Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral siswa, sehingga individu diharapkan mampu mempertimbangkan kemampuan
menyesuaikan diri dalam segala aspek. Sekolah tempat santri belajar memiliki lingkungan yang kondusif untuk mengembangkan penyesuaian
diri karena sekolah berada pada lingkungan pesantren. 5.
Culture and religion budaya dan agama Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh terhadap pembentukan watak dan
tingkah laku individu yang diperoleh melalui media pendidikan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-
faktor kebudayaan. Budaya yang sehat dalam suatu lingkungan masyarakat akan memberikan pengaruh yang baik kepada anggota masyarakatnya, begitu
pula sebaliknya budaya yang tidak sehat akan mempengaruhi perilaku anggota yang ada di lingkungan tersebut. Pada umumnya santri yang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan pesantren adalah santri yang memiliki persamaan budaya antara lingkungan rumah dengan budaya di lingkungan
pesantren.
1. Aspek mampu mengontrol emosi yang berlebihan
Pencapaian pada aspek mampu mengontrol emosi yang berlebihan berada pada kategori tinggi sebanyak 17,2 , pada kategori sedang sebanyak 71,4 ,
dan pada kategori rendah sebanyak 11,4 , dari hasil prosesntase tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa berada pada kategori sedang. Indikator dari
kemampuan mengontrol emosi yang berlebihan adalah dapat mengontrol emosi dan dapat mengungkapkan emosi secara wajar.
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Perubahan pada tahun-tahun awal masa puber terus berlangsung tetapi berjalan agak lambat. Pertumbuhan yang terjadi terutama
bersifat melengkapi pola yang sudah terbentuk pada masa puber. Hurlock, 1980:
Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
212. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Namun benar juga bila sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu
sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan
percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini. Demikian pula, menjelang berakhirnya masa sekolah para remaja mulai mengkhawatirkan masa
depan mereka. Pola emosi remaja adalah sama dengan pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah cintakasih sayang, gembira,
amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih, dan lain-lain. Meskipun pada usia remaja kemampuan kognitifnya telah berkembang
dengan baik, yang memungkinkannya untuk dapat mengatasi stres atau fluktuasi emosi secara efektif. Tetapi ternyata masih banyak remaja yang belum mampu
mengelola emosinya, sehingga mereka banyak mengalami depresi, marah-marah ,dan kurang mampu meregulasi emosi. Kondisi ini dapat memicu masalah, seperti
kesulitan belajar, penyalahgunaan obat, dan perilaku menyimpang. Dalam suatu penelitian dikemukakan bahwa regulasi emosi sangat penting bagi keberhasilan
akademik. Remaja yang sering mengalami emosi yang negatif cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah Yusuf dan Sugandhi, 2012: 98.
Menurut Saarni Yusuf dan Sugandhi, 2012: 99 terdapat beberapa kompetensi emosi yang penting bagi remaja, dan perlu dikembangkan, yaitu:
Kompetensi Emosi Contoh
a. Menyadari
bahwa pengungkapan
ekspresi emosi
memainkan peranan
penting dalam berhubungan sosial.
Mengetahui bahwa mengekspresikan rasa marah kepada teman dapat
merusak persahabatan
Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri
Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
b. Kemampuan mengatasi emosi
yang negatif dengan strategi regulasi diri dapat mengurangi
intensitas dan durasi kondisi emosi
Mengurangi rasa
marah dengan
menjauhi situasi negatif dan melakukan aktivitas yang dapat melupakan emosi
tersebut.
c. Memahami kondisi emosi dari
dalam tidak
selalu berhubungan
dengan pengungkapan ekspresi ke
luar remaja menjadi lebih matang,
dimulai dengan
memahami ekspresi emosinya memberikan dampak kepada
orang lain. Memahami bahwa dirinya bisa marah,
tetapi masih dapat mengelola emosi tersebut, sehingga terlihat biasa-biasa
saja netral.
d. Menyadari
kondisi emosi
sendiri tanpa terpengaruh oleh emosi tersebut.
Membedakan antara sedih dan cemas, dan
fokus mengatasi
daripada terpengaruh oleh perasaan-perasaan
tersebut. e.
Dapat membedakan
emosi orang lain.
Dapat membedakan bahwa orang lain itu sedang sedih bukan takut.
2. Aspek mampu mengatasi mekanisme psikologis