Definisi Pesantren KERANGKA TEORI POLA KOMUNIKASI

40 orang yang sholeh. 38 Sedangkan didalam istilah lain, santri berasal dari istilah cantrik dalam agama Hindu yang berarti orang-orang yang ikut belajar dan mengembara dengan empu-empu ternama. Namun sejatinya ketika diterapkan diagama Islam, kata cantrik tersebut berubah menjadi santri yang berarti orang-orang yang belajar kepada guru agama. 39 Santri adalah murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama bisa disebut sebagai Kyai bila memiliki suatu yayasan atau pesantren dan juga santri yang tinggal untuk mendalami ilmu agama berdasarkan kitab kuning. Oleh sebab itu, eksistensi Kyai biasanya berkaitan dengan adanya para santri yang mondok didalam pesantrennya. Dalam bahasannya santri di sini dibagi menjadi dua yaitu santri mukim dan juga santri kalong. Pertama, santri mukim adalah murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Kedua, santri kalong adalah murid atau santri yang tinggal tidak jauh dari lokasi berdirinya pesantren tersebut. Para santri kalong pergi ke pesantren ketika ada tugas belajar dan aktivitas pesantren lainnya. 40 Sehingga dapat difahami bahwa santri adalah murid yang belajar sekaligus mendalami ilmu agama yang didampingi oleh seorang Kyai dengan tujuan agar tercapai semua yang diharapkan terlebih santri bisa 38 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998, cet ke-1, h.783 39 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 1997, h.20 40 HM. Amin Haedari, dkk, Masa Depan Pesantren; dalam tantangan modernitas dan tantangan komplesitas global, Jakarta: IRD Press, 2004, h.35 41 lebih mengenal dan mendalami ilmu-ilmu agama dan dapat pula disebarkan atau disyiarkan kepada masyarakat awam.

D. Kitab Kuning

1. Pengertian Kitab Kuning Dalam dunia pesantren asal-usul penyebutan atau istilah kitab kuning atau kitab kuning tidak diketahui secara pasti. Penyebutan ini didasarkn pada sudut pandang yang berbeda-beda. Sebutan kitab kuning itu sendiri sebenarnya merupakan sebuah ejekan dari pihak luar, yang mengatakan bahwa kitab kuning itu kuno, ketinggalan zaman, memiliki kadar keilmuan yang rendah, dan lain sebagainya. Hal ini senada dengan apa yang dinyatakan oleh masdar: “Kemungkinan besar sebutan itu datang dari pihak orang luar dengan konotasi yang sedikit mengejek. Terlepas dengan maksud apa dan oleh siapa dicetuskan, istilah itu kini telah semakin meluas kepada masyarakat baik di luar maupun di lingkungan pesantren” 41 Jadi sebutan yang melekat pada generasi modern ini tentang sudut pandang mengenai kitab kuning menjadi lebih negatif karna pengaruh yang di asumsikan dari orang luar yang mengatakan kitab kuning merupakan sebuah sumber ilmu yang kuno padahal jelas segala yang baik dan asal muasal dari kita bisa belajar bahasa Arab dan mengerti maknanya melalui kitab kuning ini, karn pada dasarnya kitab kuning ini dibawa oleh orang terdahulu sehingga keasliannya benar-benar terjaga. 2. Konsep kitab kuning 41 M. Dawan Raharjo, Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, Jakarta: P3M, 1985. Hal. 55