingan kepentingan strategi prioritas pembinaan sumberdaya manusia perikanan dengan strategi pengembangan zona pemanfaatan restocking dalam pandangan stakholders terkait Lampiran 51 Perbadingan kepentingan strategi prioritas pembinaan sumberdaya manusia perikanan dengan strategi perbaikan sistem pengelolaan sarana dan prasarana perikanan dalam pandangan stakholders terkait Lampiran 52. Dokumentasi Kegiatan Usaha perikanan payang kelompok pukat kantong Usaha perikanan jaring hanyut kelompok jaring insang Kantor PPN Lampulo, NAD Alat tangkap purse seine Kesibukan di PPN Lampulo Pengiriman hasil tangkapan ikan pelagis pasarusaha pengolahan Perum Prasaran Perikanan Samudera Cabang Lampulo, NAD Proses setting jaring insang di perairan utara NAD Penyiapan es balok untuk mendukung operasi penangkapan SPBU penyedia BBM bagi nelayan Hasil tangkapan dari jenis ikan layang Hasil tangkapan dari jenis ikan teri Hasil tangkapn dari jenis ikan kembung Produk kering ikan pelagis kecil jenis teri ABSTRACT RAIHANNAH C 462070124. Development Strategy of Small Pelagic Fisheries Effort in North Territorial Water of Provinsi Aceh. Supervised by SUGENG HARI WISUDO, MULYONO S. BASKORO, DAN DEDY H. SUTISNA Small pelagic fish represent fishery resources which are at most laboured by coastal communities because easy to cacth and big potency, inclusive in north territorial water of Aceh . PPN Lampulo is a main location of small pelagic fishery activities in Banda Aceh City and Province of Provinsi Aceh. This location is very strategic to open a catching fishery effort because near with the downtown, especially fish market so the fishers who also need daily necessary equipments won’t cost big amount of money. This research aim to analyze maximum sustainable yield MSY of small pelagic resources, to analyze financial feasibility of small pelagic fisheries effort, to determine small pelagic fishing units according technical aspect, serfaireble aspect, and the continueing, and to formulate development strategy of small pelagic fisheries effort. The method of research are standard analysis of fishing unit, biological aspect analysis, financial analysis NPV, IRR, and BC Ratio, scoring analysis, and hierarchy analysis. Maximum sustainable yield MSY of small pelagic resources in north territorial water of Aceh are estimated 15479 tons per year and F-optimum are 4896 trips. If compared by a annual production 7069,35 ton, hence the utilization of small pelagic resources about 45,67 , so this condition gives development opportunities in the future. From nine type of fishing unit to catch small pelagic fish in north territorial water of Aceh, there are four chosen as sustainable fishing units according technical aspect, biological aspect, and the sutainable aspect. They are drift gillnet VA = 2,927, purse seine VA = 2,575, payang VA = 1,657, and beach seine VA = 1,319. Gillnet, purse seine, boat seine, beach seine are feasible to develop in the location, because have NPV 0, IRR 6,25 , and BC ratio 1. Strategy priority to develop small pelagic fisheries effort in north territorial water of Aceh, re-management of small pelagic fishing bussness are : empawerment of human resources RK = 0,214, II = 0,05, sequerly RK = 0,196, II = 0,05, development of fishing technology precisely RK = 0,180, II = 0,05, development of skim credit to fisheries effort RK = 0,145, II = 0,05, and development of exploitation and restocking zone RK = 0,137, II = 0,05, and repair of management system of re-management of fisheries infrastructure system RK = 0,126, II = 0,05. As first priority, construction strategy of human resources being of stable to intervention of fishermen and government. Key words : development, financial, small pelagic fisheries, and strategy 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan utara provinsi Aceh merupakan perairan yang berhubungan langsung dengan Samudra Hindia yang memiliki potensi sumberdaya perikanan yang melimpah sehingga usaha penangkapan ikan sangat prospektif untuk dikembangkan. Potensi sumberdaya ikan pelagis kecil di pantai utara provinsi Aceh terdiri atas ikan selar Selaroides leptolepis, sunglir Elagastis bipinnulatus, teri Stolephorus indicus, japuh Dussumieria spp, tembang Sadinella fimbriata, lemuru Sardinella Longiceps, siro Amblygastersirm, dan kembung Rastrellinger spp. Ikan pelagis kecil merupakan kelompok ikan yang berada pada lapisan permukaan hingga kolam air dan mempunyai ciri khas utama, yaitu dalam beraktivitas selalu membentuk gerombolan schooling dan melakukan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya Aziz et al., 1988. Ikan pelagis kecil hidup pada daerah pantai yang relatif kondisi lingkungannya tidak stabil menjadikan kepadatan ikan juga berfluktuasi dan cenderung mudah mendapat tekanan akibat kegiatan pemanfaatan karena daerah pantai mudah dijangkau oleh aktivitas manusia. Jenis ikan pelagis kecil yang dimaksudkan adalah ikan layang, kembung, tembang, teri, dan lain-lain. Menurut Widodo et al. 1994 ikan pelagis kecil mempunyai karakteristik tersendiri: 1 Membentuk gerombolan yang terpencar-pencar; 2 Selalu melakukan ruaya baik temporal maupun spasial; 3 Aktivitas gerak cukup tinggi yang ditunjukkan oleh bentuk badan menyerupai torpedo; 4 Kulit dan struktur yang mudah rusak, daging berkadar lemak relatif tinggi Widodo et.al.,1998. Sumberdaya ini merupakan sumberdaya neritik, karena terutama penyebarannya di perairan dekat pantai, di daerah-daerah dimana terjadi proses penaikan air upwelling dan sumberdaya ini dapat membentuk biomassa yang sangat besar. Alat tangkap ikan merupakan salah satu sarana pokok penting dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan BBPPI, 2008. Adapun jenis alat tangkap yang dominan digunakan di pantai utara Aceh, mencakup jaring insang gill net, pukat cincin purse seine, pukat pantai, jaring insang hanyut, jaring lingkar, jaring klitik, jaring insang tetap dan tramel net. Tidak semua jenis alat tangkap tersebut merupakan alat tangkap yang menangkap sasaran utama ikan pelagis kecil. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga dilakukan penyeleksian terhadap alat tangkap yang memenuhi aspek teknis yang akan digunakan untuk menangkap ikan pelagis kecil di pantai utara Aceh. Usaha perikanan pelagis kecil di pantai utara Aceh belum berjalan efektif. Kondisi ini akan menumbuhkan berbagai pemikiran agar usaha perikanan pelagis kecil yang mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan terutama nelayan kecil. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan usaha perikanan pelagis kecil sehingga potensi ikan pelagis kecil dapat dimanfaatkan secara baik dan berkelanjutan. Pemanfaatan potensi sumberdaya ikan pelagis kecil banyak dilakukan oleh nelayan umumnya tetapi belum memberikan hasil maksimal yang dapat mengangkat kesejahteraan mereka. Usaha tersebut masih banyak terkendala dengan berbagai masalah antara lain masalah teknis seperti alat tangkap yang kurang tepat, fasilitas penangkapan yang sangat sederhana, nelayan belum terampil dalam mengoperasikan unit penangkapan, pasar dan kelembagaan nelayan belum berjalan dengan baik sehingga usaha tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan. Kondisi keuangan suatu usaha biasanya dilihat dari kriteria Net Present value NPV Internal Rate of Return IRR dan Benefit-cost Ratio BC ratio. Suatu usaha perikanan tangkap akan dikatakan sehat dan dapat dikembangkan lebih lanjut apabila hasil analisis keuangannya menunjukkan NPV0, IRR lebih besar dari suku bunga interest rate yang berlaku dan BC ratio1 . Dalam penelitian ini suku bunga yang digunakan mengacu kepada Bank Indonesia pada tahun 2009 yaitu 6,25 Bank Indonesia, 2009.

1.2 Perumusan Masalah

Kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis terutama untuk jenis ikan pelagis kecil di perairan utara provinsi Aceh diperkirakan belum berjalan optimal terutama untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang bertanggungjawab dan berorientasi pada kesejahteraan nelayan. Terdapat beberapa permasalahan yang harus dipecahkan guna mengoptimalkan usaha perikanan pelagis kecil, yaitu: 1 Informasi mengenai dinamika ketersediaan sumber daya ikan pelagis kecil di perairan utara provinsi Aceh masih sangat minim termasuk komoditas unggulannya. Pemanfaatan ikan pelagis kecil paling banyak diusahakan oleh usaha perikanan rakyatskala kecil. 2 Teknologi penangkapan ikan pelagis kecil yang digunakan nelayan cukup beragam dan belum diketahui teknologi yang paling tepat dengan kondisi di perairan utara provinsi Aceh dan ramah terhadap lingkungan. 3 Usaha perikanan pelagis kecil masih belum dapat mengangkat kesejahteraan nelayan. Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan apakah usaha perikanan tersebut layak dikembangkan secara finansial. 4 Pengembangan pengelolaan perikanan pelagis kecil dirasakan belum berjalan efektif dan optimal, karena kurangnya keterampilan nelayan dalam mengoperasikan unit penangkapan.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di perairan utara Aceh dengan cara : 1 Mengestimasi peluang pengembangan sumber daya ikan pelagis kecil dan jenis komoditas unggulannya di perairan utara provinsi Aceh 2 Menentukan unit penangkapan ikan pelagis kecil yang tepat berdasarkan aspek teknik, teknologi, dan keberlanjutan. 3 Menganalisis kelayakan finansial usaha perikanan pelagis kecil di perairan utara provinsi Aceh . 4 Merumuskan strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di perairan utara provinsi Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah, investor, dan pelaku perikanan lainnya khususnya pelaku usaha perikanan pelagis kecil di provinsi Aceh terkait kepentingan : 1 Tersedianya informasi peluang pengembangan perikanan pelagis kecil dan jenis komoditas unggulannya di perairan utara provinsi Aceh . 2 Menentukan alat tangkap ikan pelagis kecil yang tepat di perairan utara provinsi Aceh . 3 Tersedianya informasi data finansial, kelayakan pengembangan usaha perikanan pelagis kecil, komoditas unggulan dan jenis unit penangkapan yang layak. 4 Menentukan strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil yang tepat di perairan utara provinsi Aceh yang dapat diterima secara luas dan dapat mengakomodir faktor pembatas pengelolaan.

1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian

Sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan sumberdaya perikanan yang sangat potensial karena paling banyak ditemukan dan mudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Perairan utara provinsi Aceh memiliki intensitas pemanfaatan ikan pelagis kecil yang tinggi dan menjadi hasil tangkapan utama nelayan setempat. Pada saat yang sama timbul kekhawatiran keberlanjutan potensi sumberdaya ikan pelagis kecil tersebut. Unit penangkapan ikan yang digunakan nelayan terkadang tidak dipilih berdasarkan kesesuaian dengan kondisi topografi dan ekosistem lautnya. Saat musibah tsunami terjadi pada 26 desember 2004, banyak sumberdaya nelayan yang telah siap pakai dan handal meninggal sehingga nelayan saat ini sebagian besar merupakan nelayan baru yang tingkat keterampilannya masih rendah. Selain itu, banyak terjadi kerusakan sarana dan prasarana penangkapan. Untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal diperlukan peningkatan sumberdaya manusia dan penataan kelembagaan usaha nelayan. Aktivitas nelayan saat ini masih sangat terikat dengan toke bangku istilah pedagang ikan di Aceh yaitu pedagang memberikan kemudahan meminjam uang dengan cara memenuhi kebutuhan perlengkapan melaut dan sekaligus menampung hasil tangkapannya. Model transaksi seperti ini mengakibatkan nelayan tidak mempunyai kekuatan untuk menawar terhadap nilai hasil tangkapannya. Peran lembaga nelayan disini sangat dibutuhkan agar nelayan dapat difasilitasi kredit melalui lembaga keuangan lainnya seperti bank dan koperasi nelayan untuk memperoleh modal usaha. Terkait dengan permasalahan tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk mengembangkan konsep analisis yang dapat membantu menemukan jawaban atau pemecahan permasalahan tersebut sehingga kegiatan pengelolaan ke depan lebih baik. Pada tahap awal, konsep analisis yang dikembangkan diantaranya menyangkut aspek sumberdaya ikan SDI, teknik, teknologi,dan keberlanjutan. Metode andalan yang digunakan diantaranya metode Schaefer, metode deskriptif, dan metode skoring. Analisis ini diharapkan diperoleh informasi terkait potensi lestari MSY dari sumberdaya ikan pelagis perairan utara provinsi Aceh, unit penangkapan ikan yang tepat secara teknis, teknologi, keberlanjutan untuk menangkap ikan pelagis kecil, dan jenis komoditas unggulan dari sumberdaya ikan pelagis kecil di pantai utara Aceh . Untuk mendukung pemecahan masalah atau menemukan alternatif pengelolaan yang lebih baik maka penelitian selanjutnya mencoba melakukan analisis untuk menghasilkan formula atau mekanisme pengembangan perikanan pelagis kecil dengan memanfaatkan secara optimal informasi hasil analisis sebelumnya. Analisis tersebut diantaranya menyangkut aspek finansial usaha, pemanfaatan sarana dan prasarana pendukung kegiatan penangkapan, kepentingan pelaku dan komponen pengelolaan lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha perikanan pelagis kecil di perairan utara provinsi Aceh. Analisis ini menggunakan metode pengukuran kelayakan finansial usaha NPV, IRR dan BC ratio, dan analytical hierachy process AHP. Analisis ini diharapkan dapat mengetahui jenis usaha perikanan yang layak secara finansial untuk mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan komoditas unggulan, unit penangkapan ikan pelagis kecil yang memenuhi persyaratan teknis, teknologi, dan keberlanjutan dalam operasinya, serta strategi pengembangan yang mengakomodir dan mempertimbangkan secara bersama-sama kepentingan pelakupihak terkait dan keterbatasan komponen pengelolaan yang ada di lokasi. Untuk memadukan semua hasil analisis menjadi panduan yang aplikatif, maka dalam penelitian ini juga dilakukan penyusunan strategi pengembangan. Strategi pengembangan ini diupayakan dapat memuat berbagai formula aplikatif pengembangan perikanan ikan pelagis kecil di perairan utara provinsi Aceh. Secara skematis, pemikiran-pemikiran yang terkait dengan penelitian ini disajikan pada kerangka pemikiran penelitian Gambar 1. 7 Kondisi Pengelolaan Perikanan Pelagis Kecil Kin erja Perikanan Pelagis Kecil d i Po vin si NAD ASPEK PENGELOLAAN MSY Unit Penangkapan MEKANISME PENGEMBANGAN Teknologi penangkapan yang layak dikembangkan Usaha penangkapan yang layak dikembangkan Analisis :  Standarisasi  Catch per Unit Effort CPUE dan Surplus Production  Metode Deskriptif Analisis :  Analisis nilai produksi  Metode skoring  Analisis finansial Komoditas unggulan Prioritas Strategi dan Upaya yang efektif untuk mengembangkan Usaha Perikanan Pelagis di Perairan Utara NAD STRATEGI PENGEMBANGAN SDI EKONOMI PEMASARAN SARANA PENANGKAPAN IKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN Permasalahan • Potensi ikan pelagis kecil komoditas unggulannya be lum diketahui • Unit penangkapan yang be lum tepat sasaran • Kelayakan usaha pe rikanan be lum terukur •pe ngelolaan belum be lum berjalan efe ktif KERANGKA PEMI KIRAN PENELI TIAN TEKNOLOGI Pendapatan nelayan AHP Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Sumberdaya Ikan Pelagis

Potensi sumberdaya ikan laut adalah bobot atau jumlah maksimum yang dapat ditangkap dari suatu perairan setiap tahun secara berkesinambungan. ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menduga potensi sumberdaya perikanan, yaitu : 1 Pendugaan secara langsung, yaitu pandugaan yang didasarkan pada penangkapan ikan secara langsung dengan menggunakan alat tertentu seperti survei trawl, long-line dan survei pelangi, telur dan larva dan survei ikan muda. 2 Survei akustik, yaitu survei yang menggunakan peralatan akustik. Metode ini dapat digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap potensi ikan dalam areal yang lebih luas. 3 Analisis Populasi Virtual, didasarkan pada perhitungan pendugaan mortalitas ikan. Metode ini digunakan bersama dengan cara kelimpahan dari hasil analisa survei trawl atau survei akuatik dan rangkaian CPUE. 4 Simulasi Ekosistem dan Model Multispesies. Metode ini dilakukan dengan membuat model yang menirukan situasi ikan yang sebenarnya ketika hidup di alam. 5 Model Populasi Lebih, metode ini didasarkan pada data produksi tahunan dari penangkapan. Pada pendugaan densitas ikan pelagis digunakan data yang diperoleh dengan metode akustik. Cara ini dipraktekkan dengan melakukan integrasi energi gema yang sebelumnya dikonversikan ke dalam energi listrik, selanjutnya dipantulkan oleh sejumlah massa ikan tertentu. Selanjutnya integrasi tersebut dikonversikan ke dalam biomassa ikan. Biomassa ikan per satuan inilah yang selanjutnya disebut densitas. Potensi sumberdaya dihitung dengan menggunakan model Cadima. Selain itu juga metode analisanya menggunakan model produksi lebih dari Schaefer, metode Semi Kuantitatif dengan melakukan interpolasi atau ekstrapolasi dari hasil survei akustik, produktivitas primer dan survei trawl dari suatu perairan tertentu ke perairan lainnya dan metode hasil tangkapan per Rekruit YR. Metode YR ini memerlukan lebih banyak data dibandingkan dengan model produksi lebih, yakni memerlukan komposisi umur atau ukuran dari stok, nilai estimasi mortalitas alami, serta jumlah parameter pertumbuhan. Metode ini sudah digunakan untuk mengestimasi populasi ikan kembung, lemuru dan layang.

2.2 Pemilihan Alat Tangkap

Alat tangkap ikan yang merupakan salah satu sarana pokok penting dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan BBPPI, 2008. Jenis alat tangkap yang dominan digunakan di pantai utara Aceh mencakup payang, pukat pantai, pukat cincin, dan jaring insang Ayward 1992; Mulyanto 1995. Payang adalah jenis pukat kantong yang terbukanya mulut jaring tanpa adanya papan rentang atau tanpa rentangan bingkai, dan pemberat yang dipasang pada sisi bawah mulut jaring bukan pemberat rantai. Payang termasuk lampara yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan pelagis permukaan. Kedua bagian sayapnya yang panjang berfungsi untuk menakuti atau mengejutkan dan menggiring gerombolan ikan supaya menuju dan masuk ke dalam bagian kantong. Pengoperasiannya dengan menggunakan kapalperahu yang berukuran 10-15 GT Cara kerjanya dengan melingkari gerombolan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon penangkapan siang hari atau lampu penangkapan malam hari. Kemudian menarik payang melalui kedua utas tali selambar yang diikatkan pada setiap ujung bagian sayap, ke arah kapal yang sedang berhenti atau berlabuh jangkar. Penarikan payang dilakukan oleh beberapa orang penarik. Hasil tangkapan utama adalah ikan pelagis kecil antara lain: layang, selar, kembung, lemuru, tembang dan japuh Gambar 2.