Analisis Yogurt Sinbiotik secara In Vitro

3.2 Analisis Yogurt Sinbiotik secara In Vitro

3.2.1 Pembuatan Yogurt Sinbiotik

3.2.1.1 Pembiakan kultur starter

Pembuatan yogurt sinbiotik ini diawali dengan pembiakan kultur yogurt yaitu Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus serta bakteri asam laktat BAL lokal Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus fermentum 2B4 yang berpotensi sebagai probiotik. Pertama, kultur murni disegarkan terlebih dahulu pada media de Man Rogosa Sharpe Broth MRSB. Kemudian, sebanyak 2 dari kultur yang disegarkan tersebut diinokulasikan ke dalam larutan susu skim steril 10. Setelah itu, kultur tersebut diinkubasi pada suhu 37°C selama 48 jam. Kultur hasil inkubasi ini disebut dengan kultur induk. Sebanyak 2 dari kultur induk tersebut lalu diinokulasikan ke dalam larutan susu skim steril 10 dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam yang hasilnya disebut dengan kultur antara. Kemudian, sebanyak 2 dari kultur antara diinokulasikan ke dalam larutan susu skim 10 dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam yang hasilnya disebut dengan kultur kerja. Setelah itu, kultur kerja dipupukkan pada media de Man Rogosa Sharpe Agar MRSA untuk mengetahui populasinya. Kultur yang memenuhi syarat untuk siap dijadikan kultur starter yogurt adalah kultur dengan jumlah populasi lebih dari atau sama dengan 10 9 cfumL.

3.2.1.2 Pemeliharaan kultur stok

Kultur stok yang telah dibuat perlu diperbaharui setiap minggu agar aktivitasnya tidak berkurang. Kultur stok yang disimpan terlalu lama, dapat berkurang aktivitasnya karena habisnya substrat dan menumpuknya metabolit.

3.2.1.3 Pembuatan formula yogurt sinbiotik

Bakteri asam laktat lokal yang berpotensi sebagai probiotik, yaitu Lactobacillus plantarum 2C12 dan Lactobacillus fermentum 2B4, selanjutnya diaplikasikan pada pembuatan yogurt sinbiotik mengandung probiotik dan prebiotik. Sementara itu, jenis prebiotik yang ditambahkan ke dalam masing-masing formula yogurt adalah fruktooligosakarida FOS 5. Empat formula yogurt yang dibuat adalah sebagai berikut : 1 Formula 1: L. bulgaricus + S. thermophilus 2 Formula 2: L. bulgaricus + S. thermophilus + L. plantarum 2C12 3 Formula 3: L. bulgaricus + S. thermophilus + L. fermentum 2B4 4 Formula 4: L. bulgaricus + S. thermophilus + L. plantarum 2C12 + L. fermentum 2B4 Proses pembuatan yogurt diawali dengan melarutkan gula pasir 5, FOS 5, dan susu skim agar total padatan yogurt menjadi 22. Hal ini karena total padatan, yaitu padatan susu maupun pemanis dengan konsentrasi lebih dari 22 akan menghambat aktivitas L. bulgaricus Rahman et al. 1992. Kemudian, susu skim tersebut ditambahkan gula pasir 5 dan FOS 5. Setelah itu, campuran bahan dipanaskan pada suhu 85°C selama 30 menit, kemudian didinginkan hingga suhu 37°C. Lalu, dilakukan penambahan starter 2 sesuai dengan formula yang telah ditentukan, kemudian diaduk hingga merata. Selanjutnya, agar terjadi proses fermentasi, dilakukan inkubasi dalam inkubator dengan suhu 37°C selama semalam Suliantari et al. 2009. Setelah itu, untuk menjaga mutu yogurt tersebut, yogurt dapat disimpan dingin pada suhu 5-6°C.

3.2.2 Pengujian Aktivitas Antimikroba BAL

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui BAL probiotik terbaik dalam bentuk yogurt sinbiotik adalah metode kontak. Metode ini didasarkan pada sifat antimikroba dari BAL probiotik lokal L. plantarum 2C12 danatau L. fermentum 2B4 dalam yogurt terhadap bakteri Enteropathogenic Escherichia coli EPEC yang dapat menyebabkan diare dan melihat penurunan jumlah bakteri EPEC setelah dikontakkan dengan yogurt. Sebanyak 0.1 mL 1 kultur bakteri patogen dimasukkan dalam 10 mL produk. Untuk mengetahui jumlah bakteri patogen awal jam ke-0, dilakukan pemupukan dengan media spesifik pada tingkat pengenceran produk 10 -6 , 10 -7 dan 10 -8 kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 37 o C selama 24-48 jam. Media agar yang digunakan untuk Escherichia coli adalah EMBA. Untuk mengetahui jumlah bakteri EPEC 1 awal, dilakukan pemupukan pada media EMBA Eosin Methylene Blue Agar kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Sementara itu, untuk mengetahui seberapa besar penghambatan formula yogurt, bakteri EPEC 1 dikontakkan dengan masing-masing formula yogurt selama dua, empat, dan enam jam. Penentuan lama waktu kontak tersebut didasarkan pada kurva pertumbuhan EPEC di mana waktu dua, empat, dan enam jam tersebut merupakan waktu bakteri E. coli berada pada fase log Quigley 2008. Setelah itu, jumlah bakteri EPEC akhir dapat diketahui dengan melakukan pemupukan pada jam ke-2, jam ke-4, dan jam ke-6 pada media EMBA, kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C selama 24 jam. Lalu, dilihat bagaimana efek penghambatan masing-masing formula yogurt tersebut terhadap EPEC yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah bakteri EPEC dengan mengurangi jumlah EPEC awal dengan EPEC akhir. Selanjutnya, yogurt yang memberikan nilai penghambatan tertinggi merupakan yogurt formula terbaik yang kemudian dioptimasikan agar menjadi produk yang siap dipasarkan.

3.3 Penelitian Utama: Analisis Yogurt Sinbiotik secara In Vivo