Anak Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adikitif Lainnya [Napza]
Kalimantan Selatan 129.535
74.280 57,34
Kalimantan Timur 169.079
110.864 65,57
Sulawesi Utara 72.452
39.225 54,14
Sulawesi Tengah 48.594
24.369 50,15
Sulawesi Selatan 258.485
120.497 46,62
Sulawesi Tenggara 45.213
19.435 42,99
Gorontalo 25.391
8.698 34,26
Maluku 36.780
20.010 54,40
Maluku Utara 23.518
12.611 53,62
Papua 75.866
45.169 59,54
Jumlah 8.117.666
4.785.032 58,95
Sumber: SUPAS BPS: 2005
f. Anak Korban Kekerasan [Fisik dan Mental] dan Perlakuan Salah [child abuse]
Secara nasional selama tahun 2006 telah terjadi sekitar 2,81 juta tindak kekerasan dan sekitar 2,29 juta anak pernah menjadi
korbannya. Jumlah tersebut jika dibandingkan dengan jumlah anak
menunjukkan besarnya angka korban kekerasan terhadap anak pada tahun 2006 mencapai 3, yang berarti setiap 1000 anak
terdapat sekitar 30 orang pernah menjadi korban tindak kekerasan. Angka korban kekerasan korban anak di perdesaan lebih tinggi
dibandingkan perkotaan yakni 3,2 berbanding 2,8. Sedangkan angka korban kekerasan pada anak laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan yaitu 3,1 berbanding 2,9.
g. Anak Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adikitif Lainnya [Napza]
Jumlah kasus penyalahgunaan narkoba yang terlaporkan terus meningkat. Pada tahun 1999 berjumlah 1.833 kasus, tahun 2000
berjumlah 3.478 kasus dan pada tahun 2001 berjumlah 3.617 kasus [sumber data Badan Narkotika Nasional], sedangkan menurut data
Pusdatin Kesos Tahun 2002 jumlah korban penyalahgunaan Narkoba tercatat sebanyak 23.660 orang. Perkiraan usia pengguna
Napza terbesar 15 – 24 tahun BNN, 2004. Pengguna Napza pada tahun 2005 diperkirakan sekitar 2,9 – 3,6 juta orang BNN, 2005.
Fakta yang paling memprihatinkan adalah semakin banyaknya remaja yang memulai perkenalannya dengan narkoba pada usia
yang sangat muda, yaitu : menghisap rokok pada usia 6 tahun dan menggunakan obat obat-obatan heroin narkoba jenis lain pada
usia 10 tahun. Hal lain yang juga perlu mendapat perhatian yang serius adalah semakin meningkatnya populasi penderita HIVAIDS di
kalangan pecandu, narkoba dengan cara suntikan IDU.
27
Menurut laporan saat ini ada 50 - 78 pengguna narkoba jarum suntikan adalah pengidap HIV Djauhari dan Djoerban, 2002 dalam
website Ditjen Pelayanan dan Rehab Sosial, Depsos RI, 2008.
Estimasi Departemen Kesehatan pada tahun 2006 menyebutkan terdapat antara 191.000 sampai 248.000 penasun di Indonesia.
Badan Narkotika Nasional BNN menunjuk kepada angka 508.000 pada tahun yang sama. Penasun masih terkonsentrasi di daerah
perkotaan di Jawa dan kota-kota provinsi di luar Jawa. Strategi Nasional Penanggulangan HIVAIDS 2007 – 2010, 2007.
Karakteristik penyalahguna Napza di kalangan siswa dan mahasiswa menunjukkan bahwa lebih dari separuh penyalahguna
Napza berada pada kelompok usia 15-19 tahun 58, terutama pada mereka yang duduk di bangku SLTA 94. Pada kelompok
usia kurang dari 15 tahun penyalahguna lebih banyak berada di kabupaten, sedangkan pada kelompok usia diatas 20 tahun lebih
banyak ada di kota.
Diperkirakan angka penyalahguna Napza suntik ada sekitar 2 dari 1000 pelajarmahasiswa yang disurvei atau sekitar 2,4 dari yang
pernah menyalahgunakan Napza. Irjabar 5 per 1000 dan Maluku 4 per 1000 adalah propinsi yang paling banyak ditemukan angka
penyalahguna Napza cara suntik. Di tingkat SLTP ada 2 propinsi yang cukup tinggi yaitu NTT dan Irjabar sekitar 4 per 1000
responden. Di tingkat SLTA, di Papua ada sekitar 8 dari 1000 responden yang pernah menyuntik. Selanjutnya DKI Yogyakarta 16
per 1000, DKI Jakarta 15 per 1000, dan Jawa Tengah 14 per 1000 adalah 3 propinsi tertinggi angka menyuntiknya di PT Survey
Nasional Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di Indonesia, BNN, 2006.