484
Tanggal Transaksi
Unit Biaya per unit
Total Harga Pokok
1 Januari Saldo, 1 Jan
5 potong Rp. 35.000
Rp. 175.000 3 Januari
Pembelian, 3 Jan 12 potong
Rp. 36.000 Rp. 432.000
6 Januari Pembelian, 6 Jan
10 potong Rp. 37.000
Rp. 370.000 20 Januari
Pembelian, 20 Jan 4 potong
Rp. 37.500 Rp. 150.000
Jumlah barang yang terjual 31 potong
Rp.1.127.000 Maka persediaan akhir barang dagangan sebanyak 6 potong merupakan
hasil dari pembelian terakhir tanggal 20 januari 2007 dengan biaya per unit Rp. 37.500,- sehingga nilai persediaan akhir pada tanggal 31 Januari
2007 adalah 6 kali Rp. 37.500,- adalah sebesar Rp. 225.000,-. 2. Metode LIFO Fisik
Jika menggunakan metode LIFO biaya penjualan dihitung dari biaya paling akhir disusul dengan biaya dari pembelian sebelumnya.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tanggal Transaksi
Unit Biaya per unit
Total Harga Pokok
20 Januari Pembelian, 20 Jan
10 potong Rp. 37500
Rp. 375000 6 Januari
Pembelian, 6 Jan 10 potong
Rp. 37000 Rp. 370000
3 Januari Pembelian, 3 Jan
11potong Rp. 36000
Rp. 396000 Jumlah barang yang terjual
31 potong Rp 1141000
Sedangkan persediaan akhir yang dimiliki sebanyak 6 potong memiliki harga pokok yang terdiri dari 1 potong dari pembelian tanggal 3
Januari Rp. 36.000,- dan 5 potong dari persediaan awal sebesar Rp. 35.000,-. Sehingga nilai persediaan akhir sebesar Rp. 215.000,-.
3. Metode Biaya Rata-rata Fisik
Dengan menggunakan metode biaya rata-rata, hara pokok per unit ditentukan dengan cara membagi total biaya barang yang tersedia
dijual dalam satu periode dengan jumlah unitnya. Biaya penjualan akan dihitung dengan cara mengalikan jumlah barang yang terjual dengan
biaya rata rata per unit, demikian pula untuk biaya persediaan akhir yaitu jumlah unit persediaan akhir dikalikan dengan hara pokok rata-rata per
unit. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
485
= Rp. 1.352.000,- 37
= Rp. 36.540,50 Harga pokok penjualan adalah 31 x Rp. 36.540,50 = Rp. 1.132.755,50,
sedangkan nilai persediaan akhir = 6 x Rp.36.540,50 = Rp. 219.243,- G. Perbandingan Metode Penentuan Biaya Persediaan dan
Pengaruhnya terhadap Laporan Keuangan
Setiap metode penilaian persediaan akan menghasilkan jumlah yang berbeda untuk: 1 harga pokok penjualan periode berjalan 2 nilai
persediaan akhir dan 3 laba kotor. Berikut ilustrasinya pada laporan laba rugi sebagian tetapi penerapannya pada sistem periodik.
Toko Pakaian “Cantik”
Laporan Laba Rugi Sebagian
FIFO LIFO
Biaya Rata-rata Penjualan
Rp. 1. 270.000,- Rp.1. 270.000,-
Rp. 1. 270.000,- Biaya Penjualan:
Persediaan awal Rp 175.000,-
Rp. 175.000,- Rp. 175.000,-
Pembelian Rp. 1.165.000,-
Rp. 1.165.000,- Rp. 1.165.000,-
Biaya Barang yg Tersedia untuk dijual Rp. 1.340.000,-
Rp. 1.340.000,- Rp. 1.340.000,-
Persediaan Akhir Rp. 225.000,-
Rp. 215.000,- Rp. 219.243,-
Harga Pokok Penjualan Rp. 1.127.000,-
Rp. 1.141.000,- Rp. 1.132.755,-
Laba Kotor Rp. 143.000,-
Rp. 129.000,- Rp. 138.000,-
Jika kita perhatikan ilustrasi di atas setiap metode mempunyai pengaruh terhadap laporan keuangan yaitu laporan laba rugi dan neraca.
Pada laporan laba rugi, harga pokok penjualan dan laba kotor untuk penerapan setiap metode menghasilkan nilai yang berbeda. Demikian
pula nilai persediaan yang ada pada neraca dimana jika menggunakan metode FIFO nilai persediaan sebesar Rp. 225.000,-, jika LIFO sebesar
Rp. 215.000,- dan jika metode rata rata adalah Rp. 219.243,-. Biaya rata-rata per unit =
Total biaya barang yang tersedia dijual Jumlah unit barang yang tersedia untuk