ditetapkan harus lebih besar sekurang-kurangnya 5 lima persen dari Upah Minimum Propinsi UMP dan Upah Minimum Sektoral KabupatenKota UMSK
ditetapkan harus lebih besar sekurang-kurangnya 5 lima persen dari Upah Minimum Kota UMK.
E. 2. 4. Kebijakan Pemerintah Terhadap Upah Minimum
Kebijakan penetapan upah minimum dalam kerangka perlindungan upah masih tetap menemui banyak kendala sebagai akibat belum terwujudnya satu
keseragaman upah, baik secara regionalwilayah propinsi atau kabupatenkota, dan sektor wilayah propinsi atau kabupatenkota.
Dalam hal hubungan industrial, antara pengusaha dengan buruh sering terjadi perdebatan yang panjang hingga sampai menimbulkan kerugian di kedua belah pihak
yang kebanyakan berpangkal dari penerimaan upah yang tidak sesuai dengan standart kebutuhan hidup layak seorang pekerja atau buruh. Karena bagi pekerja atau buruh,
upah merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kesejahteraan diri dan keluarganya secara langsung. Sementara bagi pengusaha upah mempengaruhi biaya
produksi dan tingkat harga, yang pada gilirannya berakibat pada pertumbuhan produksi serta perluasan dan pemerataan kesempatan kerja. Semakin tinggi biaya
dikeluarkan semakin tinggi pula biaya produksi. Bagi pemerintah, upah merupakan sarana pemeratan pendapatan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu keseimbangan upah yang baik dengan kebutuhan hidup layakminimum pekerjaburuh maupun dengan kemajuan
perusahaan perlu terus diupayakan. Dengan demikian pemerataan pendapatan dan kesejahteraan pekerjaburuh dapat berjalan seiring dengan laju produktifitas
perusahaan. Khususnya dalam upaya penangagulangan kemiskinan dan peningkatan pendapatan golongan yang berpenghasilan rendah.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 telah diatur secara lengkap; mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pengupahan dalam rangka kebijakan
pengupahan yang melindungi pekerja serta mengatur hak-hak dan kewajiban masing- masing pihak baik pekerjaburuh maupun pengusaha yang berlaku secara nasional.
Materi pokok mengenai pengupahan yang diatur pada PP. No. 8 Tahun 1981 tidak jauh berbeda dengan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan.
Pengusaha berkewajiban membayar upah kepada tenaga kerja pada saat terjadinya perjanjian kerja sampai perjanjian kerja berakhir. Pengusaha dalam
menetapkan upah tidak boleh mengadakan diskriminasi antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya. Maksudnya bahwa upah dan
tunjangan lainnya yang diterima oleh tenaga kerja perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya harus sama dengan tenaga kerja laki-laki. Jadi dapat disimpulkan
bahwa nilai pengupahan tersebut tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin. Ketentuan tersebut merupakan pelaksanaan dari Konvensi ILO atau Organisasi
Perburuhan Internasional No.100 Tahun 1951 mengenai pengpahan bagi tenaga kerja laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya dan konvensi ini telah
diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia dengan Undang-Undang No. 80 Tahun 1957 Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957. Pengusaha juga dilarang
membayar upah pekerja lebih rendah dari upah minimum, jika dalam hal pengusaha tidak mampu membayar upah minimum, maka pengusaha dapat mengajukan
penangguhan pelaksanaan upah minimum Peraturan Menteri No. 01 Tahun 2006. Dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 88
ditegaskan bahwa setiap pekerjaburuh berhak memperoleh pengahasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam pengertian bahwa
jumlah upah yang diterima oleh pekerjaburuh dari hasil pekerjaannya mampu
memenuhi kebutuhan hidup pekerjaburuh beserta keluarganya secara wajar, antara lain meliputi: sandang, pangan , papan,pendidikan, ksehatan, rekreasi, jaminan hari
tua dan lain-lain. Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, telah ditempuh kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerjaburuh. Sejalan dengan kewenangan Otonomi Daerah mekanisme penetapan upah
minimum juga mengalami perubahan secara signifikan, sebagai daerah otonom, Propinsi berwenang menetapkan Upah Minimum dalam hal ini ditetapkan oleh
Gubernur, yaitu: a.
Upah Minimum Propinsi UMPUpah Minimum KabupatenKota UMK berdasarkan usulan Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial
Dewan Ketenagakerjaan Daerah, melalui kanwil Depnaker setempat. b.
Upah Minimum Sektoral Propinsi UMSPUpah Minimum Sektoral KabupatenKota UMSK atas kesepakatan Organisasi Pengusaha dan
Serikat PekerjaSerikat Buruh. Penetapan upah minimum dilakukan dengan mempertimbangkan Pasal 6 Per
Menaker Nomor PER-01MEN1999: 1.
Kebutuhan Hidup Minimum KHM; 2.
Indeks Harga Konsumen IHK; 3.
Kemampuan,perkembangan dan kelangsungan perusahaan; 4.
Upah pada umumnya berlaku di daerah tertentu dan antar daerah; 5.
Kondsi pasar kerja; dan 6.
Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan per kapita. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh maka kebijakan
pengupahan dan besarnya upah minimum yang diterima setiap bulan oleh
pekerjaburuh diatur dalam Ketetapan Gubernur Sumatera Utara. Artinya, Gubernur harus memperhatikan berita acara Dewan Pengupahan Kota Medan tentang
perumusan Upah Minimum Kota dan surat rekomendasi walikota Medan perihal penetapan Upah Minimum Kota Medan. Upah minimum tersebut ditetapkan oleh
gubernur untuk wilayah propinsi dan kabupatenkota, dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan dan BupatiWalikota.
Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.5612048KTahun 2007 tentang Penetapan Upah Minimum Propinsi Sumatera Utara Tahun 2008 maka
Upah Minimum Propinsi Sumatera Utara Tahun 2008 ditetapkan sebesar Rp.822.205; Delapan ratus dua duluh dua ribu dua ratus lima rupiah. Dalam penetapan besarnya
Upah Minimum Kota, maka Dewan Pengupahan Kota Medan perlu memperhatikan besarnya jumlah Upah Minimum Propinsi sebagai acuan, artinya Upah Minimum
Kota tidak boleh lebih rendah dari Upah Minimum Propinsi.
Jadi sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 561034.KTahun 2008 tentang penetapan Upah Minimum Kota Medan Tahun
2008 sebesar Rp. 918.000; Sembilan ratus delapan belas ribu rupiah.
Upah Minimum Kota Medan sebagaimana dimaksud dalam keputusan ini merupakan upah terendah dan hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa
kerja kurang dari 1 satu tahun, Sedang untuk pekerja yang mempunyai masa kerja 1 satu tahun atau lebih dirundingkan secara bipartit antara pekerjaburuh atau serikat
pekerjaburuh dengan pengusaha diperusahaan yang bersangkutan secara musyawarah dan dimuat dalam materi kesepakatan kerja.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01MEN1999 jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP-226MEN2000,
dalam pelaksanaan upah minimum perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu:
1. Besarnya Upah Minimum Sektoral Propinsi UMSP dan Upah Minimum
Sektoral KabupatenKota UMSK minimal 5 lima persen lebih dari Upah Minimum Propinsi dan Upah Minimum KabupatenKota Pasal 5;
2. Perusahaan dilarang membayar upah lebih rendah dari Upah Minimum
Propinsi UMPUpah Minimum KabupatenKota UMK atau Upah Minimum Sektoral Propinsi UMSPUpah Minimum Sektoral
KabupatenKota UMSK Pasal 13; 3.
Upah minimu berlaku untuk semua status pekerjaburuh, baik tetap, tidak tetap maupun percobaan Pasal 14 ayat 2;
4. Upah minimum hanya berlaku bagi pekerjaburuh yang memiliki masa
kerja kurang dari 1 satu tahun Pasal 14 ayat 2; 5.
Peninjauan besarnya upah bagi pekerja di atas masa kerja 1 satu tahun dilakukan atas kesepakatan tertulis antara pekerja dan pengusaha Pasal
14 ayat 3; 6.
Bagi pekerja borongan atau berdasarkan satuan hasil yang dilaksanakan 1 satu bulan atau lebih, upah rata-rata sebulan minimal upah minimum di
perusahaan yang bersangkutan Pasal 15 ayat 1; 7.
Pengusaha dilarang mengurangi atau menurunkan upah yang telah diberikan lebih tinggi dari upah minimum yang berlaku Pasal17.
8. Bagi pengusaha yang melanggar Pasal 7, Pasal 13, dan Pasal 14 ayat 1
dan ayat 2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01MEN1999 dikenakan sanksi sebagai berikut:
• Pidana Kurungan maksimal 3 tiga bulan atau denda maksimal
Rp.100.000,00 seratus ribu rupiah. •
Membayar upah pekerjaburuh sesuai dengan putusan hakim.
Bagi pengusahaperusahaan yang karena sesuatu hal tidak atau belum mampu membayar upah minimum yang telah ditetapkan dapat dilakukan penangguhan selama
batas jangka waktu tertentu. Walaupun terdapat prinsip “No Work No Pay” dalam sistem pengupahan,
namun karena alasan tertentu pekerjaburuh tetap berhak menerima upah dari pengusahaperusahaan. Pengecualian prinsip No Work No Pay diatur dalam Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan UUK dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah PPPU, sebagai
berikut: a.
Jika pekerjaburuh sakit, termasuk pekerjaburuh perempuan yang sakit pada hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak bias melakukan
pekerjaan Pasal 93 ayat 2 huruf a Undang-Undang Ketenagakerjaan. b.
Jika pekerjaburuh sakit maksudnya sakit biasa, bukan akibat kecelakaan kerja terus-menerus sampai 12 dua belas bulan, maka upah yang dibayarkan
oleh pengusaha Pasal 93 ayat 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan diatur: •
100 seratus persen dari upah untuk 3 tiga bulan pertama; •
75 tujuh puluh lima persen dari upah untuk 3 tiga bulan kedua; •
50 lima puluh persen dari upah untuk 3 tiga bulan ketiga; •
25 dua puluh lima persen dari upah untuk 3 tiga bulan keempat. c.
Jika pekerjaburuh tidak masuk kerja karena kepentingan khusus Pasal 93 ayat 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan:
• Pernikahan pekerjaburuh sendiri 3 hari
• Pernikahan anak 2 hari
• Khitanan atau baptis anak 2 hari
• Istri melahirkan atau keguguran kandungan 2 hari
• Meninggalnya anggota keluarga suamiistri,
orangtuamertua,anak atau menantu 2 hari •
Anggota keluarga dalam 1 satu rumah 1 hari. d.
Jika pekerjaburuh menjalankan kewajiban terhadap Negara Pasal93 ayat 2 huruf c Undang-Undang Ketenagakerjaan, maksimal 1 satu tahun Pasal 6
ayat 1 Peraturan Pemerintah Pengganti Upah. e.
Jika pekerjaburuh memenuhi kewajiban agama Pasal 93 ayat 2 huruf d Undang-Undang Ketenagakerjaan, maksimal 3 tiga bulan Pasal 6 ayat 4
Peraturan Pemerintah Pengganti Upah. f.
Jika pekerjaburuh tidak bekerja karena kesalahan pengusaha atau halangan lain Pasal 93 ayat 2 huruf e Undang-Undang Ketenagakerjaan.
g. Jika pekerjaburuh melaksanakan hak istirahat Pasal 93 ayat 2 huruf f
Undang-Undang Ketenagakerjaan. h.
Jika pekerjaburuh melaksanakan tugas serikat pekerjaserikat buruh atas persetujuan pengusaha Pasal 93 ayat 2 huruf g Undang-Undang
Ketenagakerjaan. i.
Jika pekerjaburuh melaksanakan tugas pendidikan dari perusahaan Pasal 93 ayat 2 huruf h Undang-Undang Ketenagakerjaan.
E. 2. 5. Fungsi dan Peranan Upah Minimum Kota