67
dakwah kepada masyarakat, seorang kiyai menanamkan nilai-nilai yang bisa di bawa pulang ke kampong halaman mereka masing-masing.
61
Pola komunikasi kepada masyarakat pun kian harmonis dan masyarakatpun sebaliknya sangat mendukung aktivitas yang dilakukan
pesantren dan memberikan angin positif, karena adanya pesantren ini memberikan suasana yang positif bagi anak-anak mereka. Dengan adanya
pesantren masyarakat lebih sering berdatangan kedalam pesantren untuk belajar sekaligus menghadiri maulid Nabi Besar Muhammad SAW.
3. Komunikasi intruksional
Dengan banyaknya pemberian tugas dan hafalan yang ada maka saat itulah pengajar menggunakan komunikasi intruksional. Dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman santri terhadap materi yang digunakan. Sehingga para santri tidak hanya
memahami materi dari segi teori saja melainkan juga pelaksanaannya. Adapun instruksi yang diberikan kiyai kepada para santri, antara lain:
a. Santri diharuskan menghafal bait demi bait sekaligus memahami
makna dalam program kajian kitab kuning. b.
Santri diwajibkan untuk membaca dan mengikuti materi yang telah dijelaskan oleh pengajar seperti dalam program kajian kitab kuning
dan program seni baca al-Quran. c.
Santri dibiasakan dan ditekankan agar bisa bermain hadrah sekaligus menguasai shalawat dan qasidah
61
Wawancara langsung dengan KH. Amir Hamzah, Tanggal 21 november 2014. Pukul 15.40 tempat Aula pesantren
68
d. Santri diwajibkan sekaligus dituntut untuk bisa berbicara dan
memberabikan diri berpidato didepan orang banyak hal ini dilakukan agar menjadi bekal di kehidupan kedepannya kelak.
e. Secara umum satri diwajibkan untuk mengikuti setiap kegiatan proses
belajar mengajar sebagai penghitungan faktor penilaian selama aktif di pondok pesantren Darul Ishlah.
Pola komunikasi bintang juga bisa masu dalam proses metode pembelajara kitab kuning di pondok pesantren Darul Ishlah, karna pola
komunikasi bintang ini sangat tepat dan efektif dikarenakan adanya hubungan komunikasi antara santri dan kyai secara terus menerus dan
tiada batasnya. Selain itu, kyai juga dapat mengetahui siapa santri yang mudah menangkap pelajaran dan santri yang lamban menangkap
pelajaran. Santri pun juga bisa tahu cara penyampaian yang dilakukan oleh kyainya apakah terburu-buru atau sedang-sedang saja. Pola komunikasi
bintang ini menimbulkan relasi yang baik antara kyai dan santri karena pola komunikasi yang diterapkan dalam pembelajaran kitab kuning ini
bersifat persuasif dan semua elemen yang didalamnya dapat berkomunikasi dengan bertanya jika memang santrinya tidak mengerti.
Maksud dari persuasif tersebut yaitu kyai menjelaskan dan mengenalkan bahwa belajar kitab kuning itu tidak perlu lama asal serius dan focus
dalam mengerti sekaligus memahami setiap pelajaran yang diberikan.
69
B. Penerapan Metode dan proses penyampaian kitab kuning kepada santri
pondok pesantren Darul Ishlah
Proses pembelajaran akan mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal bila didukung dengan hubungan komunikasi yang baik antara kiai
dan santri. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang mayoritas memberikan ilmu agama secara mendalam. Dalam penerapa metode cara penyampaian
penyampaian kitab kuning seorang kiai kepada santri. Pola pengajaran yang dilakukan dalam program kajian kitab kuning di
pondok pesantren ini adalah proses pemberian materi kepada para santri secara keseluruhan atau secara bersama-sama mendengarkan ketika seorang
kiai membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan mengulas secara mendalam sebuah materi terhadap kitab berbaha Arab tersebut. Setelah itu berlangsung,
saatnya berganti posisi seorang kiai mendengarkan parasantri membacakan materi kitab kuning yang telah diulas oleh kiai sekaligus dijelaskan olehnya.
Saatnya kiai menyuruh para santri untuk melakukan penghafalan terhadap bait yang tadi sudah sama-sama dijelaskan dan di simak untuk mendapatkan
tingkat pemahaman yang mencukupi. Pola komunikasi yang dilakukan dalam program ini yaitu dengan
menggunakan komunikasi kelompok kecil yang dilakukan adalah menggunakan metode ceramah, kiai bertatap muka dengan sejumlah santri
secara langsung dan membahas bait demi bait yang terdapat didalam kitab tersebut. Memang sangatlah cocok dengan komunikasi seperti itu, karena
santri memang mengharapkan agar seorang kiai memberikan pengetahuan
70
ilmu agamanya dengan kitab kuning sebagai kajiannya. Selain itu, kiai juga menggunakan pola komunikasi intruksional dengan memberi printah kepada
santri untuk menghafal beberapa bait yang telah dibahas secara bersama- sama. Hal ini dapat menambah keilmuan santri dalam segi wawasan dan
pengetahuan ilmu agama bagi diri meraka masing-masing. Ada dua istilah yang terkait dengan cara-cara yang digunakan
pesantren untuk menyampaikan ajaran sampai ke tujuan. Mastuhu didalam bukunya menggunakan istilah metodik didaktik pengajaran, didalam bukunya
yang berjudul “ Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren dan juga menurut departemen agama menggunakan istilah metode pembelajaran pola
pengembangan pondok pesantren didalamnya menggunakan metode sorongan, wetonan, atau bendongan, metode halaqoh, hafalan, diskusi dan
metode majlis taklim. 1.
Metode yang dinamakan sorongan yaitu suatu metode yang ditempuh dengan cara gurumenyampaikan pelajaran kepada santri secara individual
dan umumnya diberikan kepada santri-santri baru yang masih memerlukan bimbingan. Dengan metode ini perkembangan intelektual santri dapat
diketahui secara utuh oleh kiai. Dengan metode ini pula, kiai dapat memberikan bimbingan penuh kejiwaan sehingga dapat memberikan
tekanan pengajaran kepada santri-santri tertentu atas dasar observasi lansung terhadap tingkat kemampuan dasar dan kapasitas santri.
62
Metode sorongan ini metode untuk awal dari penyaringan kemampuan seorang
62
Qomar, Mujamil, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Intitusi. Jakarta. Erlangga: tt, h.143.