Aspek mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu Aspek bersikap objektif dan realistik

Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan Santrock, 2012 : 422.

6. Aspek mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu

Tingkat pencapaian pada aspek mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu berada pada kategori tinggi sebanyak 30 , pada kategori sedang sebanyak 57,1 , dan pada kategori rendah sebanyak 12,9 . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian, dan memiliki sikap optimis terhadap masa depan. Jika siswa tidak mampu memanfaatkan pengalaman masa lalu maka siswa akan kesulitan dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sama. Adanya kemampuan untuk belajar dan memanfaatkan pengalaman merupakan hal yang penting bagi penyesuaian diri yang normal. Dalam menghadapi masalah, siswa harus mampu membandingkan pengalaman diri sendiri dengan pengalaman orang lain. Indikator dari aspek memiliki kemampuan memanfaatkan pengalaman masa lalu adalah dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian dan memiliki sikap optimis terhadap masa depan.

7. Aspek bersikap objektif dan realistik

Pencapaian pada aspek bersikap objektif dan realistik berada pada kategori tinggi sebanyak 31,4 , pada kategori sedang sebanyak 47,1 , dan pada kategori rendah sebanyak 21,5 . Sebagian besar siswa berada pada kategori sedang hal ini berarti sebagian besar siswa sudah mampu menerima keadaan dirinya dan keterbatasan yang dimilikinya serta yakin terhadap kemampuan dirinya. Indikator dari aspek memiliki sikap objektif dan realistik adalah mengetahui kekuatan dan menerima keterbatasan diri. Perasaan diri yang lemah dan tidak berharga saat berada di sekolah menengah pertama dapat berdampak Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pada proses interaksi remaja selama di kelas, yang berpengaruh terhadap aspek kemampuan untuk belajar. Ketika remaja menganggap dirinya tidak berharga maka remaja tersebut akan cenderung pasif dalam melakukan interaksi dengan orang lain. Munculnya ketidakpercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki, perasaan kurang berharga, dan pesimis merupakan indikator self esteem yang rendah. Memiliki perasaan rendah diri, tidak mau menerima kondisi fisik, tidak memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri, maka ini pun akan terhambat. Jika siswa realistis tentang segala kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, dan merasa bahagia pada orang-orang yang menerima mereka serta mampu mencurahkan perhatian dan kasih sayang pada orang-orang tersebut, kemungkinan untuk merasa behagia akan meningkat. Artinya bahwa siswa memiliki penyesuaian diri yang sehat. Harter Santrock, 2012: 436 menyatakan bahwa penghargaan diri self- esteem adalah keseluruhan cara yang kita pergunakan untuk mengevaluasi diri kita. Kontroversi mencirikan sejauh mana perubahan penghargaan diri itu berlangsung di masa remaja. Berdasarkan hasil sebuah studi diketahui bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki penghargaan-diri yang tinggi di masa kanak-kanak. Meskipun demikian, harga diri mereka cenderung turun secara drastis selama masa remaja. Menurut hasil studi, di masa remaja, penurunan penghargaan diri pada anak perempuan lebih besar dibandingkan pada anak laki- laki. Studi longitudinal Selandia Baru menilai penghargaan diri remaja usia 11, 13, dan 15 tahun serta penyesuaian dan kompetensi mereka ketika berusia 26 tahun hasilnya adalah orang dewasa yang dicirikan oleh kesehatan fisik dan mental yang rendah, prospek ekonomi yang buruk, dan tingkat perilaku kriminal yang tinggi cenderung memiliki penghargaan diri yang rendah ketika remaja dibandingkan orang dewasa yang lebih kompeten dan berhasil mnenyesuaikan diri. Iyum Tsamratul Ainil Alawiyah, 2014 Program bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan penyesuaian diri santri Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Beberapa kritikus menyatakan bahwa perubahan perkembangan dan perbedaan gender yang menyangkut penghargaan diri di masa remaja itu terlalu di besar-besarkan Herter dalam Santrock, 2012: 436. Terlepas dari perbedaan hasil dan interpretasi ini, penghargaan diri remaj perempuan cenderung menurun paling tidak dimasa awal remaja. Penghargaan diri mencerminkan prestasi yang sesuai dengan realitasnya. Penghargaan diri seorang remaja dapat mengindikasikan persepsi tentang apakah remaja tersebut pintar dan menarik, namun persepsi tersebut mungkin tidak akurat. Dengan demikian, penghargaan diri yang tinggi dapat mengacu pada persepsi yang akurat mengenai nilai seseorang sebagai manusia serta keberhasilan dan pencapaian seseorang, namun juga dapat mengindikasikan kesombongan, berlebihan, dan merasa superior dari yang lain. Dengan cara yang sama, penghargaan diri yang rendah mengindikasikan persepsi mengenai kekurangan, penyimpangan seseorang, atau bahkan rasa inferior dan ketidak amanan patologis. Individu yang memiliki self-esteem yang rendah memiliki karakteristik memiliki perasaan yang inferior, takut dan mengalami kegagalan dalam hubungan sosial, terlihat seperti orang yang putus asa dan depresi, merasa dirinya diasingkan dan tidak diperhatikan, kurang dapat mengekspresikan diri, tidak konsisten, sangat tergantung pada lingkungan secara pasif akan mengikuti apa yang berada di lingkungannya atau tidak memiliki pendirian, rentan terhadap kritik dan penolakan, serta sulit berkomunikasi dengan orang lain.

C. Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Mengembangkan Penyesuaian