38
dewan direksi, namun memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk mengawasi dan memberi nasehat kepada dewan direksi KNKG,
2006. Dewan komisaris di Indonesia tidak berhak mengangkat dan memberhentikan direksi, karena posisi yang sejajar di antara
keduanya, tidak seperti Continental Europe. Berdasarkan Undang- undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dewan
komisaris hanya berhak memberhentikan anggota direksi secara sementara, bukan bersifat tetap.
Dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak berasal dari pihak terafiliasi dikenal sebagai komisaris independen dan
komisaris yang terafiliasi. Komisaris yang terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis dan kekeluargaan dengan
pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Mantan anggota direksi dan
dewan komisaris yang terafiliasi serta karyawan perusahaan, untuk jangka waktu tertentu termasuk dalam kategori terafiliasi KNKG,
2006.
b. Kepemilikan Institusional
Pemegang saham institusional biasanya berbentuk entitas seperti perbankan, asuransi, dana pensiun, reksa dana, dan institusi lain. Investor
institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena memiliki pendanaan yang besar. Tingkat kepemilikan institusional
39
yang tinggi menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Mursalim 2007,
kepemilikan institusional dapat dijadikan sebagai upaya untuk mengurangi masalah keagenan dengan meningkatkan proses monitoring. Pemegang
saham institusional juga memiliki opportunity, resources, dan expertise untuk menganalisis kinerja dan tindakan manajemen. Investor institusional
sebagai pemilik sangat berkepentingan untuk membangun reputasi perusahaan.
Kepemilikan institusional umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan Novita dan Djakman, 2008. Contoh kontrol
yang dapat diberikan adalah memberikan arahan dan masukan kepada manajemen ketika manajemen tidak melakukan aktivitas positif seperti
pengungkapan CSR untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan karena akan berdampak positif bagi keberlanjutan
perusahaan di masa mendatang.
c. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing foreign shareholding adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing luar negeri baik oleh individu maupun lembaga
terhadap saham perusahaan di Indonesia. Selama ini kepemilikan oleh pihak asing merupakan pihak yang dianggap concern terhadap pengungkapan
CSR Sari, 2014:6.
40
Menurut Puspitasari dalam Sari 2014:6, perusahaan yang memiliki kepemilikan saham asing cenderung memberikan pengungkapan yang lebih
luas dibandingkan yang tidak. Hal ini disebabkan beberapa alasan. Pertama, perusahaan asing terutama dari Eropa dan Amerika lebih mengenal konsep
praktik dan pengungkapan CSR. Kedua, perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di
luar negeri. Ketiga, perusahaan tersebut mungkin mempunyai sistem informasi yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan internal dan
kebutuhan perusahaan induk. Keempat, kemungkinan permintaan informasi yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan.
Jika dilihat dari sudut pandang stakeholder, pengungkapan CSR merupakan alat yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan
terhadap lingkungan masyarakat. Dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan
trade, maka perusahaan akan lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial Ririn, 2011.
d. Ukuran Perusahaan