34
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Medan A. 1. Sejarah Ringkas
Kota Medan dahulunya adalah sebuah kampong kecil yang dalam masa kurang lebih 80 tahun dengan pesat berkembang menjadi kota, yang terdiri dari 21 kecamatan.
Kota Medan berada di satu tanah datar atau medan, di tempat Sungai Babura bertemu dengan Sungai Deli, yang pada waktu dikenal sebagai “Medan Putri”, tidak jauh dari
jalan Putri Hijau sekarang. Dalam buku Tengku Lukman Sinar, SH berjudul “Riwayat Hamparan Perak”
1971, yang mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak dan Datuk Sukapiring, yaitu Dua dari empat Kepala Suku
Kesultanan Deli. Pada tahun 1823 Gubernur Inggris yang berkedudukan di Pulau Penang setelah
mengutus John Anderson untuk pergi ke pesisir Sumatera Timur dan dari catatannya disebutkan bahwa Medan masih merupakan satu kampong kecil yang berpenduduk
sekitar 200 orang. Di pinggir sungai sampai ke tembok mesjid kampung Medan, ada dilihatnya susunan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar yang menurut dugaannya
berasal dari Candi Hindu di Jawa. Menurut legenda, di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli Lama
kira-kira 10 km dari kampung Medan, di Deli Tua sekarang, seorang Putri yang sangat cantik sekali dank arena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan Putri Hijau
tersohor kemana-mana, mulai dari Aceh sampai ke ujung utara Pulau Jawa. Sultan Aceh jatuh cinta pada Putri itu dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran
Sultan Aceh ditolak oleh kedua saudara lelaki Putri Hijau yang mengakibatkan perang antara Kesultanan Aceh dan Kesultanan Deli karena Sultan Aceh sanagt marah besar atas
penolakan saudara lelaki Putri Hijau. Akhirnya Kesultanan Deli lama mengalami kekalahan yang membuat Putri Hijau ditawan dan dimasukkan ke dalam sebuah peti kaca
yang dimuat ke dalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Namun saudara Putri Hijau mempergunakan kekuatan gaib, seorang dari saudara Putri Hijau menjelma jadi
seekor ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya. Putra mahkota yang menjelma jadi
meriam meledak jadi dua bagian yaitu ke Labuhan Deli telontar sebagian dan sebagian lagi terlontar di dataran tinggi Karo Kabanjahe.
Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, dekat Lhok Seumawe Aceh, Putri Hijau moho diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas
permintaannya, diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur. Permohonan Tuan Putri dikabulkan. Tetapi baru saja acara upacara dimulai, tiba-tiba berhembuslah
angin ribut yang maha dasyat disusul oleh gelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncul abangnya yang menjelma jadi ular naga itu dan menggunakan rahangnya yang
besar untuk mengambil peti adiknya yang dikurung, lalu membawa masuk ke dalam laut. Legenda ini sampai sekarang masih terkenal di kalangan orang-orang Deli dan
malahan juga dalam masyarakat Melayu di Malaysia. Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan benteng dan puri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam
penjelmaan Abang Putri Hijau dapat dilihat di halaman Istana Maimoon Medan.
Deli terkenal namanya keseluruh penjuru dunia setelah dipelopori Nienhuys yang membuka perkebunan tembakau di sekitar Medan. Hal inilah yang menarik para investor
asing dan menyebabkan banyak orang-orang dari daerah lain yang pindah ke daerah Deli untuk mencari nafkah.
Pada tahun 1918, Medan dijadikan kotapraja, tetapi tidak masuk di dalamnya kota Matsum dan daerah Sungai Kera yang tetap berada di bawah kekuasaan Kesultanan
Deli. Pada masa itu penduduk Medan telah berjumlah 43.826 jiwa. Namun dengan Keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66IIIPSU, terhitung mulai tanggal
21 September 1951 ditetapkan luas Kota Medan 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan. Kemudian, melalui Undang-Undang Darurat No. 7 dan 8 Tahun 1956, dibentuk di
Propinsi Sumatera Utara Daerah-daerah Tingkat II, antara lain Kabupaten Deli Serdang dan Kotamadya Medan.
Dan melalui Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973, Kota Medan jadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 kecamatan dan 116 kelurahan. Kemudian dengan Surat
Persetujuan Mendagri No. 140.2271PUOD tanggal 5 Mei 1986 jumlah Kelurahan tambah 8 kelurahan di Kota Medan jadi 19 kecamatan setelah dimekarkan. Kemudian
setelah melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 tahu 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan Sumatera Utara termasuk dua kecamatan pemekaran
di Kotamadya daerah Tingkat II Medan, sehingga yang sebelumnya terdiri dari 19 kecamatan dimekarkan menjadi 21 kecamatan serta luas area 265,10 Ha hingga sampai
saat ini.
Selengkapnya Wilayah Kota Medan saat ini terdiri dari beberapa kecamatan, yaitu TABEL 3. 1
Kecamatan Di Kota Medan Sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1992
No. Kecamatan
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
Kecamatan Medan Tuntungan Kecamatan Medan Johor
Kecamatan Medan Amplas Kecamatan Medan Denai
Kecamatan Medan Area Kecamatan Medan Kota
Kecamatan Medan Maimum Kecamatan Medan Polonia
Kecamatan Medan Baru Kecamatan Medan Selayang
Kecamatan Medan Sunggal Kecamatan Medan Helvetia
Kecamatan Medan Petisah Kecamatan Medan Barat
Kecamatan Medan Timur Kecamatan Medan Perjuangan
Kecamatan Medan Tembung Kecamatan Medan Deli
Kecamatan Medan Labuhan Kecamatan Medan Marelan
Kecamatan Medan Belawan
Sumber: Biro Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara
A. 2. Letak dan Geografis