Gambaran Asupan Besi Fe Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di
penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p 0,05 dan
dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p 0,05.
5.2.1 Hubungan Antara Konsumsi Energi Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat
Tahun 2014
Hasil analisis
bivariat antara
konsumsi energi
dengan perkembangan motorik kasar pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan
Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Energi Dengan Perkembangan
Motorik Kasar Anak Pada Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Berdasarkan tabel 5.8 di atas, hasil analisis hubungan antara konsumsi energi dengan perkembangan motorik kasar anak pada usia 6-18
bulan diketahui bahwa dari 48 responden yang konsumsi energinya di bawah AKG ada sebanyak 6 responden yang perkembangan motorik
kasarnya tidak normal, sedangkan dari 18 responden yang konsumsi energi
Perkembangan motorik kasar Energi
Tidak normal suspect
Normal Total
P-value OR
CI 95 n
N n
Dibawah AKG 6
12,5 42
87,5 48100
0,073 0,286
0,078-1,049
Diatas AKG 6
33,3 12
66,7 18100
Total 12
18,2 54
81,8 66100
di atas AKG terdapat 6 responden pula yang perkembangan motorik kasar tidak normal.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,073 0,05 hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara
konsumsi energi dengan perkembangan motorik kasar anak pada usia 6-18 bulan. Berdasarkan perhitungan risk estimate, diperoleh nilai OR sebesar
0,286 dengan CI
0,078-1,049
artinya anak dengan konsumsi energi di bawah AKG memiliki peluang 0,286 kali mengalami gangguan
perkembangan motorik kasar dibandingkan dengan anak usia 6-18 bulan yang memiliki konsumsi energi di atas AKG. Nilai OR 1 menjadikan
faktor proteksi terhadap gangguan perkembangan motorik kasar. Jadi anak usia 6-18 bulan dengan konsumsi energi di bawah AKG mengalami
perlindungan terhadap gangguan perkembangan motorik kasar.
5.2.2 Hubungan Antara Konsumsi Protein Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat
Tahun 2014
Hasil analisis bivariat antara konsumsi protein dengan
perkembangan motorik kasar pada anak usia 6-18 bulan di Kelurahan Pamulang Kota Tangerang Selatan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 5.9
berikut ini:
Tabel 5.9 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Protein Dengan Perkembangan
Motorik Kasar Anak Pada Usia 6-18 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2014
Berdasarkan tabel 5.9 di atas, hasil analisis hubungan antara konsumsi protein dengan perkembangan motorik kasar anak pada usia 6-
18 bulan diketahui bahwa dari 30 responden yang konsumsi proteinnya di bawah AKG ada hanya 2 responden 6,7 dengan perkembangan
motorik kasarnya tidak normal, sedangkan dari 36 responden yang konsumsi protein di atas AKG terdapat 10 responden 27,8 yang
perkembangan motorik kasar tidak normal. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh p value sebesar 0,05 dan
sama dengan nilai dari p value 0,05. Hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara konsumsi protein dengan perkembangan motorik kasar
anak pada usia 6-18 bulan. Berdasarkan perhitungan risk estimate, diperoleh nilai OR sebesar 0,186 dengan CI
0,037-0,928
artinya anak dengan konsumsi protein di bawah AKG memiliki peluang 0,186 kali
mengalami gangguan perkembangan motorik kasar dibandingkan anak usia 6-18 bulan yang memiliki konsumsi protein di atas AKG. Nilai OR1
Perkembangan motorik kasar Protein
Tidak normal Suspect
Normal Total
P value OR
CI 95 N
n N
Dibawah AKG 2
6,7 28 93,3
30100 0.05
0,186 0,037-0,928
Diatas AKG 10
27,8 26 72,2
36100
Total 12
18,2 54
81,8 66100