Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
integral dari serangkaian kejadian-kejadian yang memuncak dalam beberapa bentuk tingkah laku. Misalnya kejadian tawuran atau amuk massa yang terjadi di
masyarakat merupakan akumulasi dari kekecewaan dan frustrasi yang dialami oleh masyarakat. http:psikologi.or.id, 2012.
4. Aspek memiliki pertimbangan rasional
Tingkat pencapaian siswa pada aspek memiliki pertimbangan rasional berada pada kategori tinggi sebanyak 25,7 , pada kategori sedang sebanyak
44,3 , dan pada kategori rendah sebanyak 30 . Artinya sebagian besar siswa mampu mempertimbangkan sesuatu secara rasional, namun masih perlu
pengembangan agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi dan mampu mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan resiko yang mungkin
terjadi. Kemampuan berfikir dan melakukan pertimbangan terhadap masalah atau konflik serta kemampuan mengorganisasi fikiran, tingkahlaku dan perasaan untuk
pemecahan masalah dalam kondisi sulit sekali pun menunjukkan penyesuaian yang normal. Individu yang tidak mamapu mempertimbangkan masalah secara
rasional akan mengalami kesulitan dalam penyesuaian dirinya. Aspek memiliki pertimbangan dan pengarahan diri yang rasional memiliki keterkaitan dengan
aspek kemampuan memanfaatkan pengalaman masa lalu. Remaja yang optimis dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian, sehingga jarang terkejut oleh
kesulitan. Mereka merasa yakin memiliki kekuatan untuk memghilangkan pemikiran negatif, berusaha meningkatkan kekuatan diri, menggunakan pemikiran
yang inovatif untuk menggapai kesuksesan, dan berusaha bergembira meskipun tidak dalam kondisi bahagia Ghufron, 2010:98.
Deanna Kuhn Santrock, 2012 : 425 baru-baru ini mendiskusikan beberapa karakteristik penting remaja dalam berpikir dan memproses informasi.
Dalam pandangannya, di tahun-tahun terahir masa kanak-kanak dan berlanjut ke
Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
masa remaja, seseorang mencapai tingkat kognitif yang mungkin dicapai atau tidak mungkin dicapai, kebalikan dengan tingkat kognitif universal yangsangat
luas yang dapat dicapai di masa kanak-kanak awal. Pada remaja, terdapat beberapa variasi fungsi kognitif. Variasi ini mendukung pendapat bahwa remaja
memproduksi perkembangan mereka sendiri ke jangkauan yang lebih luas daripada anak-anak. Kognitif terpenting yang berlangsung pada remaja adalah
peningkatan di dalam fungsi eksekutif, yang melibatkan aktivitas kognitif dalam tingkat yang lebih tinggi seperti penalaran, mengambil keputusan, memonitor cara
berfikir kritis, dan memonitor perkembangan kognitif seseorang. Peningkatan di dalam fungsi eksekutif membuat remaja dapat belajar secara lebih efektif dan
lebih mampu menentukan bagaimana memberikan perhatian, mengambil keputusan, dan berpikir kritis.
Menurut Sunstein masa remaja adalah masa di mana seseorang dihadapkan pada situasi yang lebih banyak melibatkan pengambilan keputusan,
teman mana yang hendak dipilih, siapa yang akan diajak kecncan, apakah akan melakukan hubungan seks, membeli sebuah mobil, kuliah, dan seterusnya
Santrock, 2012: 425. Seberapa kompetenkah pengambilan keputusan remaja itu? Berdasarkan hasil riset diketahui bahwa remaja yang lebih tua lebih kompeten
dibandingkan remaja yang lebih muda; remaja yang lebih muda juga lebih kompeten di bandingkan anak-anak Keating , Santrock, 2012: 425.
Dibandingkan dengan anak-anak remaja yang lebih muda cenderung lebih menghasilkan berbagai pendapat yang berbeda, menelaah sebuah situasi
berdasarkan berbagai perspektif, mengantisipasi konsekuensi dari keputusan, serta mempertimbangkan kredibilitas sumber.
Sebagian besar orang mengambil keputusan dengan lebih baik pada saat mereka berada dalam kondisi tenang dibandingkan ketika sedang emosi. Secara
khusus hal ini berlaku pada remaja, yang cenderung memiliki emosi yang kuat. Seorang remaja yang dalam kondisi tenang mampu mengambil keputusan secara
bijaksana, dapat mengambil keputusan yang tidak bijaksana ketika emosinya
Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
sedang tinggi Paus dalam Santrock, 2012: 425. Dalam kondisi demikian, emosi sering kali menghambat kemampuan mengambil keputusan.
Konteks sosial berperan penting dalam pengambilan keputusan remaja. Sebagai contoh, keinginan remaja untuk melakukan tindakan beresiko sering kali
terjadi dalam konteks dimana penyalahgunaan dan godaan lainnya sudah tersedia. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kehadiran rekan sebaya dalam situasi
beresiko meningkatkan kecenderungan remaja dalam mengambil keputusan beresiko Steinberg dalam Santrock, 2012: 425.
Pengambilan keputusan adalah ”Proses memilih mengenai sesuatu yang disukai dari suatu kejadian. Individu membuat keputusan ketika memprediksi
masa depan., memilih diantara dua pilihan atau lebih dan membuat perkiraan mengenai suatu situasi dengan bukti-
bukti yang ada.”Matlin dalam http:www.lontar.ui.ac.id, 2010 .
Simon Alfa Firdaus, 2012 : httpjuliadi.wikispaces.com model yang menggambarkan proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga fase, yaitu:
1. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh,
diproses, dan di uji dalam rangka mengidentifikasi masalah. 2.
Design Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan
menganalisis tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi, dan menguji kelayakan
solusi. 3.
Choice Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif
tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses pengambilan keputusan.
Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
5. Aspek memiliki kemampuan untuk belajar