aktivitas lipolitik walaupun hanya rendah, yang dapat menyebabkan kenaikan jumlah asam lemak bebas selama penyimpanan Tamime 2005
Dalam penelitian kali ini, selain probiotik, akan ditambahkan juga prebiotik sehingga yogurt yang dihasilkan adalah yogurt sinbiotik. Sinbiotik adalah campuran probiotik dan prebiotik yang
bermanfaat terhadap inang dengan memperbaiki ketahanan dan implantasi dari suplemen pangan berupa mikroba hidup di dalam saluran pencernaan inang Andersson et al. 2001.
Yogurt sinbiotik merupakan salah satu produk susu fermentasi yang dibuat dengan menggunakan campuran beberapa kultur bakteri asam laktat seperti Lactobacillus bulgaricus,
Streptococcus thermophilus, Lactobacillus achidophilus, dan Bifidobacterium bifidum , yang
dikombinasikan dengan prebiotik seperti fruktooligosakarida FOS. Kombinasi probiotik bakteri asam laktat dan prebiotik dapat meningkatkan daya tahan bakteri probiotik oleh karena substrat yang
spesifik telah tersedia untuk fermentasi sehingga tubuh mendapat manfaat yang lebih sempurna dari kombinasi ini Ouwehand et al. 2007.
2.7 Darah
Darah didefinisikan sebagai kumpulan elemen dalam bentuk suspensi atau sel yang terendam dalam cairan transparan berwarna kuning yang disebut sebagai plasma darah atau larutan yang bersifat
cair dan terdiri dari bermacam-macam molekul organik dan anorganik. Darah merupakan media cair yang terdiri dari sel-sel yang diproduksi oleh jaringan hemopoietika yang disirkulasikan ke dalam
jaringan tubuh sebagai pembawa nutrien dan mengandung faktor-faktor yang penting untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit Frandson 1996.
Darah yang merupakan pembawa berbagai zat tersebut dipompakan oleh jantung melalui sistem pembuluh darah yang tertutup. Darah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu cairan dan
padatan. Gambar 1 menjelaskan pembentukan sel-sel darah menjadi sel yang berdiferensiasi. Cairan terdiri dari serum atau plasma dan padatan terdiri dari butir darah merah, butir darah putih dan
kepingan darah Harper 1997. Sel darah terdiri atas tiga macam yaitu sel darah merah, sel darah putih dan kepingan darah. Bila contoh darah dibiarkan atau disentrifus akan terjadi pemisahan menjadi
dua bagian yaitu 1 elemen seluler terdiri dari eritrosit, leukosit, trombosit dan kadang-kadang sel miselenius dari retikulo endoplasmik sistem RES, 2 plasma atau ekstraseluler mengandung air,
protein, elektrolit, glukosa, enzim dan hormon. Volume darah dalam tubuh bervariasi jumlahnya tergantung pada ukuran tubuh, umur, derajat aktivitas tubuh, keadaan kesehatan, makanan, laktasi dan
lingkungan Harper 1997.
Gambar 1. Diagram sederhana dari diferensiasi sel darah di sumsum tulang Corwin 2000.
Sel Bakal Pluripotensial
Eritroblas Eritrosit
Mieloblas Granul
Eosinofil Basofil Sel
Mast Neutrofil
Monoblas Monosit
Makrofag Megakarioblas
Trombosit
Prolimpoblas Sel Bakal
Limfosit Limfosit B
Limfosit T
Darah sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ras, emosi, serta latihan yang berlebih. Jika tubuh hewan mengalami perubahan fisiologis maka gambaran darah juga akan mengalami perubahan.
Perubahan fisiologis ini dapat disebabkan oleh faktor internal seperti pertambahan umur, keadaan gizi, latihan, kesehatan, siklus stress, proses produksi darah, kebuntingan, dan suhu tubuh. Perubahan
eksternal antara lain infeksi kuman penyakit, dan perubahan suhu lingkungan Guyton 1997.
Fungsi utama darah adalah mempertahankan homeostasis. Fungsi penting darah selain sebagai homeostasis dalam sistem sirkulasi yaitu : 1 pembawa nutrien yang telah disiapkan oleh saluran
pencernaan menuju ke jaringan tubuh, 2 pembawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan ke paru-paru, 3 pembawa produk buangan dari berbagai jaringan
menuju ke ginjal untuk diekskresikan, 4 pembawa hormon dari kelenjar endokrin ke organ lain dalam tubuh, 5 alat mempertahankan keseimbangan air dan sistem buffer dan 6 penggumpalan atau
pembekuan sehingga mencegah terjadinya kehilangan darah yang berlebihan pada waktu luka Ganong 1995. Darah juga berfungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap masuknya benda-benda
asing dan mikroorganisme.
2.7.1 Eritrosit
Eritrosit adalah sel darah merah yang membawa hemoglobin ke dalam sirkulasi. Eritrosit berbentuk bikonkaf dan berukuran 7 µm, tebalnya 1
–3µm dan merupakan 45 dari total volume total darah Thrall 2004. Fungsi utama sel darah merah adalah untuk mengangkut Hb hemoglobin.
Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dari paru-paru ke jaringan Guyton 1997. Pada saat dewasa baik eritrosit, leukosit dan trombosit dibentuk di dalam sumsum tulang sedangkan pada saat
fetus, sel-sel darah juga dibentuk di dalam hati dan limpa Ganong 1995.
Proses pembentukan sel darah merah di dalam tubuh disebut eritropoiesis. Pembentukan sel darah merah mengalami kendali umpan balik. Pembentukan ini dihambat oleh meningkatnya kadar sel
darah merah dalam sirkulasi yang berada di atas nilai normal dan dirangsang oleh keadaan anemia. Hal itu karena jumlah sel darah merah yang rendah akan merangsang ginjal untuk mensekresikan
eritropoietin sehingga keadaan anemia dapat tertanggulangi. Pembentukan sel darah merah juga dirangsang oleh hipoksia kekurangan oksigen, dan aklimatisasi terhadap tempat tinggi Ganong
1995.
Ginjal merupakan tempat utama diproduksinya eritropoietin, sedangkan target utamanya dalah sumsum tulang. Eritropoietin dibentuk juga di hati pada masa fetus dan di ginjal pada saat hewan
dewasa. Kedua organ tersebut mengandung mRNA untuk eritropoietin. Eritropoietin juga dapat diekstraksi dari limpa dan kelenjar air liur, tetapi kedua jaringan ini tidak mengandung mRNA dan
dengan demikian tampaknya tidak membentuk hormon ini. Bila massa ginjal berkurang akibat penyakit ginjal atau pemotongan ginjal maka hati tidak dapat mengkompensasi dan terjadi anemia
Ganong 1995.
Eritropoietin akan merangsang diferensiasi sel induk menjadi rubiblast. Selain itu merangsang proliferase dan mempercepat pematangan rubiblast serta pelepasan retikulosit ke dalam sirkulasi.
Eritropoietin sangat peka terhadap perubahan kadar oksigen di dalam jaringan. Kadar oksigen di dalam jaringan dipengaruhi oleh aliran darah, kadar hemoglobin, saturasi oksigen hemoglobin, dan
afinitas oksigen terhadap hemoglobin. Penurunan oksigen akan merangsang ginjal untuk melepaskan enzim eritrogenin yang mengaktifkan eritropoietinogen. Eritropoietinogen merupakan suatu prekursor
eritropoietika yang dihasilkan oleh hati Thrall 2004.
Pembentukan sel darah merah dimulai dari pluripotensial stem cell PPSC di dalam sumsum tulang yang berdiferensiasi dan berkembang menjadi unipotensial stem cell. Eritrosit dibentuk melalui
suatu proses pematangan yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu pembelahan dan perubahan- perubahan morfologi sel berinti mulai dari rubiblas, prorubrisit, rubrisit, metarubrisit. Setelah itu
dilanjutkan dengan pembentukan eritrosit polikrom tidak berinti yang disebut retikulosit dan akhirnya menjadi eritrosit.
Menurut Guyton dan Hall 1997 tahapan diferensiasi eritrosit dibagi sebagai berikut : 1.
Sel Progenitor a.
Burst Forming Units-Erythoid BFU-E yaitu sel-sel progenitor eritoid yang paling primitif. Terdiri dari koloni yang sangat besar dengan ribuan nukleus prekursor eritoid di dalam jaringan.
b. Bentuk Intermediet.
c. Colony Forming Units-Erythoid CFU-E adalah sel progenitor yang telah mengalami
perubahan eritoid lebih lanjut. Bentuk koloni lebih kecil dengan 64 nukleus perkursor eritoid di dalam jaringan.
2. Morfologi prekursor nukleus sudah dapat dikenali. Hal ini dikategorikan dari apa yang dilihat dari
ulasan sumsum tulang yang diwarnai dengan perwarnaan eosin metylene blue sebagai berikut: a.
Pronormoblast adalah prekursor sel darah merah paling awal yang dapat dikenali dengan sebuah sel besar bersitoplasma biru dan nukleis yang mengisi sel. Pada nukleus ditemukan benang
kromatin yang berisi satu sampai beberapa nukleus kecil berwarna biru. b.
Normoblast, ada tiga tahapan perkembangan diferensiasi yang dikenal yaitu : 1.
Basofilik yaitu sel yang kehilangan nukleolusnya dengan kromatin inti sel yang terlihat tidak beraturan dan sitoplasma tetap biru tua karena berisi RNA tinggi.
2. Polikhromatik yaitu sel dengan nukleus lebih kecil dengan kromatin bervariasi dari abu-abu
keunguan sampai ungu-merah jambu yang terefleksikan dari penurunan isi RNA dan peningkatan isi hemoglobin.
3. Orthokhromatik yaitu sel yang kecil dengan nukleus yang menyusut menjadi sebuah bola
hitam yang keras dan sitoplasma berwarna merah muda. 3.
Retikulosit adalah sel yang hampir dewasa memiliki bekas nukleus. Meskipun tetap berisi residu RNA di dalam sitoplasma, dimana dapat mengendap menjadi sebuah jaringan retikulin yang
dipertegas dengan pewarnaan yang lebih pekat. Sel tersebut diberi nama retikulosit. Pewarnaan untuk jaringan retikulin digunakan untuk membedakan retikulosit dari BDM yang dewasa.
Menurut Guyton 1997 rubiblas disebut juga pronormoblas atau proeritroblas. Sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti dan khromatin yang halus. Ukuran sel rubiblas bervariasi antara 18-
25 µm dalam keadaan normal jumlah rubiblas di dalam sumsum tulang kurang dari 1 dari seluruh jumlah sel berinti. Rubiblas membelah beberapa kali sampai akhirnya membentuk 8-16 sel darah
merah matang. Sedangkan menurut Hoffbrand et al 2005 pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti di tengah dan nukleoli, serta kromatin yang sedikit menggumpal.
Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel.
Pada proses pematangan eritrosit setelah pembentukan hemoglobin dan pelepasan inti sel masih diperlukan beberapa hari lagi untuk melepaskan sisa-sisa RNA. Sebagian proses ini
berlangsung di dalam sumsum tulang dan sebagian lagi di dalam darah tepi. Pada saat proses pematangan akhir, eritrosit selain mengandung sisa-sisa DNA juga mengandung berbagai fragmen
mitokondria dan organel lainnya. Pada stadium ini eritrosit disebut retikulosit atau eritrosit polikrom, dimana konsentrasi hemoglobin sekitar 34, sedangkan nukleus memadat dan ukurannya mengecil
Hoffbrand et al. 2005.
Membran eritrosit terdiri atas dua lapis lipid yaitu protein membran integral dan suatu rangkaian membran. Sekitar 50 membran adalah protein, 40 lemak, dan 10 karbohidrat.
Metabolisme eritrosit melalui dua jalur yaitu Embden-meyerhoff jalur glikolisis anaerob. Melalui jalur ini eritrosit memiliki kemampuan menghasilkan energi ATP dan eritrosit dapat menghasilkan
kekuatan pereduksi sebagai NADH, sedangkan melalui jalur pintas heksosa monofosfat eritrosit sebagai nikotinamida adenine dinukleoitida NADH Hoffbrand et al. 2005.
Lama masa hidup eritrosit yang rata-rata 120 hari menyebabkan jumlah eritrosit yang relatif tetap yang dihancurkan setiap hari oleh Retikulo Endoplasmik Sistem RES. Oleh karena itu jumlah
seluruh eritrosit dalam sirkulasi juga tergantung kecepatan produksi eritrosit dalam sumsum tulang Guyton 1997. Ada berbagai jenis kelainan pada bentuk eritrosit yaitu eritrosit yang bentuknya
makrosit disebabkan oleh penyakit hati, alkoholisme, oval pada anemia megaloblastik. Menurut Frandson 1996 hitungan darah menyajikan suatu prosedur laboratories yang berguna untuk
memperkirakan jumlah dan jenis sel-sel dalam darah yang bersirkulasi pada hewan pada suatu waktu tertentu. Hitungan sel total dinyatakan dalam jumlah sel dalam milimeterkubik darah. Hitungan ini
berlaku untuk eritrosit dan leukosit, walaupun teknik dan peralatannya agak berbeda.
Faktor yang mempengaruhi jumlah eritrosit dalam sirkulasi antara lain hormon eritropoietin yang berfungsi merangsang eritropoiesis dengan memicu produksi proeritroblas dari sel-sel
hemopoietik dalam sumsum tulang. Vitamin B
12
dan asam folat mempengaruhi eritropoiesis pada tahap pematangan akhir dari eritrosit. Sedangkan hemolisis dapat mempengaruhi jumlah eritrosit yang
berada dalam sirkulasi Meyer dan Harvey 2004.
2.7.2 Leukosit
Leukosit atau sel darah putih merupakan unit yang termobilaktif dalam sistem pertahanan tubuh Guyton 1996. Setelah dibentuk, leukosit diangkut oleh darah menuju jaringan tubuh untuk
digunakan. Fungsi leukosit yaitu untuk pertahanan tubuh yang cepat dan kuat terhadap setiap benda asing yang mungkin ada Guyton dan Hall 1997. Leukosit ada dalam beragam bentuk, namun
semuanya berfungsi untuk melindungi tubuh dari banyak penyebab penyakit seperti bakteri, virus, dan parasit. Leukosit terbagi dalam 2 golongan berdasarkan ada tidaknya granula dalam sitoplasma yaitu
polimorfonukleargranulosit neutrofil, eosinofil, basofil dan mononuklearagrunalosit limfosit dan monosit Harvey 2001. Leukosit memiliki lebih dari satu jenis sel yang bersirkulasi dengan fungsi
yang berbeda-beda dalam waktu yang bersamaan Clark 2009. Semua sel-sel ini bekerja sama untuk mencegah penyakit melalui dua cara yaitu : 1 dengan memakan benda-benda sing asing tersebut
melalui proses fagositosis dan 2 dengan membentuk antobodi dan limfosit yang peka, salah satu atau keduanya dapat menghancurkan atau membuat benda sing menjadi tidak aktif Guyton dan Hall
1997. Leukosit memiliki bentuk yang khas. Pada keadaan tertentu, inti dan sitoplasmanya mampu bergerak. Kalau eritrosit bersifat pasif dalam melaksanakan tugasnya maka leukosit dapat keluar dari
pembuluh darah untuk melakukan fungsinya. Jumlah leukosit jauh di bawah eritrosit dan bervariasi tergantung hewannya. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada kondisi tertentu
seperti stress, aktivitas fisiologi, gizi, umur dan lain-lain Dharmawan 2002.
Menurut Clark 2009, leukosit melindungi tubuh melalui dua mekanisme yang berbeda yaitu fagositosis yang dilakukan oleh makrofag dan neutrofil serta pembentukan antibodi. Sejumlah besar
leukosit keluar dari dalam tubuh melalui jalan saliva, susu, saluran pernapasan, dan saluran pencernaan. Penyingkiran leukosit melalui jalan ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh melawan
penyakit. Secara fisiologis hal ini terjadi akibat peningkatan jumlah sel neutrofil atau sel limfosit di dalam sirkulasi darah dan menyebabkan peningkatan jumlah leukosit total dan nilai absolut kedua sel
tersebut. Peningkatan sekresi epinefrin dan kortikosteroid yang terjadi pada kondisi stress, baik secara fisik maupun emosional atau akibat penyakit yang diderita, dapat menyebabkan peningkatan jumlah
leukosit. Sedangkan pada leukositosis patologis, peningkatan leukosit disebabkan oleh leukosit aktif melawan infeksi dalam tubuh. Kondisi ini dapat meningkatkan jumlah leukosit hingga 20000-
40000µL. Leukosit dalam melaksanakan fungsinya menggunakan darah sebagai media transportasi dari sumber pembentuknya menuju jaringan-jaringan di dalam tubuh Guyton dan Hall 1997.
Sirkulasi darah sebagai media transportasi akan membawa sel sel leukosit menuju lokasi invasi mikroorganisme atau perlukaan di dalam jaringan.
Jumlah total leukosit per millimeter darah adalah refleksi dari keseimbangan antara persediaan dan kebutuhan berbagai jaringan terhadap leukosit. Aktivitas yang cukup akan mempengaruhi jumlah
total leukosit dalam keadaan sehat. Dalam keadaan normal sebagian leukosit bersirkulasi dalam seluruh aliran darah, kira-kira tiga kali jumlah leukosit yang disimpan dalam sumsum tulang Guyton
1996. Leucopenia atau penurunan jumlah leukosit di dalam sirkulasi umumnya disebabkan oleh neutropenia atau limfopenia Harvey 2001.
2.7.3 Hemoglobin
Hemoglobin merupakan pigmen pada eritrosit yang terdiri dari protein terkonjugasi kompleks yang mengandung besi Guyton 1996. Pembentukan hemoglobin dimulai dalam eritroblas dalam
stadium retikulosit kemudian diteruskan sampai sel eritrosit matang. Jika sel eritrosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke aliran darah maka akan tetap melanjutkan pembentukan sedikit
hemoglobin selama beberapa hari atau sesudahnya.
Hemoglobin terbentuk dari gabungan dua komponen yaitu heme dan globin. Heme mengandung protophorpirin dan ion Fe
2+
yang disintesis oleh mitokondria dan dari beberapa penyelidikan dengan menggunakan isotop diketahui bahwa heme terutama disintesis dari asam asetat
dan glisin yang umumnya terjadi di dalam mitokondria Guyton 1995. Kandungan zat besi yang terlepas ketika hemoglobin mengalami perusakan, akan segera menuju ke hati, kemudian
dipergunakan kembali untuk pembentukan hemoglobin baru Ganong 1995. Globin adalah suatu polipeptida yang didapatkan dari pembentukan hemoglobin yang disintesis oleh sitoplasma sel darah
merah Frandson 1996.
Sifat dasar rantai hemoglobin adalah kemampuannya untuk berikatan secara longgar dan reversibel dengan oksigen, tetapi jika ada gangguan akan mengubah sifat-sifat fisik molekul
hemoglobin Guyton 1995. Hemoglobin janin normalnya digantikan dengan hemoglobin dewasa, segera setelah lahir Ganong 1995. Hemoglobin pada fetus berbeda dengan orang dewasa. Perbedaan
ini terdapat pada komposisi asam amino, kurva disosiasi oksigen, kelarutan dan spektrum absorbansi ultra violet.
Kadar hemoglobin pada tikus sangat dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk proses pengambilan darah, umur, jenis kelamin, galur, anesthesia yang dilakukan, dan stress. Pada tikus,
pengambilan darah yang dilakukan dari hati, secara signifikan menurunkan jumlah eritrosit, leukosit, hemoglobin dan hematokrit jika dibandingkan dengan pengambilan darah dari retroorbital sinus atau
ekor Campbell 2004. Kadar hemoglobin dalam darah normal tikus berkisar 13.2-16.4 gdL Campbell 2004.
Hemoglobin embrional terdiri dari sebuah kombinasi antara dua rantai α dengan dua rantai ε, yang pada akhirnya hemoglobin embri
onal dikomposisikan dalam sebuah tetramer rantai ε yang akan menghilang setelah 3 bulan pertama hidup di intrauterus. Hemoglobin fetus Hgb F terdiri dari 2
rantai polipeptida yaitu α dan . Produksi rantai α dan dimulai sejak awal kehidupan fetus, kemudian rantai berangsur-angsur menurun sebelum kelahiran dan digantikan dengan peningkatan produksi
rantai dan pada saat lahir Hgb F tetap dibuat dengan nilai sekitar 75 dari total hemoglobin, tetapi kadar Hgb F menurun hinga 5 pada usia 6 bulan Ganong 1995. Hemoglobin orang dewasa normal
90- nya berupa hemoglobin A Hgb A yang terdiri dari dua rantai polipeptida rantai α dan .
Guyton 1995.
2.7.4 Trombosit
Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah. Sebanyak 45 dari volume darah terdiri dari sel- sel darah dan 55 terdiri dari plasma. Elemen darah terbentuk oleh tiga jenis sel, yaitu sel darah
merah RBC- red blood cell, sel darah putih WBC- white blood cell dan sel pembekuan darah trombosit. Trombosit mempunyai ukuran yang sangat kecil ya
itu sebesar β μm. Trombosit tidak mempunyai inti sel dan merupakan fragmen sel, dan berbentuk giant cell di dalam sumsum tulang
belakang Harvey 2001. Keping-keping darah atau sering dikenal dengan sebutan trombosit berukuran kecil, tidak
berwarna, dan berbentuk bulat atau batang dalam sirkulasi darah hewan. Besar trombosit bermacam- macam, pada mamalia rata-
rata berdiameter γμ, dalam keadaan tertentu dapat berukuran besar. Trombosit dibentuk di hati fetus, limfa, dan sumsum tulang. Pada mamalia dewasa, sumsum tulang
merupakan tempat pembentukan utama. Trombosit berasal dari megakariosit dan jumlahnya paling banyak pada darah yang bersirkulasi. Jumlah trombosit tergantung pada spesies hewan. Pada individu
yang sama, jumlah trombosit darah vena dan arteri berbeda Supriatna 1998.
Menurut Guyton dan Hall 1996, trombosit dibentuk di sumsum tulang belakang dari megakariosit, yaitu sel yang sangat besar dalam susunan hemopoietik dalam sumsum tulang belakang
yang memecah menjadi trombosit. Trombosit mempunyai banyak ciri khas fungsional sebagai sebuah sel, walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi.
Membran sel trombosit juga memegang peranan yang penting. Di permukaannya terdapat lapisan glikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat menghindari pelekatan pada endotel normal
dan justru melekat pada dinding pembuluh yang terluka, terutama pada sel-sel endotel yang rusak, dan bahkan melekat pada jaringan kolagen yang terbuka pada bagian pembuluh. Waktu paruh hidup
trombosit dalam darah berkisar antara 8-12 hari, setelah itu proses kehidupannya berakhir. Trombosit kemudian diambil dari sirkulasi oleh sistem makrofag jaringan dan diganti dengan sel yang baru.
Menurut Sacher dan McPheson 2000, trombosit mempunyai dua fungsi yang berbeda: 1 melindungi integritas endotel pembuluh darah, dan 2 memulai perbaikan apabila terjadi kerusakan
pada dinding pembuluh darah. Interaksi trombosit dengan dinding pembuluh ini disebut hemostatis primer.
Trombosit berfungsi dalam sistem pembekuan darah, dari trombosis jaringan yang rusak akan dikeluarkan tromboplastin yang bereaksi dengan protrombin dan kalsium membentuk trombin.
Trombin akan bereaksi dengan fibrinogen membentuk fibrin yang akan menutupi jaringan yang terluka. Menurut Guyton dan Hall 1996, trombosit memegang peranan yang penting dalam
mengubah protrombin menjadi trombin, karena benyak protrombin mula-mula melekat pada reseptor trombosit yang telah berikatan dengan jaringan yang rusak. Pengikatan ini akan mempercepat
pembentukan trombin dari protrombin. Mekanisme terbentuk benang fibrin yang akan menutup jaringan yang rusak dapat dilihat pada Gambar 2.
Trombosit adalah fragmen sitoplasma prekusor sel induk, yaitu megakariosit. Ukuran trombosit bervariasi dan beredar selama kurang lebih 10 hari sebagai sel berbentuk piringan dan tidak berinti.
Pembentukan trombosit dilakukan oleh trombopoietin, yang analog dengan eritropoietin pada pembentukan eritrosit. Trombopoietin memiliki homologi yang subtansial dengan eritropoietin dan
tidak saja meningkatkan produksi trombosit, tetapi juga proliferasi megakariosit Sacher dan McPherson 2000.
Gambar 2. Skema perubahan protrombin menjadi trombin dan polimerasi fibrinogen membentuk benang fibrin Guyton dan Hall 1996
Gangguan pada jumlah atau fungsi trombosit menyebabkan pemanjangan waktu pendarahan dan kelainan pembentukan bekuan. Keadaan dimana jumlah trombosit darah berkurang disebut
dengan trombositopenia. Ini terjadi saat trombosit menghilang dari sirkulasi, lebih cepat sebelum waktunya dan belum digantikan oleh trombosit baru. Trombositopenia juga dapat diakibatkan oleh
gagalnya produksi trombosit yang masih ada dalam sirkulasi darah. Menurut Sacher dan McPherson 2000, penyebab utama trombositopenia dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori: 1 kegagalan
sumsum tulang belang untuk menghasilkan trombosit dalam jumlah memadai, dan 2 peningkatan destruksi perifer atau sekuestrasi trombosit.
2.7.5 Hematokrit
Hematokrit atau PVC Packed Cell Volume adalah suatu persentase sel darah merah di dalam 100 ml darah. Pada hewan normal, PVC sebanding dengan jumlah eritrosit dan kadar hemoglobin.
Makin besar presentase eritrosit maka makin besar nilai hematokritnya. Nilai hematokrit bervariasi tergantung dari tingkat keaktifan tubuh, adanya anemia, atau ketinggian tempat tinggal Guyton
1995. Hubungan eritrosit terhadap viskositas darah adalah berbanding lurus yaitu semakin besar hematokrit maka semakin banyak pula timbul gesekan antara lapisan darah dimana viskositas darah
semakin meningkat, yang ditunjukkan dengan meningkatnya derajat kesukaran aliran darah melalui pembuluh darah kecil Guyton 1995.
Hematokrit merupakan indikasi dari proporsi sel cairan di dalam darah. Hematokrit yang rendah dapat mengindikasikan beberapa kelainan antara lain anemia, hemoragik, kerusakan sumsum
tulang, kerusakan sel darah merah, malnutrisi, myeloma, rheumatoid, dan arthritis. Sebaliknya nilai
Protrombin
Ca
2+
Aktivator protrombin
Trombin Fibrinogen
Fibrinogen monomer
Benang-benang fibrin
Trombin → faktor
stabilisasi fibrin yang teraktivasi
Benang fibrin yang saling berikatan
Ca
2+
hematokrit yang tinggi mengindikasikan dehidrasi eritrositosis dan polisitemia vena. Limpa memainkan peranan yang penting dalam mempengaruhi besarnya sirkulasi darah merah. Pemeriksaan
yang dilakukan berhubungan dengan total hematokrit tubuh di vena atau banyaknya hematokrit di pembuluh darah. Rasio total hematokrit pembuluh darah dengan hematokrit vena lebih besar ketika
limpa mengalami gangguan Campbell 2004. Darah dalam pembuluh yang kecil pada tubuh secara nyata menurunkan nilai hematokrit dibandingkan dengan darah yang berasal dari jantung atau
pembuluh besar.
Penentuan nilai hematokrit dilakukan dengan mengisi tabung hematokrit dengan darah yang diberi zat agar tidak menggumpal, kemudian dilakukan sentrifugasi sampai sel-sel menggumpal di
bagian dasar. Sejumlah darah yang disentrifugasi dengan kecepatan tinggi menyebabkan terpisahnya elemen-elemen darah yang dapat dibedakan dari atas ke bawah sebagai berikut : 1 Plasma berupa
selapis kuning yang terpisah karena diperas dari lapisan- lapisan sel darah, 2 Bagian keruhbafikut, yaitu suatu lapisan berwarna abu-abu sampai abu-abu kemerahan yang terdiri dari trombosit mengisi
lapisan teratas berwarna kuning kecoklatan, leukosit lapisan berwarna abu kemerahan, dan eritrosit memberi warna merah dalam lapisan keruh ini, 3 Retikulosit yaitu lapisan terbawah berwarna
merah tua. Nilai hematokritnya kemudian dapat diketahui secara langsung dari tabung tersebut. Nilai hematokrit biasanya dianggap sama manfaatnya dengan hitungan eritrosit total dan pelaksanaannya
juga jauh lebih mudah Frandson 1996.
2.7.6 Hematology Analyzer
Hematology analyzer atau blood cell counter adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan
darah. Fungsi alat ini intinya untuk menghitung jumlah sel-sel darah. Tetapi hasil pemeriksaan dari alat ini bisa bermacam-macam, seperti perhitungan volume rata-rata eritrositMean Cell Volume
MCV, rata-rata sel hemoglobinMean Cell Hemoglobin MCB, konsentrasi rata-rata sel hemoglobinMean Cell Hemoglobin Concentration MCHC, volume rata-rata plateletMean Platelete
Volume
MPV dan masih banyak parameter lain yang dihasilkan sesuai dengan kemampuan alatnya. Menurut Sofie 1994, alat ini dapat bekerja ganda yaitu dengan metode otomatik optik dan
metode elektrik konduksi. Metode otomatik optik mendasarkan pada pengumpulan hamburan cahaya dari sel-sel darah dan mengonversinya ke dalam bentuk pulsa-pulsa listrik untuk dihitung. Cahaya
tersebut dilewatkan melalui aliran sel, kemudian diteruskan ke detektor cahaya seperti photo multiplier
. Jika ada sel yang lewat maka cahaya yang ke detektor akan terhalang oleh sel. Besar kecilnya sel akan mempengaruhi banyak atau sedikitnya cahaya yang ke detektor, sehingga detektor
juga akan mengkonversinya ke dalam pulsa-pulsa listrik dengan amplitudo yang berbeda-beda. Pulsa- pulsa ini kemudian dikuatkan oleh amplifier berimpedansi imputan tinggi. Setelah melalui amplifier,
pulsa-pulsa ini masuk discriminator amplitudo yang dapat diatur untuk memilah-milah pulsa yang benar-benar dari sel. Kemudian dihitung dan ditampilkan ke penampil display. Teknik ini
membutuhkan waktu 30 detik untuk sekali proses penghitungan secara lengkap. Sistem ini memerlukan kurang lebih satu mililiter sampel darah.
Dalam metode kedua yaitu metode elektrik konduksi, menggunakan prinsip mengukur perubahan konduktivitas yang terjadi pada saat tiap sel melewati sebuah lubang sel pada orifice ruang
penghitungan. Prinsip pengukurannya bahwa darah adalah bukan konduktor yang baik dan pelarut yang digunakan adalah konduktor yang baik. Metode ini menggunakan dua buah elektrode, yang satu
diletakkan dalam orifice dan yang lainnya ditempatkan di luarnya. Di antara kedua elektrode terbuat dari platinum itu dialirkan arus listrik konstan. Penghitungan sel terjadi saat sel-sel darah dialirkan
melewati lubang bersama mengalirnya larutan reagen. Pada saat tidak ada sel yang melewati lubang orifice maka resistansi antara dua elektrode sangat kecil, tetapi pada saat sebuah sel melewati lubang
orifice maka resistansi akan menjadi besar sehingga pulsa tegangan akan terbentuk sesuai dengan besar atau volume sel.
Alat hematology analyzer yang dipakai dalam penelitian ini berada di Laboratorium Kesehatan Daerah di Jl. Kesehatan No.3 Tanah Sareal Bogor. Tipe alatnya yaitu Hemavet HV950FS multispecies
hematology analyzer Gambar 3. Prosedur penggunaannya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 3. Hematology analyzer di Labkesda Bogor
BAB III METODOLOGI
3.1 Bahan dan Alat