Pengolahan Tanah. Dampak Modernisasi pertanian

commit to user 60 panen. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Lobang, seperti dibawah ini :

1. Pengolahan Tanah.

Proses pengolahan tanah dalam suatu proses pertanian dapat kita lihat pada proses awal dalam kegiatan produksi. Pada proses pengolahan tanah ini biasanya terdiri dari pengolahan lahan untuk penebaran benih padi dan pengolahan tanah untuk penanaman bibit padi, pada proses pertama untuk penebaran benih padi biasanya para petani mengerjakanya dengan menggunakan cangkul, hal tersebut dikarenakan karena untuk tempat penebaran benih padi tidak memerlukan lahan yang luas biasanya hanya memakan lahan 7x3 M2 saja jadi mereka bisa mengerjakanya dengan cangkul sendirian. Akan tetapi jika pengolahan tanah untuk penanaman bibit padi biasanya dikerjakan menggunakan mesin traktor, karena biasanya lahan yang dikerjakan cukup luas, untuk proses penggarapan tanah dengan traktor ini biasanya biaya pengerjaanya dihitung per patok, luas tanah satu patok biasanya 3000 M2, dan untuk pengerjaan luas tanah 3000 M2 tersebut biasanya dipungut biaya 150.000 rupiah. Untuk penggerjaan tanah dengan traktor ini biasanya dilakukan oleh dua orang, satu orang menjadi operator mesin traktor dan yang satunya lagi mengerjakan finising untuk pematang sawah dengan mengunakan cangkul. Pada saat ini para petani sudah tidak mau lagi direpotkan dengan lambatnya proses pengerjaan lahan pertanian, karena dengan semakin commit to user 61 cepat mereka menyelesaikanya maka mereka dapat segera mendapatkan hasilnya. Untuk itu maka para petani cenderung memeilih traktor sebagai alat pengolahan tanah mereka, seperti diungkapkan oleh Ibu Warsi 50 tahun berikut ini : “Ya kalau untuk pengolahan tanah saya merasa bisa cepat kalau pengolahanya mengunakan traktor dibandingkan kalau pakai cangkul atau bajak kerbau seperti dulu, akan tetapi semenjak ada mesin traktor tersebut para pemilik bajak kerbau sekarang sudah tersisihkan dan tidak terpakai lagi” wawancara 15 agustus 2010. Pertanyaan yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Margiyati 56 tahun : “Untuk pengolahan lahan sekarang ini sudah ada traktor, jadi sudah tidak mengunakan kerbau lagi. Dan jika menggunakan traktor tersebut pengerjaanya pun bisa lebih cepat selesai. Akan tetapi semenjak ada traktor tersebut, alat bajak yang dulu biasa mengunakan kerbau sudah tidak dpakai lagi.” wawancara 15 Agustus 2010. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ibu Giyem 45 tahun : “Untuk masalah pengolahan tanah ya itu tadi, semenjak adanya mesin traktor bisa sangat membantu untuk pengolahan tanah. Tapi sayangnya sekarang alat bajak kerbau sudah tidak dipakai lagi.” wawancara 15 Agustus 2010 Hal serupa juga dinyatakan oleh Ibu Sakimar Nur Wahidah 41 tahun : “Untuk masalah pengolahan tanah sekarang ini sudah ada mesin seperti traktor jadi kita bisa lebih mudah dalam pengelolaanya. Tapi dampak buruknya dari hal ini alat bajak yang mengunakan kerbau saat ini sudah ditinggalkan oleh para petani.” wawancara 15 agustus 2010. Dari keterangan diatas menunjukan bahwa dalam hal pengolahan tanah para petani lebih memilih menggunakan traktor dan cangkul sebagai alat untuk mengolah lahan pertanian mereka, dan dengan adanaya traktor tersebut para petani mulai meninggalkan alat bajak yang dulu mereka gunakan yaitu dengan alat bajak kerbau, karena dengan menggunakan commit to user 62 traktor mereka dapat menghemat biaya dan waktu pengerjaanya. sedangkan cangkul merupakan alat yang tidak bisa lepas dari proses ini, karena alat ini berguna untuk merapikan pematang sawah akan tetapi biasanya proses perapian ini pun sudah dikerjakan atau diborong oleh pemilik traktor tersebut, karena proses pengolahan tanah dengan traktor biasanya merupakan pekerjaan borongan yang dihitung per luas lahan para petani. Adapun dampak positif dan negatif dari penggunaan traktor yaitu : dapat menolong petani, terutama untuk mengejar musim tanam dengan ketersediaan air yang mulai sedikit, selain itu juga bisa menghemat waktu kerja dan tenaga manusia, karena hanya memerlukan waktu dua sampai dua setengah jam saja untuk mengolah tanah dan satu unit traktor hanya dipegang oleh dua orang saja. Sedangkan dampak negatifnya yaitu mengurangi tenaga buruh cangkul laki-laki yang biasanya memerlukan tenaga banyak untuk mengolah lahan pertanian dan hilangnya mata pencaharian para pemilik bajak kerbau yang kini mulai tergantiakan olah traktor.

2. Pemilihan Bibit dan Penanaman.