Kerangka Pemikiran Penelitian Strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil di Perairan Utara Provinsi Aceh

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pemerintah, investor, dan pelaku perikanan lainnya khususnya pelaku usaha perikanan pelagis kecil di provinsi Aceh terkait kepentingan : 1 Tersedianya informasi peluang pengembangan perikanan pelagis kecil dan jenis komoditas unggulannya di perairan utara provinsi Aceh . 2 Menentukan alat tangkap ikan pelagis kecil yang tepat di perairan utara provinsi Aceh . 3 Tersedianya informasi data finansial, kelayakan pengembangan usaha perikanan pelagis kecil, komoditas unggulan dan jenis unit penangkapan yang layak. 4 Menentukan strategi pengembangan usaha perikanan pelagis kecil yang tepat di perairan utara provinsi Aceh yang dapat diterima secara luas dan dapat mengakomodir faktor pembatas pengelolaan.

1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian

Sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan sumberdaya perikanan yang sangat potensial karena paling banyak ditemukan dan mudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Perairan utara provinsi Aceh memiliki intensitas pemanfaatan ikan pelagis kecil yang tinggi dan menjadi hasil tangkapan utama nelayan setempat. Pada saat yang sama timbul kekhawatiran keberlanjutan potensi sumberdaya ikan pelagis kecil tersebut. Unit penangkapan ikan yang digunakan nelayan terkadang tidak dipilih berdasarkan kesesuaian dengan kondisi topografi dan ekosistem lautnya. Saat musibah tsunami terjadi pada 26 desember 2004, banyak sumberdaya nelayan yang telah siap pakai dan handal meninggal sehingga nelayan saat ini sebagian besar merupakan nelayan baru yang tingkat keterampilannya masih rendah. Selain itu, banyak terjadi kerusakan sarana dan prasarana penangkapan. Untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal diperlukan peningkatan sumberdaya manusia dan penataan kelembagaan usaha nelayan. Aktivitas nelayan saat ini masih sangat terikat dengan toke bangku istilah pedagang ikan di Aceh yaitu pedagang memberikan kemudahan meminjam uang dengan cara memenuhi kebutuhan perlengkapan melaut dan sekaligus menampung hasil tangkapannya. Model transaksi seperti ini mengakibatkan nelayan tidak mempunyai kekuatan untuk menawar terhadap nilai hasil tangkapannya. Peran lembaga nelayan disini sangat dibutuhkan agar nelayan dapat difasilitasi kredit melalui lembaga keuangan lainnya seperti bank dan koperasi nelayan untuk memperoleh modal usaha. Terkait dengan permasalahan tersebut, penelitian ini akan mencoba untuk mengembangkan konsep analisis yang dapat membantu menemukan jawaban atau pemecahan permasalahan tersebut sehingga kegiatan pengelolaan ke depan lebih baik. Pada tahap awal, konsep analisis yang dikembangkan diantaranya menyangkut aspek sumberdaya ikan SDI, teknik, teknologi,dan keberlanjutan. Metode andalan yang digunakan diantaranya metode Schaefer, metode deskriptif, dan metode skoring. Analisis ini diharapkan diperoleh informasi terkait potensi lestari MSY dari sumberdaya ikan pelagis perairan utara provinsi Aceh, unit penangkapan ikan yang tepat secara teknis, teknologi, keberlanjutan untuk menangkap ikan pelagis kecil, dan jenis komoditas unggulan dari sumberdaya ikan pelagis kecil di pantai utara Aceh . Untuk mendukung pemecahan masalah atau menemukan alternatif pengelolaan yang lebih baik maka penelitian selanjutnya mencoba melakukan analisis untuk menghasilkan formula atau mekanisme pengembangan perikanan pelagis kecil dengan memanfaatkan secara optimal informasi hasil analisis sebelumnya. Analisis tersebut diantaranya menyangkut aspek finansial usaha, pemanfaatan sarana dan prasarana pendukung kegiatan penangkapan, kepentingan pelaku dan komponen pengelolaan lainnya yang terkait dengan kegiatan usaha perikanan pelagis kecil di perairan utara provinsi Aceh. Analisis ini menggunakan metode pengukuran kelayakan finansial usaha NPV, IRR dan BC ratio, dan analytical hierachy process AHP. Analisis ini diharapkan dapat mengetahui jenis usaha perikanan yang layak secara finansial untuk mendukung pengelolaan sumberdaya perikanan komoditas unggulan, unit penangkapan ikan pelagis kecil yang memenuhi persyaratan teknis, teknologi, dan keberlanjutan dalam operasinya, serta strategi pengembangan yang mengakomodir dan mempertimbangkan secara bersama-sama kepentingan pelakupihak terkait dan keterbatasan komponen pengelolaan yang ada di lokasi. Untuk memadukan semua hasil analisis menjadi panduan yang aplikatif, maka dalam penelitian ini juga dilakukan penyusunan strategi pengembangan. Strategi pengembangan ini diupayakan dapat memuat berbagai formula aplikatif pengembangan perikanan ikan pelagis kecil di perairan utara provinsi Aceh. Secara skematis, pemikiran-pemikiran yang terkait dengan penelitian ini disajikan pada kerangka pemikiran penelitian Gambar 1. 7 Kondisi Pengelolaan Perikanan Pelagis Kecil Kin erja Perikanan Pelagis Kecil d i Po vin si NAD ASPEK PENGELOLAAN MSY Unit Penangkapan MEKANISME PENGEMBANGAN Teknologi penangkapan yang layak dikembangkan Usaha penangkapan yang layak dikembangkan Analisis :  Standarisasi  Catch per Unit Effort CPUE dan Surplus Production  Metode Deskriptif Analisis :  Analisis nilai produksi  Metode skoring  Analisis finansial Komoditas unggulan Prioritas Strategi dan Upaya yang efektif untuk mengembangkan Usaha Perikanan Pelagis di Perairan Utara NAD STRATEGI PENGEMBANGAN SDI EKONOMI PEMASARAN SARANA PENANGKAPAN IKAN USAHA PENANGKAPAN IKAN Permasalahan • Potensi ikan pelagis kecil komoditas unggulannya be lum diketahui • Unit penangkapan yang be lum tepat sasaran • Kelayakan usaha pe rikanan be lum terukur •pe ngelolaan belum be lum berjalan efe ktif KERANGKA PEMI KIRAN PENELI TIAN TEKNOLOGI Pendapatan nelayan AHP Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian. 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Potensi Sumberdaya Ikan Pelagis

Potensi sumberdaya ikan laut adalah bobot atau jumlah maksimum yang dapat ditangkap dari suatu perairan setiap tahun secara berkesinambungan. ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menduga potensi sumberdaya perikanan, yaitu : 1 Pendugaan secara langsung, yaitu pandugaan yang didasarkan pada penangkapan ikan secara langsung dengan menggunakan alat tertentu seperti survei trawl, long-line dan survei pelangi, telur dan larva dan survei ikan muda. 2 Survei akustik, yaitu survei yang menggunakan peralatan akustik. Metode ini dapat digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap potensi ikan dalam areal yang lebih luas. 3 Analisis Populasi Virtual, didasarkan pada perhitungan pendugaan mortalitas ikan. Metode ini digunakan bersama dengan cara kelimpahan dari hasil analisa survei trawl atau survei akuatik dan rangkaian CPUE. 4 Simulasi Ekosistem dan Model Multispesies. Metode ini dilakukan dengan membuat model yang menirukan situasi ikan yang sebenarnya ketika hidup di alam. 5 Model Populasi Lebih, metode ini didasarkan pada data produksi tahunan dari penangkapan. Pada pendugaan densitas ikan pelagis digunakan data yang diperoleh dengan metode akustik. Cara ini dipraktekkan dengan melakukan integrasi energi gema yang sebelumnya dikonversikan ke dalam energi listrik, selanjutnya dipantulkan oleh sejumlah massa ikan tertentu. Selanjutnya integrasi tersebut dikonversikan ke dalam biomassa ikan. Biomassa ikan per satuan inilah yang selanjutnya disebut densitas. Potensi sumberdaya dihitung dengan menggunakan model Cadima. Selain itu juga metode analisanya menggunakan model produksi lebih dari Schaefer, metode Semi Kuantitatif dengan melakukan interpolasi atau ekstrapolasi dari hasil survei akustik, produktivitas primer dan survei trawl dari suatu perairan tertentu ke perairan lainnya dan metode hasil tangkapan per Rekruit YR. Metode YR ini memerlukan lebih banyak data dibandingkan dengan model produksi lebih, yakni memerlukan komposisi umur atau ukuran dari stok, nilai estimasi mortalitas alami, serta jumlah parameter pertumbuhan. Metode ini sudah digunakan untuk mengestimasi populasi ikan kembung, lemuru dan layang.

2.2 Pemilihan Alat Tangkap

Alat tangkap ikan yang merupakan salah satu sarana pokok penting dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan BBPPI, 2008. Jenis alat tangkap yang dominan digunakan di pantai utara Aceh mencakup payang, pukat pantai, pukat cincin, dan jaring insang Ayward 1992; Mulyanto 1995. Payang adalah jenis pukat kantong yang terbukanya mulut jaring tanpa adanya papan rentang atau tanpa rentangan bingkai, dan pemberat yang dipasang pada sisi bawah mulut jaring bukan pemberat rantai. Payang termasuk lampara yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan pelagis permukaan. Kedua bagian sayapnya yang panjang berfungsi untuk menakuti atau mengejutkan dan menggiring gerombolan ikan supaya menuju dan masuk ke dalam bagian kantong. Pengoperasiannya dengan menggunakan kapalperahu yang berukuran 10-15 GT Cara kerjanya dengan melingkari gerombolan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon penangkapan siang hari atau lampu penangkapan malam hari. Kemudian menarik payang melalui kedua utas tali selambar yang diikatkan pada setiap ujung bagian sayap, ke arah kapal yang sedang berhenti atau berlabuh jangkar. Penarikan payang dilakukan oleh beberapa orang penarik. Hasil tangkapan utama adalah ikan pelagis kecil antara lain: layang, selar, kembung, lemuru, tembang dan japuh Gambar 2.