pengawasan yang dibentuk didalam organisasi itu sendiri. Aparatunit pengawasan ini bertindak atas nama pimpinan organisasi.
2. Pengawasan dari luar external control
Pengawasan dari luar berarti pengawasan yang dilakukan oleh apartunit pengawasan dari luar itu adalah aparat pengawasan yang bertindak atas nama
pimpinan organisasi. 3.
Pengawasan Preventif Pengawasan preventif berarti pengawasan yang dilakukan sebelum sesuatu
tindakan atau rencana dilakukan. Maksud dari pengawasan preventif ini adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan dalam pelaksanaan.
Pengawasan preventif biasanya tercermin dalam tata cara prosedur yang harus ditempuh dalam pelaksanaan kegiatan.
4. Pengawasan represif
Pengawasan represif merupakan pengawasan yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan kegiatan. Maksud diadakannya pengawasan represif adalah untuk
menjamin kelangsungan pelaksanaan kegiatan agar hasilnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
E. 1. 4. Fungsi Pengawasan dan Kewajiban Pegawai Pengawas Dalam Bidang Ketenagakerjaan
Pengawasan ketenagakerjaan merupakan unsur penting dalam perlindungan tenaga kerja, sekaligus sebagai upaya penegakan hokum ketenagakerjaan secara
menyeluruh. Pengawasan ditempuh dalam 2 dua cara, yaitu: preventif dan represif. Pada dasarnya kedua cara itu ditempuh sangat bergantung dari tingkat
kepatuhan pengusaha, pekerjaburuh, dan serikat pekerjaserikat buruh terhadap ketentuan perundang-undangan ketenagakerjaan. Tindakan preventif dilakukan jika
memungkinkan dan masih adanya kesadaran pengusaha dan pekerjaburuh untuk mematuhi perundang-undanganatau peraturan ketenagakerjaan. Namun jika tindakan
preventif tidak diindahkan dan tidak efektif lagi, maka ditempuh tindakan represif dengan maksud agar pengusaha dan pekerjaburuh mau melaksanakan peraturan
ketenagakerjan dengan keterpaksaan. Pengawasan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk menjamin pelaksanakan
peraturan ketenagakerjaan Pasal 176 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan demikian, sasaran pengawasan ketenagakerjaan ialah meniadakan atau
memperkecil adanya pelanggaran Undang-Undang Ketenagakerjaan, sehingga proses hubungan industrial dapat berjalan dengan harmonis.
Disamping sebagai upaya perlindungan tenaga kerja, pengawasan ketenagakerjaan memiliki tujuan social, seperi peningkatan kesejahteraan dan jaminan
sosial pekerjaburuh, mendorong kinerja dunia usaha, serta memperbaiki kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Pengembangan pengawasan ketenagakerjaan ditempuh dengan memberdayakan kelembagaan yang ada, seperti LKS Bipartit di setiap perusahaan.
Dalam hal ini peranan serikat pekerjaserikat buruh sangatlah strategis dalam membantu pengawasan pelaksanaan ketentuan ketenagakerjaan di semua sektor.
Dengan serikat pekerjaserikat buruh maka kiranya dapat mendorong pelaksanaan pengawasan secara tidak langsung.
Dengan pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja maka pelaksanaan ketentuan Perundang-undangan ketenagakerjaan akan selalu meningkat
dengan sasaran terciptanya pemahaman dan kesadaran hukum bagi semua pelaku hubungan industrial. Dengan kesadaran hokum berarti pengusahaperusahaan tahu,
kemudian mau dan mampu melaksanakan ketentuan ketenagakerjaan secara benar dan konsekuen.
Sehubungan kewenangan bidang ketenagakerjaan dalam otonomi daerah sedemikian luas, maka daerah dapat lagi meningkatkan lagi kuantitas dan kualitas
pengawasan ketenagakerjaan. Hal ini sangat diharafkan sesuai dengan tujuan otonomi daerah, yaitu pemberdayaan daerah untuk peningkatan kesejahteraan rakyat secara
menyeluruh. Sebagai penegak hukum dibidang ketenagakerjaan unsur pengawasan ini harus
bertindak sebagai pendeteksi dini dilapangan, sehingga diharafkan segala gejolak yang akan timbul dapat dideteksi secara awal yang pada gilirannya dapat memberikan
atau dapat diciptakan suasana yang aman, stabil dan mantap dibidang ketenagakerjaan dan dengan demikian dapat memberikan andil dalam pembangunan.
Menurut Imam Soepomo 1986:141, Pada hakekatnya pengawasan dalam bidang ketenagakerjaan adalah bentuk tanggung jawab atas dilaksanakannya
peraturan yang ada oleh majikan. Pengawasan itu sendri adalah bukan alat perlindungan atau syarat kesehatan kerja, melainkan merupakan suatu cara untuk
menjamin pelaksanaan peraturan ketenagakerjaan. Suatu sistem sangat bermanfaat dalam usaha menaikkan volume produksi, sehingga ia berdampak ganda baik kepada
pekerjaburuh dan majikanpengusaha serta masyarakat dan Negara. Oleh karena itu, pelaksanaan pengawasan dengan semua kebijaksanaannya menjadi mutlak dan perlu.
Menurut Abdul Khakim 2003:125, pengawasan ketenagakerjaan meliputi: 1.
Sosialisasi Norma Ketenagakerjaan Sasaran kegiatan ini agar tercapai peningkatan pemahaman norma kerja bagi
masyarakat industri, sehingga tumbuh persepsi positif dan mendorong kesadaran untuk melaksanakan ketentuan ketenagakerjaan secara proporsional
dan bertanggungjawab.
2. Tahapan Pelaksanaan Pengawasan
a. Upaya Pembinaan preventive educative, yang ditempuh dengan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat industri, penyebarluasan
informasi ketentuan ketenagakerjaan, pelayanan konsultasi dan lain- lain.
b. Tindakan represif nonyustisial yang ditempuh dengan memberikan
peringatan tertulis melalui nota pemeriksaan kepada pimpinan perusahaan apabila ditemui pelanggaran. Disamping itu juga
memberikan petunjuk secara lisan pada saat pemeriksaan.
c. Tindakan represif yustisial, sebagai alternatif terakhir dan dilakukan
melalui lembaga peradilan. Upaya ini ditempuh bila pegawai pengawas sudah melakukan pembinaan dan memberikan peringatan, tetapi
pengusaha tetap tidak mengindahkan maksud pembinaan tersebut. Dengan demikian Pegawai Pengawas sebagai Penyidik Pegawai Negeri
Sipil PPNS berkewajiban melakukan penyidikan dan menindaklanjuti sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku KUHP.
Sedangkan menurut Manullang dalam Abdul Khakim 2003:125, fungsi pengawasan ketenagakerjaan adalah:
1. Mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Ketenagakerjaan. 2. Memberi penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha dan tenaga kerja
agar tercapainya pelaksanaan Undang-Undang Ketenagakerjaan secara efektif. 3. Melaporkan kepada pihak berwenang atas kecurangan dan penyelewengan
Undang-Undang Ketenagakerjaan. Dalam melaksanakan tugasnya pegawai pengawas berhak dan wajib melakukan:
1. Memasuki semua tempat dimana dijalankan atau biasa dijalankan pekerjaan
atau dapat disangka bahwa disitu dijalankan pekerjaan dan juga segala rumah yang disewakan atau dipergunakan oleh pengusahaatau wakulnya untuk
perumahan atau perawatan pekerjaburuh.
2. Jika terjadi penolakan untuk memasuki tempat-tempat tersebut, Pegawai
Pengawas berhak meminta bantuan Polri. 3.
Mendapatkan keterangan sejelas-jelasnya dari pengusaha atau wakilnya dan pekerjaburuh mengenai kondisi hubungan kerja pada perusahaan yang
bersangkutan.
4. Menanyai pekerjaburuh tanpa dihadiri pihak ketiga.
5. Harus melakukan koordinasi dengan serikat pekerjaserikat buruh.
6. Wajib merahasiakan segala keterangan yang didapat dari pemeriksaan
tersebut. 7.
Wajib mengusut pelanggaran Abdul Khakim, 2003:124.
E. 2. Upah Minimum Kota E. 2. 1. Pengertian Upah Pada umumnya dan Upah Minimum Kota