Morfologi Nyamuk Siklus Hidup Nyamuk

2.2. Nyamuk Penular Chikungunya 2.2.1. Klasifikasi Nyamuk Nyamuk yang menjadi vektor penular Chikungunya adalah nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Aedes aegypti yang paling berperan utama primary vector dalam penularan Chikungunya karena nyamuk tersebut hidup di dalam dan sekitar tempat tinggal manusia sehingga banyak kontak dengan manusia. Aedes aegypti adalah spesies nyamuk yang hidup di dataran rendah beriklim tropis sampai sub tropis Anggraeni, 2010. Menurut Richard dan Davis 1977 dalam Soegijanto 2006, kedudukan nyamuk Aedes aegypti dalam klasifikasi hewan adalah sebagai berikut: Filum : Arhropoda Kelas : Insecta Bangsa : Diptera Suku : Culicidae Marga : Aedes Jenis : Aedes aegypti L

2.2.2. Morfologi Nyamuk

Nyamuk Aedes aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain. Ukuran badan 3 – 4 mm, berwarna hitam dengan hiasan bintik-bintik putih di badannya dan pada kakinya warna putih melingkar. Nyamuk dapat hidup berbulan-bulan. Nyamuk jantan tidak menggigit manusia, ia makan buah. Hanya nyamuk betina yang menggigit yang diperlukan untuk membuat Universitas Sumatera Utara telur. Telur nyamuk Aedes aegypti diletakkan induknya menyebar berbeda dengan telur nyamuk lain yang dikeluarkan berkelompok. Nyamuk bertelur di air bersih. Telur menjadi pupa beberapa minggu. Nyamuk Aedes aegypti bila terbang hampir tidak berbunyi sehingga manusia yang diserang tidak mengetahui kehadirannya, menyerang dari bawah atau dari belakang dan terbang sangat cepat. Telur nyamuk Aedes aegypti dapat bertahan lama dalam kekeringan. Nyamuk Aedes aegypti dapat tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi Widoyono, 2008.

2.2.3. Siklus Hidup Nyamuk

Siklus hidup nyamuk adalah proses perkembangbiakan dan pertumbuhan nyamuk mulai dari telur, jentik, kepompong sampai dengan dewasa. Siklus hidup nyamuk dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegyptiAedes albopictus Sumber : Anggraeni, 2010 Nyamuk dewasa Pupa Kepompong 1 – 2 hari 1 – 2 hari 5 – 7 hari Telur Jentik Universitas Sumatera Utara a. Telur Menurut Anggraeni 2010, nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur pada permukaan air yang bersih atau menempel pada dinding tempat penampung air secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dengan panjang 0,50 mm. Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan kering. Jika terendam air, telur dapat menetas menjadi jentik. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari. b. Jentik Pada jentik sangat membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi jentik saat berkembang dapat memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi jentik yang meledak sehingga kurang ketersediaan makanannya akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam menghisap darah. Ada 4 empat instar atau tahapan perkembangan jentik tersebut yaitu: Instar I berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm; 2 Instar II 2,5 – 3,8 mm; 3 Instar III berukuran besar sedikit dari larva instar II; 4 Instar IV berukuran paling besar 5 mm. Setelah mencapai instar ke-4, jentik berubah menjadi pupa dalam 5 sampai 7 hari. c. Pupa Pupa berbentuk seperti „koma‟. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding jentiknya. Pupa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa. Universitas Sumatera Utara Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari, namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. d. Nyamuk dewasa Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki. Sesaat setelah menjadi dewasa, nyamuk akan segera kawin dan nyamuk betina yang telah dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24 sampai 36 jam. Darah merupakan sumber protein terpenting untuk pematangan telur Depkes, 2005.

2.2.4. Bionomik Vektor

Dokumen yang terkait

Pengaruh Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016

0 0 18

Pengaruh Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016

0 0 8

Pengaruh Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016

0 0 35

Pengaruh Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016 Chapter III VI

0 0 85

Pengaruh Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016

0 0 5

Pengaruh Lingkungan Fisik Rumah dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2016

0 0 75

Pengaruh Lingkungan Rumah dan Perilaku Masyarakat terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara

0 0 44

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chikungunya 2.1.1. Definisi Chikungunya - Pengaruh Lingkungan Rumah dan Perilaku Masyarakat terhadap Kejadian Chikungunya di Kecamatan Nisam Kabupaten Aceh Utara

0 0 37

PENGARUH LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI KECAMATAN NISAM KABUPATEN ACEH UTARA

0 0 18