Pengertian Kepemimpinan Madrasah Kepemimpinan Madrasah

5. Mendidik santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembagunan masyarakat dan bangsa. Dari beberpa tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan pesantren adalah membentuk kepribadian muslim yang menguasai ajaran-ajaran Islam dan mengamalkannya, sehingga bermanfaat bagi agama, masyarakat dan Negara. 34 Menurut Seojoko Prasodjo, seperti dikutip Kuntowijiyo dalam Paradigma Islam, ada lima macam pola pesantren dari yang paling sederhana sampai uamh paling maju yaitu: a Pesantren yang hanya terdiri dari masjid dan rumah kyai b Pesantren yang terdiri dari rumah kyai, dan masjdi dan pondok c Pesantren yang terdiri dan masjid, rumah kyai, pondok dan madrsah d Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, madrsah dan tempat keterampilan e Pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, madrasah, tempat keterampilan, universitas, gedung pertemuan, tempat olah raga, dan sekolah umum. Pola pertama disebut pesantren salafi tradisional dan pola yang terakhir disebut sebagai pesantren modern. 35 34 Mujamil, Pesantren dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokrisasi Institusi, h. 6. 35 Yayasan Kantata Bangsa, Pemberdayaan Pesantren, Menuju Kemandirian dan Profesio- nalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, h. 5.

3. Bentuk-bentuk Pendidikan Pesantren

Pada tahun 1970-an bentuk-bentuk pendidikan yang diselenggarakan di pesantren sudah sangat bervariasi, dan bentuk- bentuk pendidikan tersebut dapat diklarifikasi menjadi empat tipe, yaitu: a. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal dengan menerapkan kurikulum nasional, baik yang hanya memiliki sekolah keagamaan MI, MTS, MA, Perguruan Tinggi Umum. b. Pesantren yang menyelenggarakalam pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional. c. Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk Madrasah Diniyah Ula dan Madrasah Diniyah Wustha. d. Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat pengajian. 36 36 Mundzier Suparta dan Amin Haedari, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2004, h. 5