commit to user 76
penyiangan,  tenaga  para  perempuan  ini  juga  jarang  untuk  digunakan, karena para pemililik lahan lebih memilih mengerjakanya sendiri karena
lebih hemat biaya dari pada mengunakan tenaga para tenaga buruh tani, sehingga  kini  para  perempuan  buruh  tani  pun  merasa  sangat  dirugikan
karena  hal  tersebut.  Hal  ini  sependapat  dengan  yang  disampaikan  ibu Juminem 60 tahun seperti berikut ini :
“Semenjak adanya alat sosrok rumput, sekarang ini sudah jarang yang  mengunakan  tenaga  buru  tani  seperti  saya  ini  untuk
menyiangi sawah”. wawancara 18 November 2010
Ibu Giyem 45 tahun juga berpendapat demikian : “Iya  mas,  semenjak  adanya  sosrok  tersebut  kegiatan  penyiangan
kini  lebih  cenderung  dikerjakan  para  pemilik  lahan  itu  sendirri. Jadi  peluang  kerja  saya  pada  proses  ini  kini  menurun”.
wawancara 18 November 2010
Untuk proses penyiangan sama halnya dengan proses pemupukan, para  perempuan  juga  sangat  dirugikan  akibat  adanya  alat  sosrok  rumput
yang  kini  banyak  dipakai  petani.  Semenjak  adanya  alat  tersebut  kini tenaga para perempuan sudah jarang dipakai untuk proses ini, hal tersebut
disebabkan  karena  para  petani  kini  lebih  cenderung  memilih  menyiangi padi mereka dengan alat tersebut.
3. Pemanenan.
Untuk  proses  pemanenan  ini,  dulu  para  perempuan  biasa  bekerja untuk  menuai  padi  dengan  alat  ani-ani,  kemudian  para  perempuan  pun
bertugas untuk menyediakan padi tersebut untuk dirontokan dengan alat erek yang biasa dioprasikan oleh para laki-laki. Akan tetapi saat ini para
pemilik  sawah  lebih  memilih  mengunakan  jasa  pemilik  mesin  flaser
commit to user 77
dengan  sistem  borongan,  para  pemilik  flaser  ini  biasa  mematok  biaya 300.000 rupiah untuk luas  area 3000M2,  dan para pemilik lahan tinggal
mengangkut hasil penennya kerumah masing-masing. Para pemilik lahan sekarang  ini  lebih  memilih  mengunakan  flaser  dari  pada  mengunakan
tenaga para buruh tani, sehingga para buruh tani kini semakin dirugikan dengan adanya alat tersebut. Hal ini seperti yang disampaikan Ibu Warsi
50 tahun berikut ini : “Untuk  masalah  pemanenan  dulu  para  buruh  tani  seperti  saya
biasanya  bekerja  untuk  menuai  padi  dengan  sabit,  akan  tetapi semenjak  adanya  alat  flaser  yang  biasa  melakaukan  pemanenan
dengan sistem borong”. wawancara 18 November 2010
Ibu Margiyati 56 tahun  juga berpendapat demikian : “Dulu para perempuan masih sering disuruh untuk memanen padi,
akan  tetapi  semenjak  adanya  mesin  flaser  itu  sekarang  sudah jarang  yang  mengunakan  tenaga  para  perempuan”.  wawancara
18 November 2010
Dari  hasil  wawancara  diatas  kita  dapat  melihat  bahwa  para perempuan merasa sangat dirugikan akibat adanya mesin flaser yang kini
mulai  mengeser  peluang  kerja  mereka  dalam  proses  pemanenan  ini. Karena  dengan  adanya  sistem  borongan  para  pemilik  mesin  flaser  untuk
pemanenan,  kini  tenaga  para  perempuan  untuk  proses  ini  sudah  tidak dipakai  lagi.  Sehinga  para  perempuan  kini  kehilangan  peluang  kerja
mereka dalam proses pemanenan ini.
4. Pengolahan Hasil
Pada  proses  pengolahan  hasil  ini,  dulu  para  perempuan mengunakan  alat lesung  untuk mengupas  padi dari kulitnya. Akan tetapi
commit to user 78
saat  ini  hal  tersebut  sudah  tidak  dilakukan  lagi,  karena  kini  para  petani lebih memilih mesin penggiling padi atau mesin huller atau biasa disebut
selepan,  apalagi  saat  ini  mesin-mesin  penggilingan  ini  sudah  dibuat praktis  dengan  mengemasnya  seperti  kendaraan,  jadi  para  petani  tidak
usah  susah-susah  lagi  membawa  padi  mereka  ketempat  penggilingan karena  sekarang  ini  justru  alat  penggilingan  tersebut  yang  mendatangi
mereka.  Dengan  demikian  maka  para  perempuan  buruh  tani  kini dirugikan  dengan  adanya  alat  tersebut,  karena  alat  tersebut  kini  telah
mengeser  peluang  kerja  mereka  dibidang  pengolahan  hasil  ini.  Hal  ini seperti yang disampaikan oleh Ibu Giyem 45 tahun seperti berikut ini :
“Untuk  sekarang  ini  sudah  tidak  ada  yang  mengunakan  lesung lagi, karena para petani lebih memilih mesin penggilingan untuk
mengolah padi mereka”. wawancara 18 November 2010
Hal tersebut dibenarkan juga oleh Ibu Sakimah 40 tahun seperti berikut ini :
“Kalau  untuk  pengolahan  hasil,  dulu  para  petani  biasanya mengunakan  lesung  untuk  mengolah  padi  mereka,  akan  tetapi
semenjak adanya mesin  penggilingan padi kini masyarakat lebih memilih  mengunakan  alat  tersebut  dibandingkan  dengan
mengunakan lesung”. wawancara 18 November 2010
Dari  hasil  wawancara  tersebut  kita  dapat  melihat  kerugian  para perempuan  dalam  proses  pengolahan  hasil,  dulu  biasanya  para
perempuan  mengunakan  lesung  untuk  menggiling  padi  mereka,  akan tetapi  kini  para  petani  lebih  memilih  mengunakan  mesin  huller  atau
selepan  untuk  menggiling  padi  mereka.  Karena  jika  mengunakan  mesin
commit to user 79
huler tersebut hasil penggilingan padi bisa bagus dan waktu pengerjaanya pun bisa lebih cepat.
Dari  keterangan  diatas  kita  dapat  melihat  banyak  sekali  dampak yang  diakibatkan  dengan  adanya  modernisasi  pertanian  tersebut  terhadap
peluang  kerja  para  perempuan  buruh  tani.  Seperti  dijelaskan  pada  matrik berikut ini :
Matrik 1 Dampak Modenisasi Pertanian terhadap Peluang Kerja Perempuan
No Proses Pertanian
Dampak terhadap peluang kerja perempuan
1 Pemupukan
Pada  tahap  ini  perempuan  merasa  dirugikan karena  dulunya  ketika  para  petani  masih
mengunakan  pupuk  kompos  para  perempuan buruh  tani  ini  masih  digunakan  untuk
menaburkan  pupuk  kelahan  pertanian,  akan tetapi semenjak adanya pupuk kimia yang kini
mudah  untuk  didapatkan,  para  pemilik  lahan lebih  memilih  memupuk  lahan  mereka  dengan
tenaga  mereka  sendiri,  sehingga  sudah  tidak memakai  tenaga  para  perempuan  buruh  tani
tersebut. 2
Penyiangan Pada  proses  penyiangan  ini  yang  dulunya
dikerjakan  para  perempuan  buruh  tani,  kini sudah  tidak  lagi  semenjak  adanya  alat  sosrok
rumput,  karena  dengan  adanya  alat  tersebut para pemilik lahan bisa lebih hemat waktu dan
biaya pengerjaanya. 3
Pemanenan Pada  fase  ini  para  perempuan  juga  sangat
dirugikan,  semenjak  adanya  mesin  flaser  yang
commit to user 80
menggunakan system
borongan untuk
pemanenan, kini para perempuan sudah jarang digunakan untuk proses pemanenan ini.
4 Pengolahan Hasil  Untuk  pengolahan  hasil  pertanian  yang  dulu
biasa  dikerjakan  para  perempuan  dengan mengunakan  lesung  akan  tetapi  kini  sudah
tidak  lagi.  Karena  kini  para  petani  lebih memilih  mengunakan  mesin  penggiling  padi
karena proses pengerjaanya lebih cepat. Sumber : Penelitian di Desa Lobang
D. Dampak Modernisasi Pertanian terhadap Pendapatan perempuan.