Metode penghapusan langsung Penggadaian Piutang

439 berjalan. Sehingga jumlah piutang yang dilaporkan dalam neraca adalah sebesar jumlah yang diharapkan dapat diterima. Ada dua dasar untuk menentukan jumlah kerugian piutang sebagaimana dalam ilustrasi 4.1. Ilustrasi 4.1: Metode Cadangan Kerugian Piutang

a. Jumlah penjualan

Kerugian piutang ditentukan dengan cara mengalikan persentase tertentu dengan jumlah penjualan yang diakui pada periode tersebut khususnya penjualan kredit. Dasar ini digunakan karena yang menimbulkan piutang adalah penjualan kredit. Tetapi jika sulit memisahkan berapa jumlah penjualan tunai dan berapa jumlah penjualan kredit maka yang digunakan adalah jumlah penjualan keseluruhan periode tersebut. Contoh, misalnya penjualan yang diperoleh oleh PT Setia Jaya pada tahun 2006 adalah Rp. 300.000.000,- dimana seperempatnya adalah penjualan tunai. Perusahaan menetapkan bahwa persentase piutang tak tertagih pada tahun 2006 adalah 10. Maka besarnya kerugian piutang dihitung sebagai berikut: Penjualan tahun 2006 Rp. 300 juta Penjualan tunai tahun 2006 14 x 300 juta Rp. 75 juta Penjualan kredit tahun 2006 Rp. 225 juta Piutang tak tertagih: 10 x Rp. 225 juta Rp. 22,5 juta Ayat jurnal untuk mencatat besarnya kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2006 adalah : 1. Jika pada periode tersebut baru menerapkan metode cadangan, maka jurnalnya sebagai berikut: Persentase dari Penjualan Penandingan Penjualan Penghapusan Piutang Persentase dari Penjualan Nilai Realisasi Kas Piutang Dagang Cadangan Kerugian Piutang Didasarkan atas Laba-Rugi Didasarkan atas Neraca 440 Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit 2006 31 Des Kerugian Piutang Usaha Rp. 22.500.000 Cadangan Kerugian Piutang Rp. 22.500.000 2. Jika perusahaan telah menggunakan metode cadangan dan misalkan saldo cadangan kerugian piutang pada periode tersebut masih sebesar Rp. 5 juta Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit 2006 31 Des Kerugian Piutang Rp. 17.500.000 Cadangan Kerugian Piutang Rp. 17.500.000 Rp. 22.500.000,- - Rp. 5.000.000,- = Rp. 17.500.000,- 3. Terdapat bukti yang jelas jika pelanggan benar benar tidak dapat melunasi piutangnya Misalkan pada tanggal 5 Januari 2007 terdapat bukti surat keputusan pengadilan menyatakan bahwa salah satu pelanggan dinyatakan pailit yang berpiutang sebesar Rp. 10.000.000,- , sehingga piutangnya benar benar tidak dapat ditagih dan harus dihapuskan maka ayat jurnal untuk mencatat kejadian ini adalah: Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit 2007 5 Jan Cadangan Kerugian Piutang Usaha Rp. 10.000.000 Piutang Usaha Rp. 10.000.000 b. Saldo Piutang Perhitungan kerugian piutang atas dasar saldo piutang akhir periode dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu: 1. jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang 2. cadangan ditambah persentase tertentu dari saldo piutang 3. jumlah cadangan dinaikkan sampai jumlah yang dihitung dengan menganalisis umur piutang 441 Untuk memberikan ilustrasi penggunaan ketiga metode di atas, misalnya PT Anggara Permana per 31 Desember 2006 mempunyai saldo piutang sebesar Rp. 15.602.900,- dengan rincian sebagaimana tertera di dalam tabel daftar saldo piutang dibawah ini. Sedangkan saldo cadangan kerugian piutang sebesar Rp. 250.000,-. Untuk tahun 2006 perusahaan menetapkan persentase kerugian piutang sebesar 2 dari saldo piutang. PT Anggara Permana Daftar Saldo Piutang per 31 Desember 2006 dalam rupiah Menunggak No. Pelanggan Saldo Belum Jatuh Tempo 1-30 hari 31-60 hari 61-90 hari 91-120 lebih dari 120 hari 1 UD. Panca 4576.00 457.600 2 Ny. Haris 1.244.500 1.000.000 244.500 3 Toko Abadi 760.000 760.000 4 Tn. Andika 987.500 987.500 5 Tn. Heri 1.567.800 567.000 1000.800 6 Toko Siantar 275.000 275.000 7 Nn. Fitri 2.450.000 1.400.000 565.000 485.000 8 Nn. Permana 888.000 888.000 9 UD. Afifah 6.750.000 5.000.000 600.000 1.150.000 10 CV. Tirta Tiara 222.500 222.500 Jumlah 15.602.900 8.424.600 809.500 2.832.500 2.150.800 888.000 497.500 Dari data di atas perhitungan besarnya kerugian piutang dan pencatatannya dilakukan sebagai berikut: 1 Jumlah cadangan dinaikkan sampai persentase tertentu dari saldo piutang Besarnya kerugian piutang adalah persentase kerugian dikalikan saldo piutang yaitu 2 x Rp. 15.602.900 = Rp. 312.058,-. Karena saldo cadangan kerugian piutang masih sebesar Rp. 250.000 maka jumlah kerugian piutang tahun tersebut yang ditambahkan ke akun cadangan kerugian piutang adalah Rp. 312.058 – Rp. 250.000 = Rp. 62.058. Sedangkan ayat jurnal untuk mencatat kerugian piutang dan cadangan kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2006 adalah: 442 Tanggal Keterangan Ref D K 2006 31 Des Kerugian Piutang Usaha Rp. 62.058 Cadangan Kerugian Piutang Usaha Rp. 62.058 2 Cadangan ditambah persentase tertentu dari saldo piutang Jumlah kerugian piutang yang diakui pada tanggal 31 Desember 2006 adalah hasil kali persentase kerugian dengan saldo piutang ditambah dengan saldo cadangan kerugian piutang yang masih ada pada tanggal tersebut. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Persentase kerugian dikalikan saldo piutang 2 x Rp. 15.602.900 Rp. 312.058 Ditambah Saldo cadangan kerugian piutang yang ada Rp. 250.000 Jumlah kerugian piutang Rp. 562.058 Sedangkan ayat jurnal untuk mencatat kerugian piutang dan cadangan kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2006 adalah: Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit 2006 31 Des Kerugian Piutang Usaha Rp. 312.058 Cadangan Kerugian Piutang Usaha Rp. 312.058 Dengan ayat jurnal di atas maka saldo cadangan kerugian piutang pada tanggal 31 Desember menjadi Rp. 562.058,-. 3 Jumlah cadangan dinaikkan sampai jumlah yang dihitung dengan menganalisis umur piutang Berdasarkan daftar piutang yang dimiliki PT Anggara Permana pada tanggal 31 Desember 2006 dimana piutangnya sudah dikelompokkan menjadi dua golongan utama yaitu yang belum jatuh tempo dan yang menunggak. Jika PT Anggara Permana mempunyai kebijakan untuk menetapkan besarnya kerugian untuk masing masing golongan piutang sebagai berikut : 443 Kelompok Umur Piutang Saldo Persentase Kerugian Piutang Taksiran Kerugian Piutang Belum Jatuh Tempo 8.424.600 0,25 21.061,5 Menunggak 1-30 hari 809.500 0,75 6.071,25 Menunggak 31-60 hari 2.832.500 5,00 141.625 Menunggak 61-90 hari 2.150.800 10,00 215080 Menunggak 91-120 hari 888.000 20,00 177.600 Menunggak 120 hari 497.500 64,00 318.400 Jumlah 15.602.900 879.837,75 Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas besarnya kerugian piutang adalah Rp. 879.837,75. Karena saldo cadangan kerugian piutang yang masih ada sampai dengan tanggal 31 Desember 2006 adalah sebesar Rp. 250.000 maka akun cadangan kerugian piutang ini akan ditambah sebesar Rp. 879.837.74 – Rp. 250.000 = Rp. 629.837,75. Sedangkan ayat jurnal untuk mencatat kerugian piutang dan cadangan kerugian piutang pada tanggal 31 Desember 2006 adalah : Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit 2006 31 Des Kerugian Piutang Rp. 629.837,75 Cadangan Kerugian Piutang Rp. 629.837,75

E. Penagihan Piutang yang Telah Dihapuskan

Seringkali bahwa piutang yang telah dihapus dilunasi kembali oleh pelanggan. Jika perusahaan menggunakan metode cadangan, maka pada saat menerima pelunasan akan dicatat sebagai berikut: Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit Kas XXX Cadangan Kerugian Piutang XXX Namun jika setelah dihapus pelanggan memberikan kesanggupan untuk melunasi dan selanjutnya membayarnya maka pencatatannya akan dilakukan sebagai berikut: 1. Pada saat menerima janji memo kesanggupan untuk melunasi piutang Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit Piutang XXX Cadangan Kerugian Piutang XXX 444 2. Pada saat menerima uangnya Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit Kas XXX Piutang XXX

F. Disposisi Piutang

Piutang merupakan salah satu jenis aset lancar perusahaan setelah kas. Piutang dapat dikonversi menjadi kas pada saat jatuh tempo. Seringkali perusahaan dihadapkan pada masalah lamanya menunggu jatuh tempo piutang padahal perusahaan membutuhkan kas dengan segera. Untuk itu manajemen seringkali membuat kebijakan untuk mempercepat konversi piutang menjadi kas dengan cara mendisposisi piutang tersebut. Disposisi piutang dapat dilakukan dengan menggadaikan piutang atau menjual piutang kepada pihak lain.

1. Penggadaian Piutang

Perusahaan menggadaikan piutang untuk mendapatkan pinjaman dari lembaga- lembaga keuangan lain seperti bank atau lembaga pembiayaan. Lembaga keuangan ini dapat memberikan pinjaman jika perusahaan menjaminkan piutang piutang yang dimilikinya. Penagihan piutang tetap dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. Hasil penagihan digunakan untuk melunasi pinjaman kepada lembaga keuangan tersebut. Pelanggan perusahaan dapat diberitahu atau tidak diberitahu jika piutangnya digadaikan. Contoh, misalnya PT Nirwana Abadi pada tanggal 1 Maret 2007 meminjam uang kepada lembaga keuangan PT Bahagia Finance sebesar Rp. 100.000.000,- dengan jaminan piutang dagang yang dimilikinya senilai Rp. 125.000.000,-. Beban bunga 12 per tahun, bunga dibayar per bulan pada saat mengangsur pokok pinjaman. Sedangkan beban administrasi 2. Setiap bulan PT Nirwana Abadi diwajibkan mengangsur pinjamannya sebesar piutang yang dapat ditagih pada bulan tersebut. Penagihan piutang tetap dilakukan oleh PT Nirwana Abadi. Pelunasan piutang yang diterima dalam bulan tertentu dicatat pada akhir bulan yang bersangkutan, sedangkan pembayaran pokok pinjaman dilakukan pada awal bulan berikutnya. PT Nirwana Abadi menerima pelunasan piutangnya pada bulan April sebesar Rp. 50.000.000,-, bulan Mei sebesar Rp. 25.000.000,-, dan Juni Rp. 35.000.000,-. Pada tanggal 1 Juli PT Nirwana Abadi dapat melunasi seluruh pinjamannya kepada PT. Bahagia Finance. Penggadaian piutang adalah menjaminkan piutang kepada lembaga keuangan untuk mendapatkan pinjaman. 445 Berikut adalah pencatatan yang dilakukan oleh PT Nirwana Abadi 1 Maret 2007 Menerima pinjaman dari PT Bahagia Finance sebesar Rp. 100.000.000,- dan membayar beban administrasi 2 dengan jaminan piutang senilai Rp. 125.000.000,- Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit 2007 1 Maret Kas Rp. 98.000.000 Beban adminsitrasi pinjaman Rp. 2.000.000 Utang PT Bahagia Finance Rp.100.000.000 2 x Rp. 100 juta = Rp. 2 juta, Rp.100 juta – Rp. 2 juta = Rp. 98 juta 31 Maret 2007 Menerima pelunasan piutang dari pelanggannya sebesar Rp. 50.000.000,- Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit 2007 31 Maret Kas Rp. 50.000.000 Piutang Rp. 50.000.000 1 April 2007 Membayar angsuran pertama dan bunga Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit 2007 Utang PT Bahagia Finance Rp. 50.000.000 1 April Beban Bunga Rp. 500.000 Kas Rp. 50.500.000 30 Mei 2007 Menerima pelunasan piutang dari pelanggannya sebesar Rp. 25.000.000,- Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit 2007 Kas Rp. 25.000.000 31 Mei Piutang Rp. 25.000.000 1 Juni 2007 Membayar angsuran kedua dan bunga Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit 2007 Utang PT. ANDARA FINANCE Rp. 25.000.000 1 Juni Beban Bunga Rp. 250.000 Kas Rp. 25.250.000 446 30 Juni 2007 Menerima pelunasan piutang dari pelanggannya sebesar Rp. 35.000.000,- Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit 2007 Kas Rp. 35.000.000 30 Juni Piutang Rp. 35.000.000 01 Juli 2007 Melunasi sisa pinjaman kepada PT Bahagia Finance Tanggal Keterangan Ref. Debit Kredit 2007 1 Juli Utang PT Bahagia Finance Rp. 25.000.000 Beban Bunga Rp. 250.000 Kas Rp. 25.250.000 1 Juli Piutang Rp. 15.000.000 Piutang yang dijaminkan Rp. 15.000.000 Menghapus akun piutang yang dijaminkan Jadi pada bulan juli 2007 pinjaman kepada PT Bahgia Finance lunas, sedangkan saldo piutang perusahaan adalah Rp. 15.000.000,-.

2. Penjualan Pemfaktoran Anjak Piutang

Untuk memenuhi kebutuhan kas yang segera disamping dilakukan dengan cara menggadaikan piutang perusahaan dapat menjual piutang tersebut kepada lembaga-lembaga keuangan. Lembaga keuangan yang membeli piutang perusahaan akan sepenuhnya menerima pelunasan maupun risiko tidak tertagihnya piutang tersebut. Pelanggan perusahaan yang piutangnya dijual akan mendapatkan pemberitahuan bahwa piutangnya telah dijual kepada lembaga keuangan sehingga pelanggan mempunyai kewajiban melunasinya kepada lembaga tersebut. Berikut contoh penjualan piutang. Misalnya PT Airlangga Perkasa pada tanggal 5 Januari 2007 menjual piutangnya senilai Rp. 400.000.000,- kepada PT Vidya Finance. Dalam transaksi itu, PT Vidya Finance membebani beban adminsitrasi Rp. 5 dan mewajibkan untuk menahan saldo sebesar 4 sebagai jaminan sampai semua piutangnya PT Airlangga Perkasa dapat tertagih. Penjualan atau pemfaktoran piutang adalah penjualan piutang yang dimiliki oleh perusahaan kepada lembaga keuangan, dimana lembaga keuangan yang akan menanggung semua resiko yang terkait dengan pelunasan piutang tersebut 447 Pencatatan yang dilakukan oleh PT Airlangga Perkasa adalah sebagai berikut: Tanggal Keterangan Ref Debit Kredit 2007 5 Januari Kas Rp.364.000.000 Piutang PT. Sinar Finance Rp. 16.000.000 Kerugian Penjualan Piutang Rp. 20.000.000 Piutang Rp.400.000.000 Keterangan : Kerugian penjualan piutang adalah sebesar beban keuangan yang ditetapkan oleh lembaga keuangan yang membeli piutang tersebut yaitu 5 kali Rp. 400.000.000,- sama dengan Rp. 20.000.000,-. Karena lembaga keuangan menahan saldo mati sebesar Rp. 4 dari Rp. 400.000.000,- sebagai jaminan transaksi penjualan piutang maka bagi PT.Airlangga Perkasa saldo yang ditahan di PT Vidya Finance diakui sebagai piutang kepada lembaga tersebut.

G. Piutang Wesel Wesel Tagih

Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Wesel dibedakan menjadi dua yaitu: 1. wesel berbunga adalah wesel yang mempunyai tingkat bunga yang ditetapkan 2. wesel tanpa bunga adalah wesel yang bunganya sudah termasuk didalam jumlah nominalnya sehingga bunga tidak dinyatakan secara eksplisit. Wesel wesel ini ada yang dapat dipindahtangankan atau dijual atau didiskonto kepada pihak lain seperti bank, tetapi ada juga yang tidak bisa dipindahtangankan. Pendiskontoan wesel akan dilakukan sebelum jatuh tempo. Seperti dalam hal piutang usaha, maka piutang wesel juga bisa dibedakan menjadi wesel dagang, wesel dari pegawai dan lain-lain. Pada umumnya piutang wesel dapat kelompokkan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Piutang wesel tidak berbunga 2. Piutang wesel berbunga Piutang wesel berbunga adalah piutang wesel dimana debitor akan dikenai sejumlah bunga tertentu seperti yang tertera dalam lembar weselnya selama umur wesel. Sedangkan piutang wesel tidak berbunga adalah piutang wesel yang tidak bersyarat pembayaran bunga, yang berarti debitor tidak dikenai bunga wesel. Wesel adalah janji tertulis yang tidak bersyarat dari satu pihak kepada pihak lain untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa yang akan datang