Pemanenan. Dampak Modernisasi Pertanian terhadap Pendapatan perempuan.

commit to user 82 “Dulu untuk proses ini biasanya permusim penyiangan saya bisa mendapatkan sekitar 250.000 rupiah, akan tetapi untuk saat ini bisa mendapatkan 100.000 ribu saja sudah sulit mas”.Wawancara 18 November 2010 Ibu Sakimah pun juga berpendapat demikian : “Dulu ketika belum banyak yang mengunakan alat sosrok itu hasil yang saya dapatkan dari proses penyiangan masih lumayan banyak, akan tetapi untuk saat ini bisa mendapatkan 90.000 dari hasil penyiangan ini sudah bagus”. Wawancara 18 November 2010 Untuk proses penyiangan ini, pendapatan para perempuan pun kini juga sudah sangat menurun, hal tersebut diakibatkan karena kini sudah jarang yang mengunakan tenaga para perempuan untuk proses penyiangan ini. Hal ini dikarenakan para petani lebih memilih mengunakan alat sosrok rumput dan mengerjakan proses penyianagan ini sendirian.

3. Pemanenan.

Untuk masalah pemanenan ini perempuan juga sangat dirugikan, karena ketika dulu sebelum adanya mesin flaser, para perempuan masih biasa digunakan untuk membantu proses pemanenan. Tapi semenjak adanya flaser ini yang biasa mengunakan sistem borongan untuk proses pemanenan, sekarang ini para perempuan sudah jarang digunakan. Kalau pun masih digunakan itu jika proses pemanenan masih mengunakan alat erek. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh ibu Warsi 50 tahunsebagai berikut ini : “Ya dulu ketika belum ada mesin flaser itu pendapatan saya untuk proses pemanenan ini masih bisa diharapkan, akan tetapi semenjak adanya mesin flaser tersebut kini pendapatan saya sudah jauh commit to user 83 menurun kalau dibandingkan dulu”. wawancara 18 November, 2010 Ibu Margiyati 56 tahun juga berpendapat demikian : “Dulu ketika belum ada mesin flaser yang mengunakan sistem borongan untuk proses pemanenan ini, pendapatan saya masih bisa diharapkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tapi untuk sekarang ini sudah jauh menurun mas ketika semua petani sekarang lebih memilih mengunakan alat tersebut”.wawancara 18 November 2010 Untuk proses pemanenan sama halnya dengan kedua proses diatas, kini pendapatan para perempuan dalam proses ini pun sudah jauh menurun dibandingkan dulu. Karena dengan adanya mesin flaser yang kini banyak diminati para petani untuk memanen lahan mereka, kini peluang kerja para perempuan pun sudah jauh menurun dibandingkan dulu ketika belum ada mesin flaser tersebut. Dengan adanya perubahan-perubahan teknologi dalam setiap proses pertanian tersebut ternyata memiliki dampak negatif bagi para perempuan buruh tani, para perempuan merasa sangat dirugikan oleh karena adanya perubahan-perubahan tersebut. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Giyem 45 tahun berikut ini : “Kalau untuk saya iya, lha bagaimana semua proses pertanian semuanya sekarang dikerjakan menggunakan alat semua, jadi tinggal sedikit yang menyuruh saya untuk mengerjakan sawah mereka, jadi saya merasa sangat dirugikan”.wawancara 15 Agustus 2010. Hal tersebut juga di sampaikan oleh Ibu Warsi 50 tahun seperti berikut ini : “Ya sudah pasti, semenjak adanya alat-alat pertanian tersebut sekarang ini sudah sedikit yang menggunakan tenaga buruh tani seperti saya ini”.wawancara 15 Agustus 2010. commit to user 84 Dengan demikian semenjak terjadinya modernisasi dalam bidang pertanian, ternyata sangat berdampak bagi para perempuan khususnya dalam hal peluang kerja dan pendapatan para perempuan buruh tani. Jika pendapatan dari pekerjaan para perempuan buruh tani sudah tidak mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhan mereka, diantara dari mereka ada yang mempunyai pekerjaan sampingan untuk menutupi pendapatan mereka guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka, seperti yang diutarakan oleh Ibu Juminem 60 tahun sebagai berikut ini: “Kalau saya selain jadi buruh tani, sejak dulu saya sudah jadi tukang pijit bayi, hasinya juga lumayan untuk sekali pemijitan biasa mendapatkan 10.000 rupiah.”wawancara 15 Agustus 2010. Hal tersebut dikatakan pula oleh Ibu Margiyati 56 Tahun seperti berikut ini “Ya kalau saya paling membuat emping dari mlinjo untuk dijual dipasar, biasanya kalau bisa menjual 1kg emping bisa mendapat sekitar 20.000 rupiah.”wawancara 15 Agustus 2010. Ibu Warsi 50 tahun juga berkata seperti berikut ini : “Mau kerja apa lagi mas, saya saja cuma tamat sekolah dasar saja. Paling kalau sudah tidak ada yang membutuhkan tenaga buruh tani seperti saya ini paling cuma mengembala kambing saja mas”wawancara 15 Agustus 2010. Akan tetapi ada juga yang berpendapat bahwa berburuh tani tersebut hanyalah kegiatan sampingan mereka untuk mendapatkan penghasilan tambahan, jadi berburuh tani bukan merupakan pekerjaan pokok mereka. Seperti yang diutarakan oleh Ibu Giyem 45 tahun yang bersuamikan seorang petani berkata seperti berikut ini : “Ya kalau saya biasanya membantu suami saya mengerjakan lahan pertanian milik kami sendiri”wawancara 15 Agustus 2010. commit to user 85 Ibu Sakimah Nur Wahidah 41 tahun yang bersuamikan seorang Pegawai Negri Sipil PNS, juga berpendapat seperti berikut ini : “karena pekerjaan ini sebenarnya hanyalah pekerjaan sampingan dan hanya untuk menambah uang belanja saya, mungkin kalau bidang ini sudah tidak menghasilkan lagi saya akan kembali menjadi ibu rumah tangga seperti biasanya”wawancara 15 Agustus 2010. Dari hasil wawancara diatas kita dapat melihat sebagian dari perempuan yang bekerja sebagai buruh tani di desa lobang sebagian besar sudah memiliki pekerjaan sampingan, apabila perkerjaan yang mereka tekuni sebagai buruh tani sudah tidak bisa mereka kerjakan lagi maka mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Akan tetapi ada pula yang berkata bahwa pekerjaan buruh tani tersebutlah yang menjadi pekerjaan sampinganya karena pekerjaan pokok yang beliau kerjakan merupakan sebagai ibu rumah tangga, hal tersebut diutarakan oleh Ibu Sakimah Nur Wahidah seorang perempuan buruh tani yang bersuamikan seorang Pegawai Negri Sipil PNS.

E. Dominasi Pengambilan Keputusan Keluarga