6 secara otonom, terlebih ada lembaga kearsipan daerah provinsi yang fungsi dan tugasnya
juga digabung dengan fungsi dan tugas lembaga perpustakaan daerah provinsi. Dengan latar belakang pemikiran di atas, ANRI selaku lembaga yang diberi
tanggung jawab sebagai penyelenggara kearsipan secara nasional, bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan kearsipan nasional, salah satunya melalui
penetapan kebijakan di bidang prasarana dan sarana kearsipan, termasuk mengatur standar kualitas dan spesifikasi dalam pengadaan dan penggunaan prasarana dan sarana kearsipan.
Untuk mempertinggi mutu penyelenggaraan kearsipan nasional sebagaimana yang diamanatkan Pasal 6 ayat 6 Undang-Undang Kearsipan maka ANRI melakukan
penelitian dan pengembangan kearsipan dalam bentuk kajian mengenai perlu atau tidaknya standardisasi prasarana dan sarana kearsipan dalam mendukung penyelenggaraan
kearsipan, khususnya yang dilakukan oleh lembaga kearsipan daerah provinsi.
B. Permasalahan
Lembaga kearsipan daerah provinsi berusaha mengemban amanat Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan sebagai penyelenggara kearsipan provinsi.
Oleh karenanya, lembaga kearsipan daerah provinsi dituntut tidak hanya sekedar menyelenggarakan kearsipan tetapi juga mempertinggi mutu penyelenggaraan kearsipan
melalui dukungan dan terpenuhinya standardisasi prasarana dan sarana kearsipan. Melihat kondisi
riil
di lapangan, bahwa prasarana dan sarana kearsipan ternyata masih minim dan belum semuanya terpenuhi dan dimiliki oleh lembaga kearsipan, terlebih
apabila dikaitkan dengan standardisasi prasarana dan sarana kearsipan maka kekhawatiran tidak optimalnya penyelenggaraan kearsipan provinsi bisa jadi menjadi kenyataan, dan ini
berdampak pula terhadap kinerja lembaga kearsipan daerah kabupatenkota yang menjadi wilayah binaan lembaga kearsipan daerah provinsi.
Minimnya prasarana dan sarana kearsipan memperlihatkan kurang pedulinya pemerintahan daerah provinsi sebagai penanggungjawab penyelenggaraan kearsipan
provinsi, masih ada anggapan bahwa penyelenggaraan kearsipan di pandang ’sebelah
mata’, dan belum menjadi prioritas sehingga kebutuhan prasarana dan sarana di lembaga kearsipan daerah provinsi cenderung tidak terpenuhi. Kurang optimalnya
penyelenggaraan kearsipan diakibatkan oleh lemahnya kinerja lembaga kearsipan daerah provinsi, hal ini dikarenakan lembaga kearsipan daerah provinsi tidak di dukung oleh
adanya prasarana dan sarana kearsipan. Selain itu, belum optimalnya penyelenggaraan
7 kearsipan bisa jadi dikarenakan ketidakmampuan lembaga kearsipan daerah
menindaklanjuti kebijakan-kebijakan di bidang prasarana dan sarana kearsipan. Meskipun demikian, pendapat di atas belum sepenuhnya benar, mengingat
beberapa faktor lain seperti pembinaan, pengembangan sumber daya manusia, dan organisasikelembagaab turut pula mempengaruhi kinerja lembaga kearsipan. Pandangan
tersebut di dukung oleh beberapa hasil kajian penyelenggaraan kearsipan yang dilakukan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sistem Kearsipan ANRI, setidaknya memperlihatkan
bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja lembaga kearsipan selain dukungan adanya prasarana dan sarana kearsipan.
Namun tidak bisa diabaikan pula, bahwa untuk mencapai tujuan penyelenggaraan kearsipan sebagaimana dalam penjelasan Pasal 3 huruf h bahwa untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan dan pemanfaatan arsip yang autentik dan terpercaya, adalah melalui penyelenggaraan kearsipan yang komprehensif dan terpadu
dengan sumber daya manusia yang profesional serta prasarana dan sarana yang memadai akan meningkatkan kualitas pelayanan publik dalam memanfaatkan arsipnya.
Dari penjelasan di atas, memperlihatkan pentingnya prasarana dan sarana kearsipan yang memadai dan tersedia di lembaga kearsipan telah memegang peran dalam
penyelenggaraan kearsipan. Itu artinya, adanya standardisasi prasarana dan sarana kearsipan diharapkan kinerja lembaga kearsipan daerah provinsi dalam mendukung
penyelenggaraan kearsipan dapat berlangsung optimal .
C. Pertanyaan Penelitian