Kesimpulan Latar Belakang Pengaruh pemberian yogurt sinbiotik fungsional berbasis probiotik lokal terhadap status hematologi tikus percobaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini telah mengaplikasikan BAL probiotik lokal terbaik, yang berasal dari daging sapi di beberapa pasar tradisional wilayah Bogor. Formula yang terpilih F3 adalah yogurt dengan BAL probiotik L. bulgaricus + S. thermophilus + L. fermentum 2B4 dan FOS 5. Pada analisis secara in vivo dengan tikus percobaan membuktikan bahwa adanya Enteropathogenic E. coli EPEC dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat-zat gizi. Hal ini terlihat dari kurva berat badan pada kelompok yang diinfeksi EPEC mengalami kenaikan berat badan yang paling rendah di antara yang lainnya walaupun tidak berbeda nyata secara statistik. Selain itu terlihat dari kondisi feses tikus yang diinfeksi EPEC kontrol positif berwarna agak coklat, lembek, agak berair dengan kadar air feses yang mencapai 66.87, berbeda nyata p0.05 lebih tinggi dengan kelompok tikus yogurt sinbiotik. Status hematologi menunjukkan bahwa secara statistik, perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit p0.05. Hasil ANOVA menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata p0.01 terhadap jumlah leukosit percobaan. Ada pengaruh sangat nyata lebih tinggi jumlah leukosit tikus kelompok yogurt sinbiotik dengan leukosit kelompok tikus kontrol positif. Secara umum konsentrasi hemoglobin pada tiap kelompok perlakuan antara 12 –14 jutaL dan perlakuan tidak berpengaruh terhadap konsentrasi hemoglobin. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah trombosit tikus. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa trombosit kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata lebih tinggi dengan kelompok yogurt sinbiotik. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap nilai hematokrit tikus dimana kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata lebih tinggi p0.01 dengan kelompok tikus lainnya.

5.2 Saran

Hal-hal yang dapat disarankan untuk penelitian berikutnya adalah : 1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai jumlah FOS yang dipakai oleh BAL probiotik dan sisanya untuk dipergunakan dalam tubuh inang. 2. Penelitian lebih lanjut mengenai efek mengkonsumsi yogurt sinbiotik terhadap status hematologi manusia dengan parameter eritrosit, leukosit, hemoglobin, trombosit dan hematokrit. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Hematologi. http:id.wikipedia.orgwikiHematologi. [1 November 2010]. Aboderin FI, Oyetayo VO. 2006. Haematological Studies Of Rats Fed Different Doses Of Probiotic, Lactobacillus plantarum , Isolated From Fermenting Corn Slurry.Pakistan J Of Nutrition 5 2 : 102-105 Arief II, Maheswari RRA, Suryati T. 2008. Aktivitas antimikroba bakteri asam laktat yang diisolasi dari daging sapi. Makalah Seminar Hasil Penelitian Departemen IPTP Fakultas Peternakan IPB, Bogor. Asahara T, Nomoto K, Shimizu K, Watanuki M, Tanaka R. 2001. Increased Resistance of mice to Salmonella enterica serovar Typhimurium infection by synbiotic administration of Bifidobacteria and transgalactosylated oligosaccharides. J Appl. Microbiol., 91 6: 985 –996. AOAC. 1990. Official Methode of Analysis of AOAC International. AOAC International. Virginia. USA. Andersson H, Asp N-G, Bruce A, Roos S, Wadstrom T, Wold AE. 2001. Health effects of probiotics and prebiotics: A literature review on human studies. Scand J Nutr 45: 58-75. Axelsson LT. 1998. Lactic acid bacteria classification and physiology. Di Dalam: Salminen, S. A. Von Wright, dan A. Ouwehand, Eds. 2004. Lactic Acid Bacteria: Microbiology And Functional Aspect. Marcell Dekker Inc., New York, Basel. Bao Y, Zhang Y, Zhang Y, Li Y, Wanga S, Dong X, Wang Y, Zhang H. 2010. Screening of potential probiotic properties of Lactobacillus fermentum isolated from traditional dairy products. Food Control J 21: 695-701. Bengmark S. 1998. Econutrition And Health Maintenance: A New Concept To Prevent Inflammation, Ulceration And Sepsis. Clin Nutr.15:1 –10. Campbell TW. 2004. Mammalian hematology : Laboratory Animals and Miscellaneous Species. In : Thrall MA. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Lippincott Williams and Wilkins. Car BD, Eng VM, Everds NE, dan Bounous DI. 2006. Clilnical pathology of the rat. In : Suckow MA, Weisbrith SH, and Franklin CL Eds.. The laboratory rat. USA : Elsevier Academic Press. Chandan RC. 2006. Milk Composition, Physical and Processing Characteristics. In : Ramesh C. Chandan Ed. Manufacturing Yogurt and Fermented Milks. Iowa: Blackwell Publishing. Chandan R, White CH, Kilara A, Hui YH. 2006. Manufacturing Yogurt and Fermented Milks. Iowa: Blackwell Publishing. Collado MC, Gueimonde M, Salminen S. 2007. Probiotics adhesion of pathogens: mechanisms of action. In : Ronald Ross Watson and Victor R. Preedy Eds.. Bioactive Foods in Promoting Health : Probitics and Prebiotics. Elsevier Applied Science. Oxford. Dairy Foundation. 1997. The Probiotic Effects Of Lactic Acid Bacteria. An Interpretive Review of Recent Nutrition Research. Burnaby. Online, httpwww.probiotics. comjournal01.pdf, diakses tanggal 5 Agustus 2005. de Vrese M, Offick B. 2010. Probitics and Prebiotics Effect on Diarrhea. In : Ronald Ross Watson and Victor R. Preedy Eds.. Bioactive Foods in Promoting Health : Probitics and Prebiotics. Elsevier Applied Science. Oxford. Dharmawan NS. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner Hematologi Klinik. Cetakan ke-2. Denpasar : Pelawa sari. Donnenberg MS. 1995. Enteropathogenic Escherichia coli. Raven Pr. New York. pp 709-726. [EBI] European Bioinformatic Institute. 2010. Lactobacillus plantarum is important to the dairy industry for lactic acid production. http:www.ebi.ac.uk2cangenomesbacteriaLactobacillus_plantarum.html. [3 November 2010]. Faith RE, Hessler JR. 2006. Housing and environtment. In : Suckow MA, Weisbrith SH, and Franklin CL Eds.. The laboratory rat. USA : Elsevier Academic Press. Farida E. 2005. Seleksi Bakteri Asam Laktat Kandidat Probiotik dan Evaluasi Penempelannya secara In Vitro [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Favier CF, Vaughan EE, de Vos WM dan Akkermans ADL. 2002. Molecular monitoring of succession of bacterial communities in human neonates. appl. environ.microbiol., 68, 219 – 226. Frandson RD. 1996. Anatomi Dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. __________. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Review Of Medical Physiology. Edisi 14. Diterjemahkan Oleh Patrus Andrianto. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta : 486-510. Ganong WF. 1999. Review of Medical Physiology. Terj. Adji Dharma. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-17. EGC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. __________. 2002. Fisiologi Kedokteran, 20 th edition. Diterjemahkan oleh Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: CV EGC Gibson GR, Roberford MB. 1995. Dietary Modulation of the Human Colonic Microbiota: Introducing the Concept of Probiotics. J. Nutr. 125: 1401-1412. Gibson GR, 1998. Dietary Modulation Of The Human Gut Microflora Using Prebiotics. Br J Nutr 804:S209-12. Gill, H.S dan Cross, M.L. 2001. Probiotics and Immune Function. In : Philip C. Chalder, Catherine J. Field dan Harsharnjit S. Gill Eds. Nutrition and Immune Function. New York : CABI Publishing. Guyton AC. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Textbook Of Medical Physiology Edisi 7. Diterjemahkan Oleh Ariata Tengadi. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta. pp. 52-67. Guyton AC, Hall JE. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Irawati Stiawan Penerjemah. Textbook of Medical Physiology. Jakarta: EGC Harper. 1997. Biokomia. Edisi Ke-4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Harvey JW. 2001. Atlas of Veterinary Hematology : Blood and Bone Marrow of Domestic Animals. Pennsylvania : WB Saunders Company. Hayakawa K. 1992. Classification and action of food microorganism. di dalam: Nakazawa, H. dan A. Hosono Eds.. 1992. Functions Of Fermented Milks : Challenge For The Health Science. Elsevier Applied Science, London, New York. Hidayat A. 1997. Diare Salah Satu Penyebab Utama Kematian Bayi Indonesia. Kompas. Jakarta Hoffbrand AV, Petit JE, Moss PAH. 2005. Hematologi. Edisi Ke-4. Dewi Asih Mahanani. Penerjemah: Jakarta. Penerbit Kedokteran EGC. Terjemahan Dari Essential Haematology. Holst H, Breves G. 2005. Probiotics – From Empirical Medicine To The Therapeutic Standard. Z. Gastroenterol. 43: 601 –606. Hond ED, Geypens B, Ghoos Y. 2000. Effect Of High Performance Chicory Inulin On Constipation. Nutrition Research 20 5: 731-736. Jackson MS, Bird AR dan McOrist AL. 2002. Comparison of two selective media for the detection and enumeration of lactobacilli in human faeces, J. Microbiol. Methods, 51, 313 –321. Kailasapathy K, Rybka S. 1997. L. acidophilus and bifidobacterium spp. – their therapeutic potential and survival in yogurt. The Australian J of Dairy Technology 52: 28-35. Kearney N, Stanton C, Desmond C, Coakley M, Collins JK, Fitzgerald G, dan Ross RP. 2008. Challenges Associated with the Development of Probiotic-Containing Functional Foods. In : E.R. Farnworth Editor. Handbook of Fermented Functional Foods. CRC Press, Boca Raton. Klaassens ES, de Vos WM, Vaughan EE. 2007. Molecular approaches to assess the activity and functionality of commensal and ingested bifidobacteria in the human intestinal tract. In : Maria Saarela Eds.. Functional Dairy Products Vol 2 : Woodhead Publishing Limited Cambridge : 303-329. Kolopaking, MS. 2002. Penatalaksanaan Muntah dan Diare Akut dalam Simposium Penatalaksanaan Kedaruratan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam II di Hotel Sahid 30-31 Maret 2002. Kullisaar T, Songisepp E, Mikelsaar M, Zilmer K, Vihalemm T, Zilmer M. 2003. Antioxidative probiotic fermented goats’ milk decreases oxidative stress-mediated antherogenicity in human. Br J Nutr 90: 449-456. Le Blay G, Michel C, Blottiere HM, Cherbut C. 1999. Prolonged Intake of Fructo-Oligossacharides Induces A Short-Term Elevation of Lactic Acid-Producing Bacteria and Persistent Increase In Fecal Butyrate In Rats. J. Nutrition 129: 2231-2235. Liong M. 2007. Probiotics: a critical review of their potential role as antihypertensives, immune modulators, hypocholesterolemics, and perimenopausal treatments. Nutrition Reviews 65 7: 316-328. Lourens-Hattingh A, Viljoen BC. 2001. Yogurt as probiotic carrier food. International Dairy J 11: 1- 17. Majamaa H, Isolauri E, Saxelin M And Vesikari T. 1995. Lactic acid bacteria in the treatment of acute rotavirus gastroenteritis. J Pediatr Gastroent Nutr, 20, 333 –338. Mcfarlane GT, Cummings JH, 1999. Probiotics and prebiotics : Can Regulating The Activities Of Intestinal Bacteria Benefit Health. BM J, 318: 999-1003. McCracken VJ, Lorenz RG. 2001. The Gastrointestinal Ecosystem: A Precarious Alliance Among Epithelium, Immunity And Microbiota. Cell Microbiol. Meyer DJ dan Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation and Diagnosis. Third Edition. USA : Sanders. Myllyluoma E, Kajander K, Saxelin M. 2007. Functional dairy products for gastrointestinal infections and dysfunction. In : Maria Saarela Eds.. Functional Dairy Products Vol 2 : Woodhead Publishing Limited Cambridge, 63-80. Moller C, Vrese M.D. 2004. Review: Probiotics Effects Of Selected Acid Bacteria, Institute For Physiology And Biochemistry Of Nutrition. Federal Research Center for Nutrition and Food, Location Kiel, D-24103 Kiel, Germany. Murtini S, Nurhayati T, Purwanto SB, Wibawan IWT.2005. Pengembangan Metode Produksi Antigen Protease Escherichia Coli Enteropatogenik EPEC. J Med Vet Indonesia 9 1:27-31. Nadal ES, Barbera SE, Lopez JF, Alvarez JAP. 2007. Food formulation to increase probiotic bacteria action or population. In : Ronald Ross Watson and Victor R. Preedy Eds.. Bioactive Foods in Promoting Health: Probitics and Prebiotics. Elsevier Applied Science. Oxford. Nuraida I, Susanti, Palupi NS. 2008. Probiotic Propertion of Lactobacillus fermentum A17 isolated from milk. Symposium on Diet, Nutrition and Immunity. Singapore, 16-17 April 2008. O’Hara AM, Shanahan F. β006. The gut flora as a forgotten organ. EMBO Rep 7,688–693. Ouwehand AC, Salminen S, Isolauri E. 2002. Probiotics: Anoverview Of Beneficial Effects. Antonie Van Leeuwenhoek 82, 279 –289. Ouwehand AC, Tiihonen K, Mäkivuokko H dan Rautonen N. 2007. Synbiotics: combining the benefits of pre- and probiotics. In : Maria Saarela Eds.. Functional Dairy Products Vol 2 : Woodhead Publishing Limited Cambridge, pp 303-329. Oyetayo VO. 2004. Performance of Rats Orogastrically Dosed with Faecal Stains of Lactobacillus acidophilus and challenged with Escherichia coli. Afr J Biotecnol 3 8: 409-411. Prajapati JB, Nair MB. The History of Fermented Foods. 2008. In :Edward R. Farnworth Eds.. Handbook of Fermented Functional Foods Second Edition. Boca Raton: CRC Press, pp 1-24. Quigley T. 2008. Monitoring The Growth of E. coli with Light Scattering Using The Synergy™ 4 Multi- Mode Microplate Reader with Hybrid Technology™. http:www.biotek.com resourcesdocsE_coli_app_note_final_format-2.pdf [6 November 2010]. Rao VA. 1999. Dose-Response Effects Of Inulin and Oligofructose On Intestinal Bifidogenesis Effects. J. Nutrition 129: 1442S-1445S. Rahayu ES. 2004. Makanan Fermentasi dan Probiotik. Yogyakarta: Pusat Studi Pangan dan Gizi, Universitas Gajah Mada. Rahman A, Fardiaz S, Rahayu WP, Suliantari, Nurwitri CC. 1992. Teknologi Fermentasi Susu. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Reid G. 2000. In vitro testing of Lactobacillus acidophilus NCFM TM as a possible probiotic for the urogenital tract. International Dairy J 10: 415-419. Reddy BS. 1999 : Possible Mechanism By Which Pro- And Prebiotics Influence Colon Carcinogenesis and Tumor Growth. J Nutr 129 7 Suppl:1478S-82S. Roberfroid MB, van Loo JAE, Gibson GR. 1998. The bifidogenic nature of chicory inulin and its hydrolysis chicory product. J. Nutr 128: 11-19. Robinson RK, Lucey JA dan Tamime AY. 2006. Manufacture of yoghurt. In : Tamime Adnan Ed. Fermented Milks. Blackwell Science Ltd. Salminen S, Bouly C, Boutron-Ruault MC, Cumming JH, Frank A, Gibson GR, Isolauri E, Moreau MC, Roberfroid M, Rowland I. 1998. Functional food science gastrointestinal physiology and function. Br J Nutr Suppl 1:S147-71. Salminen S, Ouwehand A, Benno Y, dan Lee YK. 1999. Probiotics: how should they be defined. Trends in Food Science and Technology 10: 107-110. Salminen S, Von Wright A, Ouwehand A. 2004. Lactic Acid Bacteria: Microbiology And Functional Aspects 3 th Edition Revised And Expanded. Marcell Dekker, Inc., New York. Sacher RA dan McPherson RA. 2000. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Sazawal S, Dhingra U, Sarkar A, Dhingra P, Deb S, Marwah, D, Menon V P, Kumar J, Black RE. 2004. Efficacy of milk fortified with a probiotic Bifidobacterium lactis DR-10TM and prebiotic galacto-oligosaccharides in prevention of morbidity and on nutritional status. Asia Pac. J. Clin. Nutr ., vol. 13. p. 28. Schneeman BO. 1999. Fiber, Inulin, and Oligofructose: Similarities And Differences. J. Nutrition 129: 1424S-1427S. Schiffrin EJ, Brassart D, Servin AL, Rochat F, Donnet-Hughes A.1997. Immune modulation of blood leukocytes in humans by lactic acid bacteria, criteria for strain selection, Am. J. Clin. Nutr., 66, 515S –520S, 1997. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2009. SNI 2981-2009. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Sofie M. 1994. Hematology Analyzer Pendeteksi kanker Darah. Universitas Diponegoro, Semarang. Steel RGD, Torrie JH. 1995. Principles and Procedures of Statistic. A Biometrical Approach. 2 nd edition. McGraw Hill Book Co., New York. Suhesti Eri. 2010. Dampak pemberian bakteri asam laktat BAL probiotik indigenous terhadap status hematologi tikus percobaan yang dipapar entheropathogenik Escherichia coli EPEC. Skripsi. Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB Bogor. Suliantari, Dewanti-Hariyadi R, Budijanto S, Herawati D. 2009. Prinsip proses produksi susu fermentasi. In: Palupi NS, Syah D eds.. Penuntun Praktikum Terpadu Pengolahan Pangan. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fateta, IPB. Supriatna ER. 1998. Patologi Klinik. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB, Bogor. Strompfova V et al. 2005. New probiotic strain Lactobacillus fermentum AD1and its effect in Japanese quail. Vet. Med. – Czech, 50, 2005 9: 415–420 Tamime AY, Saarela M, Sondergaard AK, Mistry VV, Shah NP. 2005. Production and maintenance of viability of probiotic micro-organisms in dairy products. In: Tamime AY ed.. Probiotic Dairy Products. Oxford: Blackwell Publishing Ltd., pp 39-72. Thrall MA. 2004. Erythrocyte Morphology. In : Thrall MA. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Lippincott Williams and Wilkins. Tannock GW. 1999. Probiotics: A Critical Review. Horizon Scientific Press, Nortfolk, England. Van de Water J, Naiyanetr P. 2008. Yogurt and immunity: the health benefits of fermented milk products that contain lactic acid bacteria. In: Edward R. Farnworth Eds. Handbook of Fermented Functional Foods, Second Edition. Boca Raton : CRC Press. Vedamuthu ER. 2006. Starter cultures for yogurt and fermented milks. In : Ramesh C. Chandan Ed. Manufacturing Yogurt and Fermented Milks. Iowa: Blackwell Publishing. Wahyudi Ahmad dan Samsundari Sri. 2008. Bugar dengan Susu Fermentasi. Rahasia Hidup Sehat Panjang Umur. Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Walker WA. 2008. Role of Nutriens and Bacterial Colonization in the development of Intestinal Host Defense. J. Ped. Gastroenterol. Nutr. 30: 22000. Wilson LM, Price S. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Proses Penyakit Ed 4, Buku 1. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. WHO. World Health Organization 2009. Diarrhoea. http:www.who.inttopicsdiarrhoeaen . [19 Juni 2010]. Wikipedia. 2010. Lactobacillus fermentum. http:en.wikipedia.orgwikiLactobacillus_fermentum. [30 November 2010]. ____. 2010. Lactobacillus plantarum. http:en.wikipedia.orgwikiLactobacillus_plantarum. [30 November 2010]. Yuguchi H, Goto T, Okonogi S. 1992. Fermented milks, lactic drinks, and intestinal microflora. In: Nakazawa, Y. dan A. Hosono eds.. Function of Fermented Milk: Challenges for Health Sciences. Elsevier Science Publisher Ltd., Cambridge. Zein U, Kholid, Josua. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. http:www.litbang.usu.ac.idmodulesphp . [06 Februari 2010]. Zoumpopoulou G, Foligne B, Christodoulou K, Grangette C, Pot B, Tsakalidou E. 2008. Lactobacillus fermentum ACA-DC 179 Displays Probiotic Potential In Vitro and Protects Against Trinitrobenzene Sulfonic Acid TNBS-Induced Colitis and Salmonella Infection In Murine Models. International J of Food Microbiology 121, 18 –26. Lampiran 1. Prosedur penggunaan Hematology Analyzer Prosedur Penggunaan alat Hematology Analyzer 1. Homogenkan sampel darah yang akan diperiksa 2. Tekan “New Sample” 3. Masukkan identitas sampel 4. Alat akan menghisap darah yang akan diukur melalui pipet yang tersedia pada alat. Ingat tabung reaksi atau sampel ditarik bila sudah ada bunyi “Tik” atau terdapat tulisa “Remove Tube” pada monitor. 5. Hasil akan keluar dalam waktu 57 detik 6. Tekan “Sample” untuk melihat hasil. Hasil akan diprint out secara otomatis. Hasil yang sudah diprin out, sudah tersimpan secara otomatis di memori instrument. 7. Tekan “New Sample” untuk pemeriksaan sampel berikutnya. Lampiran 2 . Uji statistik ANOVA dengan SPSS untuk aktivitas antimikroba yogurt selama 2,

4, dan 6 jam

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Penghambatan_2jam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Model 115.493 a 7 16.499 64.988 .000 Formula .174 3 .058 .228 .875 Ulangan .557 3 .186 .731 .559 Error 2.285 9 .254 Total 117.778 16 a. R Squared = .981 Adjusted R Squared = .966 Uji statistik ANOVA dengan SPSS untuk aktivitas antimikroba yogurt selama 4 jam Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Penghambatan_4jam Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Model 178.835 a 7 25.548 204.719 .000 Formula .999 3 .333 2.669 .111 Ulangan .393 3 .131 1.049 .417 Error 1.123 9 .125 Total 179.959 16 a. R Squared = .994 Adjusted R Squared = .989 Uji statistik ANOVA dengan SPSS untuk aktivitas antimikroba yogurt selama 6 jam Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Penghambatan Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Model 276.447 a 7 39.492 223.360 .000 Formula .254 3 .085 .478 .705 Ulangan 2.204 3 .735 4.155 .042 Error 1.591 9 .177 Total 278.038 16 a. R Squared = .994 Adjusted R Squared = .990 Uji statistik ANNOVA dengan SPSS untuk aktivitas antimikroba yogurt secara keseluruhan Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Rata2_Penghambatan Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Model 138.570 a 6 23.095 1.052E3 .000 Formula .046 3 .015 .693 .589 Ulangan 4.391 2 2.195 100.024 .000 Error .132 6 .022 Total 138.702 12 a. R Squared = .999 Adjusted R Squared = .998 Lampiran 3. Hasil ANOVA kenaikan berat badan tikus percobaan Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Berat Badan Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Model 3098.233 a 14 221.302 83.946 .000 Ulangan 601.919 9 66.880 25.369 .000 Perlakuan 1.926 4 .481 .183 .946 Error 79.088 30 2.636 Total 3177.320 44 a. R Squared = .975 Adjusted R Squared = .963 Lampiran 4. Data berat badan masing-masing tikus Kelompok Berat Badan gram H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 A1 98 113 128 143 142 A2 98 115 120 132 135 A3 95 118 129 141 141 A4 95 113 120 126 128 A5 94 111 116 112 125 A6 90 118 128 138 145 150 153 A7 89 108 123 135 139 144 147 A8 89 110 124 134 145 144 148 A9 88 105 119 128 136 141 140 A10 88 106 112 118 124 126 129 A11 84 108 115 121 123 125 134 A12 84 99 110 119 125 129 133 A13 84 102 114 121 124 133 136 A14 83 99 102 105 105 104 110 A15 83 98 112 121 130 131 132 B1 98 110 115 129 135 B2 97 114 135 146 149 B3 96 112 128 144 147 B4 95 112 123 130 134 B5 93 110 114 122 127 B6 90 110 122 132 141 146 150 B7 89 109 121 136 154 165 170 B8 88 101 112 124 135 140 148 B9 88 105 122 125 131 130 132 B10 88 109 115 132 141 148 153 B11 84 102 118 120 125 128 136 B12 84 94 104 116 130 138 139 B13 83 104 115 121 131 135 134 B14 83 98 108 117 123 126 132 B15 82 100 106 121 124 130 136 C1 92 131 136 142 C2 92 136 144 154 C3 90 135 144 149 C4 90 144 159 166 C5 90 139 148 153 C6 87 111 118 119 124 122 C7 87 123 134 140 145 144 C8 87 135 146 150 155 157 C9 86 135 142 148 152 158 C10 86 114 120 125 128 131 C11 82 118 126 128 133 133 C12 80 116 124 126 133 140 C13 80 105 114 116 119 123 C14 79 112 125 134 138 145 C15 77 112 123 122 122 125 D1 92 135 147 151 D2 92 132 145 150 D3 90 131 142 150 D4 90 132 147 152 D5 90 128 140 148 D6 87 125 128 128 127 126 D7 87 118 129 135 136 136 D8 86 126 138 139 150 155 D9 86 133 130 148 145 152 D10 86 137 148 155 161 160 D11 81 112 122 129 131 140 D12 80 118 125 131 138 145 D13 80 126 136 146 149 155 D14 79 115 126 137 144 151 D15 78 111 120 122 120 121 E1 85 96 110 125 138 146 E2 85 105 115 127 136 141 E3 85 101 110 120 126 132 E4 85 98 110 116 126 129 E5 85 98 106 119 126 130 Lampiran 5. Hasil ANOVA kadar air feses tikus Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: KADAR Air Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 211.813a 5 42.363 5.582 .060 Intercept 37767.170 1 37767.170 4976.381 .000 KELOMPOK 211.132 4 52.783 6.955 .043 ULANGAN .681 1 .681 .090 .779 Error 30.357 4 7.589 Total 38009.340 10 Corrected Total 242.170 9 a R Squared = .875 Adjusted R Squared = .718 Lampiran 6. Hasil uji lanjut duncan kadar air feses tikus Post Hoc Tests KELOMPOK Homogeneous Subsets KADAR AIR FESES Duncan a,b KELOMPOK N Subset 1 2 Kontrol negatif 2 55.9350 Yogurt sinbiotik 2 56.0100 Yogurt prebiotik konvensional 2 63.6200 63.6200 Yogurt sinbiotik + EPEC 2 64.8450 Kontrol positif 2 66.8650 Sig. .052 .310 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean SquareError = 7.589. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000. b Alpha = .05. Lampiran 7. Hasil pemeriksaan sampel darah tikus percobaan Sampel Hb gdL Leukosit selµL Trombosit RibuµL Hematokrit Erytrosit JutaµL A1 12.60 6200 407 32.00 6.29 A3 13.50 5200 407 34.90 6.54 A5 13.40 5900 414 34.70 6.7 Rata-rata 13.17 5767 409 33.87 6.51 A6 13.60 5200 485 34.70 6.71 A7 13.60 4000 432 34.70 7.16 A9 13.50 3900 415 33.70 6.92 Rata-rata 13.57 4367 444 34.37 6.93 A11 13.00 1200 360 33.20 7.71 A12 14.10 1400 371 35.10 7.45 A14 14.40 4400 453 35.80 6.61 Rata-rata 13.83 2333 395 34.70 7.26 B1 13.50 7700 438 35.20 6.58 B2 12.50 4800 459 33.40 6.20 B3 13.40 5800 441 35.10 6.66 Rata-rata 13.13 6100 446 34.57 6.48 B7 13.8 4500 462 35.30 6.76 B8 13.7 4800 540 33.60 7 B9 14.1 4200 560 36.30 7.14 Rata-rata 13.87 4500 521 35.07 6.97 B11 14.50 2800 314 32.50 7.61 B12 13.60 3600 345 34.90 6.98 B13 14.70 4700 356 35.30 7.82 Rata-rata 14.27 3700 338 34.23 7.47 C1 12.30 4400 307 32.70 6.13 C2 13.20 4300 274 35.10 6.54 C3 13.40 6900 299 35.40 6.49 Rata-rata 12.97 5200 293 34.40 6.39 C6 14.20 5400 309 34.6 7.57 C9 14.20 4200 364 36.8 7.24 C10 14.40 4600 401 37.2 7.66 Rata-rata 14.27 4733 358 36.20 7.49 C12 13.60 4700 366 33.80 6.88 C13 13.50 4800 375 35.50 6.85 C14 14.30 6000 386 35.80 6.86 Rata-rata 13.80 5167 376 35.03 6.86 D1 12.70 4800 304 34.5 6.24 D4 13.00 2900 317 34.7 6.29 D5 13.00 4700 273 35 6.43 Rata-rata 12.90 4133 298 34.73 6.32 D8 13.80 5800 373 34.10 7.13 D9 11.40 4900 350 30.60 5.81 D10 14.30 3300 424 38.00 7.29 Rata-rata 13.17 4667 382 34.23 6.74 D13 14.30 6100 442 37.30 7.57 D14 14.20 6900 488 37.40 7.44 D15 14.60 7700 531 37.40 7.52 Rata-rata 14.37 6900 487 37.37 7.51 E3 13.60 4300 359 34.40 7.08 E4 14.00 5100 384 34.40 7.07 E5 13.60 5600 421 34.90 6.88 Rata-rata 13.73 5000 388 34.57 7.01 Lampiran 8. Hasil ANOVA eritrosit Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: NILAI Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.123a 6 .187 1.641 .252 Intercept 782.359 1 782.359 6859.391 .000 ULANGAN .165 2 .083 .725 .514 PERLAKUAN .958 4 .239 2.099 .173 Error .912 8 .114 Total 784.395 15 Corrected Total 2.035 14 a R Squared = .552 Adjusted R Squared = .216 Lampiran 9. Hasil ANOVA leukosit Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: NILAI Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 44306666.667a 6 7384444.444 25.941 .000 Intercept 320166000.000 1 320166000.000 1124.705 .000 ULANGAN 9156000.000 2 4578000.000 16.082 .002 PERLAKUAN 35150666.667 4 8787666.667 30.870 .000 Error 2277333.333 8 284666.667 Total 366750000.000 15 Corrected Total 46584000.000 14 a R Squared = .951 Adjusted R Squared = .914 Lampiran 10. Hasil uji lanjut duncan leukosit Post Hoc Test Perlakuan Homogeneous Subsets NILAI Duncan a,b PRLAKUAN N Subset 1 2 3 4 Kontrol negatif 3 2333.33 Yogurt sinbiotik 3 3700.00 Yogurt prebiotik konvensional 3 5000.00 Yogurt sinbiotik + EPEC 3 5166.67 Kontrol positif 3 6900.00 Sig. 1.000 1.000 .712 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean SquareError = 284666.667. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. b Alpha = .05. Lampiran 11. Hasil ANOVA hemoglobin Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: NILAI Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 1.817a 6 .303 1.551 .276 Intercept 2940.000 1 2940.000 15051.195 .000 ULANGAN .784 2 .392 2.007 .197 PERLAKUAN 1.033 4 .258 1.323 .340 Error 1.563 8 .195 Total 2943.380 15 Corrected Total 3.380 14 a R Squared = .538 Adjusted R Squared = .191 Lampiran 12. Hasil ANOVA trombosit Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: NILAI Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 45740.667a 6 7623.444 22.338 .000 Intercept 2360960.067 1 2360960.067 6917.889 .000 ULANGAN 9491.733 2 4745.867 13.906 .002 PRLAKUAN 36248.933 4 9062.233 26.553 .000 Error 2730.267 8 341.283 Total 2409431.000 15 Corrected Total 48470.933 14 a R Squared = .944 Adjusted R Squared = .901 Lampiran 13. Hasil uji lanjut Duncan trombosit Post Hoc Test Homogeneous Subsets NILAI Duncan a,b PRLAKUAN N Subset 1 2 3 yogurt sinbiotik 3 338.33 yogurt sinbiotik + EPEC 3 375.67 yogurt prebiotik konvensional 3 388.00 kontrol negatif 3 394.67 kontrol positif 3 487.00 Sig. 1.000 .261 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean SquareError = 341.283. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. b Alpha = .05. Lampiran 14. Hasil ANOVA hematokrit Univariate Analysis of Variance Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: NILAI Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 25.905a 6 4.318 9.288 .003 Intercept 18564.486 1 18564.486 39937.940 .000 ULANGAN 6.988 2 3.494 7.517 .015 PRLAKUAN 18.917 4 4.729 10.174 .003 Error 3.719 8 .465 Total 18594.110 15 Corrected Total 29.624 14 a R Squared = .874 Adjusted R Squared = .780 Lampiran 15. Hasil uji lanjut duncan hematokrit NILAI Duncan a,b PRLAKUAN N Subset 1 2 yogurt sinbiotik 3 34.2333 yogurt konvensional 3 34.5667 kontrol negative 3 34.7000 yogurt sinbiotik + EPEC 3 35.0333 kontrol positif 3 37.3667 Sig. .213 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on Type III Sum of Squares The error term is Mean SquareError = .465. a Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000. b Alpha = .05. PENGARUH PEMBERIAN YOGURT SINBIOTIK FUNGSIONAL BERBASIS PROBIOTIK LOKAL TERHADAP STATUS HEMATOLOGI TIKUS PERCOBAAN SKRIPSI YENNI MS NABABAN F24063517 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 EFFECT OF FUNCTIONAL SYNBIOTICS YOGHURT FROM PROBIOTIC INDIGENOUS TOWARDS HEMATOLOGICAL STATUS AT RATS Yenni MS Nababan, Darwin Kadarisman, and Made Astawan Department Of Agricultural Engineering, Faculty Of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor 16002, West Java Indonesia. ABSTRACT Gastro intestinal is evidently an extremely complex microecosystem, colonized by at least 50 genera or more than 400 species of microbiota. These microbiota may have either potentially pathogenic effects, or health-promoting effects or both. Some indigenous species of Lactobacillus as probiotics and fructooligosaccharide FOS as prebiotics, have been addressed to be a functional synbiotics yoghurt product.The objective of this study was to observe the effect of functional synbiotics yoghurt from probiotic indigenous at rats that infected by Enteropathogenic Escherichia coli EPEC, and also to detect the impact toward hematological status, include erythrocytes, hematocrit, hemoglobin, platelets and leukocytes. A total of 65 male Sprague Dawley rats were used for this study and divided into 5 treatment groups. After terminating on day 21st, the results demonstrated that the number of platelet, hematocrit, and leukocytes of the positive control group had the highest number and significantly different p0.05 with the negative control group. Meanwhile, the number of erythrocyte and hemoglobin was not affected by synbiotics yoghurt. Keywords: hematology, synbiotics yoghurt, EPEC, FOS Yenni MS Nababan. F24063517. Pengaruh Pemberian Yogurt Sinbiotik Fungsional Berbasis Probiotik Lokal Terhadap Status Hematologi Tikus Percobaan. Di bawah bimbingan Darwin Kadarisman dan Made Astawan. RINGKASAN Saluran pencernaan manusia merupakan organ yang sangat spesial, baik secara fisiologis maupun mikrobiologis Tamime 2005. Lebih dari 400 spesies bakteri ada di dalam usus manusia. Seluruh mikroba tersebut membentuk 100 trilyun mikroflora normal yang hidup dari hari ke hari. Masing-masing mikroflora usus mensekresikan enzim yang mampu mengubah makanan dalam saluran pencernaan menjadi senyawa yang menguntungkan dan merugikan. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cukup kompleks karena jika tidak ditangani dengan baik, dapat mempengaruhi pertahanan tubuh penderita, yang pada akhirnya dapat menimbulkan kematian. Penyebab diare terbesar adalah infeksi dan intoksikasi poisoning. WHO menyatakan ada sekitar 4 milyar kasus diare infeksi setiap tahun dengan tingkat mortalitas 3-4 jutatahun Zein et al. 2004. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa secara in vitro bakteri probiotik galur Lactobacillus dan Bifidodobacteria dapat menghambat penempelan dan invasi bakteri enteropatogen penyebab diare seperti Enteropatogenik Escherichia coli EPEC dan Salmonella thypimurium . Beberapa peneliti juga melaporkan bahwa mengonsumsi bakteri asam laktat golongan Lactobacillus mampu meningkatkan sistem imun seluler dan humoral. Kuncinya adalah kemampuan kedua bakteri tersebut untuk menempel pada mukosa usus sehingga terjadi komunikasi antara sel inang dengan bakteri probiotik, serta menghambat bakteri penyebab diare seperti Escherichia coli maupun Clostridium deficile menempel pada mukosa usus. Dengan semakin berkurangnya populasi bakteri penyebab diare dalam saluran cerna, maka diare dapat diatasi Black dan Anderson 1989. Pada umumnya bakteri probiotik yang digunakan masih bersifat impor. Padahal isolat lokal sangat diperlukan untuk pengembangan pangan probiotik di Indonesia. Arief 2008 telah berhasil mengisolasi 10 bakteri asam laktat lokal dari daging sapi yang berasal dari beberapa pasar tradisional di daerah Bogor. Isolat lokal ini kemudian diaplikasikan pada produk pangan berupa yogurt karena yogurt merupakan minuman yang cukup diminati masyarakat Indonesia. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengaplikasikan dua bakteri asam laktat probiotik lokal terbaik, yaitu Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus fermentum 2B4, dalam pembuatan yogurt sinbiotik fungsional yang memiliki sifat sebagai imunomodulator dan antidiare. Selain itu juga untuk mengetahui pengaruh pemberian yogurt sinbiotik terhadap status hematologi tikus percobaan dengan parameter eritrosit, leukosit, hemoglobin, trombosit dan hematokrit. Penelitian ini telah mengaplikasikan BAL probiotik lokal terbaik. Formula yang terpilih adalah yogurt F3 dengan BAL probiotik L. bulgaricus + S. thermophilus + L. fermentum 2B4 dan FOS 5. Pada analisis secara in vivo dengan tikus percobaan membuktikan bahwa adanya EPEC dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan. Hal ini terlihat dari kurva berat badan tikus kelompok yang diinfeksi EPEC mengalami kenaikan yang paling rendah di antara yang lainnya. Selain itu terlihat dari kondisi feses tikus yang diinfeksi EPEC kontrol positif berwarna agak coklat, lembek, agak berair dengan kadar air feses yang mencapai 66.87, berbeda nyata dengan kelompok tikus yogurt sinbiotik Status hematologi menunjukkan bahwa secara statistik, perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah eritrosit p0.05. Analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata lebih tinggi p0.01 terhadap jumlah leukosit tikus percobaan. Secara umum konsentrasi hemoglobin pada tiap kelompok perlakuan antara 12 –14 gdL dan perlakuan tidak berpengaruh terhadap kadar hemoglobin. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah trombosit tikus percobaan. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata lebih tinggi dengan kelompok yogurt sinbiotik. Hasil ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah hematokrit tikus dan kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata p0.01 lebih tinggi dengan kelompok tikus lainnya. BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saluran pencernaan manusia merupakan organ yang sangat spesial, baik secara fisiologis maupun mikrobiologis Tamime 2005. Bila dibentangkan, saluran pencernaan manusia ini dapat mencapai luas 200 m 2 sehingga dapat meningkatkan daya serap makanan. Permukaan yang luas tersebut menjadikan saluran pencernaan manusia ini sebagai bagian tubuh yang lebih banyak kontak dengan lingkungan luar dibandingkan dengan organ kulit. Hal ini terjadi karena saluran pencernaan selalu terpapar oleh makanan selama proses pencernaan makanan Tamime 2005. Saluran cerna merupakan organ sistem imun yang paling besar dalam tubuh manusia 80 sistem imun terdapat dalam saluran cerna karena saluran cerna paling banyak terpapar dengan berbagai jenis bakteri bakteri baik maupun bakteri jahat yang masuk ke dalam tubuh. Lebih dari 400 spesies bakteri ada di dalam usus manusia. Seluruh bakteri tersebut membentuk 100 trilyun mikroflora normal pada saluran pencernaan yang hidup dari hari ke hari. Masing-masing mikroflora usus mensekresikan enzim yang mampu mengubah makanan dalam saluran pencernaan menjadi senyawa yang menguntungkan dan merugikan. Fungsi mikroflora saluran pencernaan sangatlah penting untuk menjaga kesehatan inang sehingga secara tidak langsung berhubungan dengan proses penuaan Wahyudi 2008. Kesehatan tubuh kita juga ditentukan oleh bakteri yang ada dalam saluran cerna, sehingga kita wajib menjaga keseimbangan populasi bakteri, dengan mengatur agar bakteri baik bisa tumbuh optimum Myllyluoma et al. 2007. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa bakteri probiotik tertentu seperti Bifidobacteria dan Lactobacillus dapat memperkuat sistem imun, mengatasi diare oleh rotavirus maupun bakteri, serta mengatasi sembelit Moller and Vrese 2004. Kuncinya adalah kemampuan kedua bakteri tersebut untuk menempel pada mukosa usus sehingga terjadi komunikasi antara sel inang dengan bakteri probiotik, serta menghambat bakteri penyebab diare seperti Escherichia coli maupun Clostridium deficile menempel pada mukosa usus. Dengan adanya bakteri probiotik dalam saluran cerna, maka diare dapat diatasi de Vrese M dan Offick 2010. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cukup kompleks. Jika tidak ditangani dengan baik, diare dapat mempengaruhi pertahanan tubuh penderita yang pada akhirnya dapat menimbulkan kematian. Penyebab diare terbesar adalah infeksi dan intoksikasi poisoning. WHO menyatakan ada sekitar 4 milyar kasus diare infeksi setiap tahun dengan tingkat mortalitas 3-4 jutatahun Zein et al. 2004. Berkat pesatnya perkembangan di bidang mikrobiologi, penemuan baru bidang etiologi bermunculan sehingga memperluas wawasan spektrum etiologi diare akut yang disebabkan oleh mikroba. Pada dekade 1970-1980-an telah ditemukan beberapa jenis mikroba baru penyebab diare akut pada bayi dan anak-anak. Sekarang telah dikenal tiga group E. coli sebagai penyebab diare akut, yaitu Enterotoxigenic E. coli ETEC, Enteropathogenic E. coli EPEC dan Enteroinvasive E. coli EIEC WHO 2009. Salah satu cara mencegah terjadinya diare adalah menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan, yaitu dengan mengonsumsi produk probiotik dan prebiotik secara teratur. Berbagai penelitian para ahli telah membuktikan bahwa secara in vitro bakteri probiotik galur Lactobacillus dan Bifidodobacteria dapat menghambat penempelan dan invasi bakteri enteropatogen penyebab diare, seperti EPEC, ETEC, dan Salmonella thypimurium. Beberapa peneliti juga melaporkan bahwa mengonsumsi bakteri asam laktat golongan Lactobacillus mampu meningkatkan sistem imun seluler dan humoral. Bakteri asam laktat yang sering ditemukan pada yogurt komersial yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus belum cukup untuk menjaga saluran pencernaan. Oleh sebab itu harus ditambahkan bakteri probiotik lain yang mampu bertahan hidup pada saluran pencernaan manusia. Efek probiotik pada saluran pencernaan berperan dalam menghambat adhesi patogen dan imunomodulator. Pemberian probiotik dapat memberikan keuntungan bagi kesehatan karena probiotik dapat menghasilkan asam lemak rantai pendek seperti asam laktat dan asam asetat yang menyebabkan suasana usus menjadi asam sehingga menurunkan pertumbuhan dan patogenitas bakteri serta memperbaiki keseimbangan bakteri dalam usus. Pengaruh bakteri probiotik terhadap regulasi imunitas berbeda antar strain. Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pengaruh probiotik terhadap imunitas menunjukkan bahwa mekanisme yang terkait dengan imunitas antara lain adalah pencegahan peningkatan permeabilitas sel, meningkatkan produksi IgA dan IgE serta meregulasi respon imun Gill HS dan Cross ML 2001. Walaupun target utama bakteri probiotik adalah saluran pencernaan dan usus, namun beberapa penelitian membuktikan bahwa efek immunomodulator probiotik terhadap gambaran hematologik dapat dijelaskan secara sistematik. Secara spesifik, hal ini terlihat pada leukosit dan imunitas humoral yang hanya dapat diuji secara ex vivo. Beberapa bagian sistem imun telah diketahui dapat dipengaruhi oleh pemberian probiotik, termasuk limfosit proliferasi, sekresi sitokin, dan sitotoksik selular; sistem imun bawaan fagositosis, produksi radikal, sekresi enzim lisosim; aktivitas sel pembunuh alami dan sel natural killer NK serta antibodi immunoglobulin level dan spesifik antigen Gill HS dan Cross ML 2001. Bakteri probiotik dan obat apa pun yang diberikan secara oral akan diangkut oleh darah ke organ targetnya. Darah berfungsi mendistribusikan nutrisi, oksigen serta zat-zat lain ke semua organ, sehingga memungkinkan organ tubuh melakukan fungsinya. Fungsi darah dapat terganggu bila parameter darah tidak normal, akibatnya terjadi penyakit atau gangguan pada darah dan fungsi darah yang pada gilirannya dapat menyebabkan gangguan pada organ lain. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pemberian bakteri probiotik terhadap parameter darah yang meliputi jumlah eritrosit, leukosit, konsentrasi hemoglobin dan jumlah trombosit. Pada umumnya bakteri probiotik yang digunakan di industri pangan masih bersifat impor. Padahal isolat lokal sangat diperlukan untuk pengembangan pangan probiotik di Indonesia. Arief 2008 telah berhasil mengisolasi 10 bakteri asam laktat lokal dari daging sapi mentah yang berasal dari beberapa pasar tradisional di daerah Bogor. Isolat lokal ini memiliki keunggulan sangat mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan Indonesia sehingga tidak perlu manipulasi dan rekayasa. Isolat lokal ini kemudian diaplikasikan pada yogurt karena yogurt merupakan minuman yang cukup diminati masyarakat Indonesia. Namun demikian, sifat fungsional lainnya belum diteliti, terutama sifat fungsional sebagai pencegah diare akibat infeksi EPEC. Telah diketahui bahwa beberapa strain probiotik memiliki aktivitas bakterisidal terhadap bakteri patogen termasuk EPEC, dengan cara meningkatkan status imun inang yang mengonsumsinya sebagai imunomodulator. Oleh sebab itu, dengan penambahan bakteri asam laktat probiotik lokal diharapkan status hematologi tikus bisa bertahan, bahkan bisa ditingkatkan. Proses pengambilan sampel darah dilakukan melalui proses pembedahan karena selain sampel darah juga diambil organ-organ lain seperti limpa, usus, hati dan ginjal untuk prosedur sediaan histologis yang tidak dibahas dalam tulisan ini. Tikus didislokasi leher untuk membunuh tikus tanpa memecah pembuluh darahnya. Penelitian ini dilakukan untuk menguji kemampuan bakteri asam laktat probiotik lokal berupa Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus fermentum 2B4 sebagai antidiare pada tikus percobaan yang dipapar bakteri EPEC secara in vivo serta mengetahui dampaknya pada gambaran hematologik eritrosit, hematokrit, hemoglobin, trombosit, dan leukosit.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengaplikasikan dua bakteri asam laktat probiotik lokal terbaik yang berasal dari daging sapi di beberapa pasar tradisional wilayah Bogor, yaitu Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus fermentum 2B4, dalam pembuatan yogurt sinbiotik fungsional yang memiliki sifat sebagai imunomodulator dan antidiare. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengaplikasikan BAL probiotik lokal terbaik, yang berasal dari daging sapi di beberapa pasar tradisional wilayah Bogor, pada pembuatan formula yogurt sinbiotik fungsional mengandung probiotik dan prebiotik. 2. Melakukan uji kemampuan yogurt sinbiotik sebagai antidiare pada tikus percobaan yang dipapar dengan bakteri EPEC penyebab diare. 3. Mengetahui pengaruh pemberian yogurt sinbiotik terhadap status hematologi tikus percobaan dengan parameter yang dianalisis terdiri penghitungan jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah leukosit, dan jumlah trombosit. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Pendahuluan Suhesti 2010 membuktikan bahwa penambahan EPEC pada tikus dapat menyebabkan penurunan berat badan dan kejadian diare pada tikus. Status hematologi menunjukkan bahwa jumlah eritrosit, hematokrit dan hemoglobin tikus kontrol positif memiliki jumlah yang paling rendah dan berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok tikus yang diberikan BAL, dengan atau tanpa penambahan EPEC. Kelompok kontrol positif memiliki jumlah trombosit yang paling rendah dan berbeda nyata dengan kelompok kontrol negatif dan kelompok tikus yang diberikan BAL L. plantarum 2C12. Demikian halnya dengan jumlah leukosit tikus kelompok kontrol positif berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif, kelompok BAL L. plantarum 2C12 dan kelompok BAL L. fermentum . Penambahan probiotik berupa BAL L. plantarum 2C12 dan BAL L. fermentum 2B4 pada kelompok tikus yang diberikan EPEC mampu mempertahankan status hematologi tikus untuk parameter eritrosit, hematokrit, hemoglobin, dalam jumlah yang normal. Pemberian BAL L. plantarum 2C12 menunjukkan kemampuan yang lebih besar dalam mempertahankan jumlah eritrosit, hematokrit, dan hemoglobin tikus yang diinfeksi tikus, dibandingkan dengan pemberian BAL L. fermentum 2B4. 2.2 Diare Diare adalah buang air besar defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair setengah padat, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml24 jam. Menurut WHO 2009, diare didefinisikan sebagai yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kalihari atau melebihi frekuensi buang air besar pada umumnya. Buang air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah. Diare merupakan penyakit kedua terbanyak setelah infeksi saluran nafas akut dan merupakan penyebab pertama kematian di tahun 1986 Kolopaking 2002. Menurut de Vrese M dan Offick 2010, ada empat jenis diare yaitu : 1. Diare osmotik, terjadi bila bahan-bahan tertentu yang tidak dapat diserap ke dalam darah tertinggal di usus. Bahan tersebut menyebabkan peningkatan kandungan air dalam tinja sehingga terjadi diare. Makanan tertentu buah dan kacang-kacangan dan heksitol, sorbitol juga manitol pengganti gula dalam makanan dietetik, permen dan permen karet dapat menyebabkan diare osmotik. 2. Diare yang berhubungan dengan pengacauan motilitas, disebabkan adanya gangguan motilitas sehingga waktu transit usus menjadi lebih cepat. 3. Diare sekretorik, terjadi jika usus kecil dan usus besar mengeluarkan garam terutama natrium klorida dan air ke dalam tinja. Hal ini juga bisa disebabkan oleh toksin tertentu seperti pada kolera dan diare infeksius lainnya. 4. Diare penyebab radang Diare ini terjadi jika lapisan usus besar mengalami peradangan atau membentuk tukak, lalu melepaskan protein, darah, lendir dan cairan lainnya. Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus, keracunan makanan, alergi, dan lactose intolerance makanan tertentu de Vrese M dan Offick 2010. Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja yaitu meningkatkan gerak peristaltik dan menurunkan penyerapan di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit dalam feses. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat menembus pertahanan mukosa usus Myllyluoma et al. 2007.