21
kataloger melakukan proses pengatalogan dengan menggunakan alat- alat bantu pengatalogan seperti AACR dan LCSH. Ia kemudian
membuat konsep kartu katalog dasar. Bahan tersebut kemudian diteruskan ke prosedur pengklasifikasian.
2. Pengklasifikasian Bahan pustaka yang merupakan judul baru diterima dari prosedur
pengatalogan. Klasifikator melakukan proses pengklasifikasian dengan alat-alat bantu seperti DDC atau UDC. Nomor klasifikasi yang sesuai
diberikan pada bahan tersebut. Klasifikator kemudian melengkapi nomor panggil call number dengan tanda-tanda lainnya seperti tiga
huruf petama dari nama keluarga surename pengarang dan huruf pertama dari judul dan tanda kelompok koleksi. Bahan tersebut dengan
konsep kartu katalog didalamnya, kemudian diteruskan ke prosedur penyiapan fisik.
3. Penyiapan Fisik Prosedur penyiapan fisik terdiri dari dua kegiatan utama yaitu
pembuatan katalog dan label-label. Kegiatan pertama dimulai dengan pengetikan informasi yang terdapat dalam konsep kartu katalog ke
dalam kartu-kartu standar, biasanya menggunakan lembar stensil dan alat duplikator. Sejumlah kartu entri tambahan kemudian dihasilkan
dari kartu-kartu standar tersebut.
Kegiatan kedua adalah mempersiapkan label-label untuk setiap bahan pustaka baru. Kegiatan
ini juga mencakup bahan pustaka yang diterima dari penjilidan. Label- label diketik, termasuk label untuk punggung, kartu buku dan kantong
buku. Bahan-bahan tersebut kemudian diteruskan ke sirkulasi untuk dipamerkan atau disusun di dalam rak koleksi perpustakaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengatalogan bahan pustaka yang dilakukan perpustakaan terdiri dari kegiatan proses pengatalogan,
pengklasifikasian dan penyiapan fisik.
2.1.3 Pengawasan Sirkulasi
Pengawasan Sirkulasi berkaitan dengan kegiatan pengawasan peredaran koleksi pustaka yang berkaitan dengan peminjaman dan pengembalian bahan
pustaka. Kegiatan pengawasan sirkulasi menurut Siregar 1997, 5 adalah “semua kegiatan yang berkaitan dengan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka,
biasanya untuk penggunaan di luar perpustakaan. Dengan kata lain, kegiatan ini
berhubungan dengan pengontrolan peredaran koleksi perpustakaan”.
22
Fungsi-fungsi sistem pengawasan sirkulasi menurut Siregar 1997, 33 mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Sistem dapat menyediakan fasilitas parameter yang berbeda. 2. Sistem dapat menyediakan fasilitas sistem peminjaman.
3. Sistem dapat memproses pengembalian. 4. Sistem dapat memproses perpanjangan.
5. Sistem dapat memproses denda. 6. Sistem dapat memproses reservasi.
7. Sistem dapat memproses peminjaman untuk kategori koleksi pinjaman
singkat yang biasanya berlaku untuk satu malam. 8. Sistem dapat memelihara file anggota.
9. Sistem harus mampu untuk membuat peringatan untuk keterlambatan dan penagihan.
10. Sistem harus mampu untuk membuat peringatan untuk keterlambatan
dan penagihan. 11.
Sistem harus mampu untuk menghasilkan Surat Keterangan Bebas dari Tagihan Perpustakaan SKBP berdasarkan permintaan.
12. Sistem mampu menghasilkan laporan dan statistik.
Dengan adanya rincian tugas sistem layanan pengawasan sirkulasi di atas, diharapkan pustakawan dapat memahami dan melakukan tugasnya dengan baik,
sehingga informasi yang dicari pengguna dapat diperoleh dengan cepat.
2.1.4 Pengawasan Serial
Fungsi dasar sub-sistem pengawasan serial terautomasi adalah untuk mempermudah pengecekan berkala apa yang di pesan dan nomor apa saja yang
sudah diterima, sehingga hasil yang diterima akurat. Kegiatan pengawasan serial serial control menurut Siregar 1997, 4 adalah “semua kegiatan yang
berhubungan dengan pembuatan pesanan, penerimaan dokumen, akses terhadap koleksi, pengarahan routing, pengajuan tuntutan claims, peminjaman dan
penjilidan terbitan berkala atau serial”. Berdasarkan pendapat di atas, seluruh kegiatan pengawasan serial
hendaknya diautomasikan. Kegiatan yang sebelumnya dikerjakan secara manual dan membutuhkan waktu yang lama, dengan automasi akan dikerjakan secara
cepat dan tepat dengan menggunakan komputer.
23
2.1.5 Katalog talian