Sesuai penelitian Tarigan 2010, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara TPA dengan kejadian demam Chikungunya di desa Tanah Raja Kecamatan
Sei Rampah Kab. Serdang Bedagai p = 0,781 0,05. Rumah responden yang kondisi tempat penampungan air kurang baik cenderung mengalami penyakit
Chikungunya dibandingkan dengan kondisi tempat penampungan air baik 70,0 .
5.1.5. Pengaruh Lingkungan Rumah Berdasarkan Kelembaban terhadap Kejadian Chikungunya
Hasil penelitian diketahui bahwa responden pada kelompok kasus yang mempunyai kelembaban dalam rumah tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak
13 rumah 38,2, sedangkan kelompok kontrol yang mempunyai kelembaban dalam rumah memenuhi syarat 27 rumah 79,4, berarti kasus Chikungunya
lebih besar terjadi pada rumah tangga yang keluarganya memiliki kelembaban dalam rumah yang memenuhi syarat 40
– 70 dibanding dengan rumah tangga yang keluarganya memiliki kelembaban dalam rumah tidak memenuhi syarat. Uji
statistik regresi logistik berganda menunjukkan nilai p0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kelembaban tidak berpengaruh terhadap kejadian
Chikungunya. Berdasarkan hasil pengukuran keadaan kelembaban di Kecamatan Nisam
Kabupaten Aceh Utara berkisar antara 37 – 72. Kelembaban rumah antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol rata-rata hampir sama. Jadi kelembaban udara tergolong memenuhi syarat untuk kesehatan baik dari kelompok kasus
Universitas Sumatera Utara
maupun kelompok kontrol karena pada kelembaban tersebut kurang cocok untuk kehidupan nyamuk Aedes sp. Dalam penelitian ini kelembaban tidak berpengaruh
terhadap kejadian Chikungunya disebabkan hasil pengamatan pada umumnya baik kelompok kontrol maupun kasus memiliki kelembaban yang relatif sama dalam
rumah yaitu berkisar antara 40 – 70.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara kelembaban yang memenuhi syarat dengan kelembaban tidak memenuhi syarat terhadap kejadian
Chikungunya dikarenakan kelembaban yang diukur hanya di dalam rumah tetapi kelembaban yang di luar rumah juga memengaruhi terhadap kecepatan
berkembangbiak, kebiasaan menggigit serta memengaruhi umur nyamuk. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Pengaruh Sanitasi
Lingkungan Pemukiman terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue Yuniati, 2012 kelembaban yang tinggi akan memudahkan nyamuk Aedes aegypti untuk
berkembangbiak. Sesuai penelitian Santoso 2011, menyatakan bahwa tidak ada hubungan
antara kelembaban dalam ruangan rumah dengan kejadian Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Gunungpati Kota Semarang p = 0,479 0,05.
Rumah responden yang kondisi pencahayaan ruangan kurang terang cenderung mengalami Chikungunya dibandingkan dengan kondisi pencahayaan terang
70,0. Namun berbeda dengan penelitian Wartubi 2007, yang menyatakan ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian Chikungunya di Puskesmas
Jatibarang Kabupaten Indramayu dengan nilai p = 0,033 0,05.
Universitas Sumatera Utara
Kelembaban sangat penting untuk perkembangbiakan nyamuk yang dapat memperpanjang hidup nyamuk dan memungkinkan penularan infeksi kepada
sejumlah orang dalam waktu yang lama. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan nyamuk yaitu antara 40
– 70. Ini mengindikasikan bahwa nyamuk Aedes sp dapat berkembangbiak tetapi umurnya akan menjadi pendek
Depkes, 2007.
5.2. Pengaruh Perilaku Responden terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara
Pengukuran perilaku responden meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan dalam mencegah terjadinya Chikungunya di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh
Utara.
5.2.1. Pengaruh Perilaku Responden Berdasarkan Pengetahuan terhadap Kejadian Chikungunya