Adakalanya seseorang memecahkan masalah secara naluri maupun trial and error, namun taraf pemecahan manusia lebih tinggi dibandingkan
dengan makhluk lain karena manusia sanggup memecahkan masalah dengan akal selain memiliki bahasa. Seperti dikemukakan oleh Gagne dalam
Suherman bahwa keterampilan intelektual tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui pemecahan masalah, karena pemecahan masalah merupakan tipe
belajar yang paling tinggi dari delapan tipe yang dikemukan, yaitu : signal learning, stimulus-responses learning, chaining, verbal association,
discrimination learning, concept learning, rule learning, dan problem solving.
7
Terkadang banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berbentuk non rutin. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan The National Assesment of Educational Progress NAEP menunjukkan bahwa siswa sekolah dasar pada umumnya
menghadapi kesulitan dalam menghadapi soal tidak rutin yang memerlukan analisis dan proses berpikir mendalam.
8
Kesulitan tersebut tampak pemahaman siswa terhadap soal. Sehingga untuk menyelesaikan soal tersebut
siswa terlebih dahulu membaca soal dengan cermat dan menganalisis soal serta memahami apa yang harus dicari, serta bagaimana langkah-langkah
yang harus ditempuh untuk menyelesaikan soal tersebut. Jika siswa tidak memahami soal dengan baik maka jawaban bisa salah. Untuk hal yang
demikian guru harus dapat menciptakan pembelajaran untuk menye;lesaikan dengan langkah-langkah yang benar dan tepat.
Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika, tidak lepas dari proses pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru bidang studi matematika kelas VII MTSN Tangerang II Pamulang menyebutkan bahwa kemampuan memecahkan masalah matematika masih
kurang, siswa masih banyak mengalami kesulitan untuk mengaitkan materi
7
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI, 2003, h.87
8
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: UPI, 2003, h.83
5
yang di peroleh di sekolah dengan masalah yang ada di sekitar mereka, hal ini menyebabkan pembelajaran cenderung bersifat konvensional. Pembelajaran
yang hanya berpusat pada guru. Siswa terlihat pasif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru, dan siswa lebih cenderung menghafal bentuk atau
kalimat dalam menyelesaikan soal matematika. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dapat
dilakukan dengan mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, perlu dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa
untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan serta mampu memecahkan masalah
terhadap materi matematika itu sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
adalah dengan melaksanakan strategi pembelajaran yang relevan untuk diterapkan oleh guru.
Salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan adalah strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri sehingga siswa lebih mudah untuk
memahami konsep-konsep yang diajarkan dan mampu memecahkan masalah matematika. Strategi tersebut adalah strategi REACT.
Strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat membantu guru untuk menanamkan konsep pada siswa, sehingga siswa
tidak sekedar menghafal rumus, akan tetapi siswa dapat menemukan sendiri, bekerjasama, dapat menerapkan dalam kehidupan dan dapat mentransfer
dalam konteks baru, sekaligus belajar selalu mengaitkan dengan konteks baru. Melalui strategi REACT, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran
matematika akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa matematika tidak selalu membosankan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk
membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan.
6
Guna membuktikan hal tersebut, maka diperlukan penelitian lebih lanjut, maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi REACT Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis menguraikan masalah-masalah yang teridentifikasi sebagai berikut:
a. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika masih rendah.
b. Kemampuan siswa dalam memahami masalah masih rendah. c. Hasil belajar siswa masih rendah.
d. Siswa cenderung pasif dalam pembelajaran matematika. e. Pembelajaran matematika masih berpusat pada guru.
C. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi masalah yang begitu luas, penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut:
Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dimaksud adalah kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal-soal matematika yang
disajiakan dalam bentuk soal yang tidak rutin yaitu soal yang untuk sampai pada prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang mendalam.
Strategi pembelajaran adalah strategi REACT. Strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat membantu guru untuk
menanamkan konsep pada siswa, sehingga siswa tidak sekedar menghafal rumus, akan tetapi siswa dapat menemukan sendiri, bekerjasama, dapat
menerapkan dalam kehidupan dan dapat mentransfer dalam konteks baru, sekaligus belajar selalu mengaitkan dengan konteks baru.
7
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika
yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran kontekstual dengan strategi REACT?
2. Bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan strategi REACT lebih baik dibandingkan kemampuan memecahan
masalah matematika yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan rumusan masalah di atas, peneliti merumuskan tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika setelah diterapkan pembelajaran kontekstual dengan strategi
REACT. 2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika yang
pembelajarannya menggunakan
pembelajaran konvensional.
3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual dengan strategi REACT dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
8
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.
Siswa : Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam mengerjakan soal-soal matematika.
2. Guru
: Memberi pengetahuan baru kepada guru bahwa strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika sehingga nantinya dapat menjadi
alternatif strategi pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas.
3. Sekolah : Meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang
bersangkutan terkait dengan pengembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika dengan
strategi REACT. 9
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
a. Pengertian Matematika
Matematika adalah pengetahuan dasar yang harus dikuasai oleh setiap siswa, baik itu untuk bekal dalam kehidupan sehari-hari, maupun untuk
dapat menguasai ilmu-ilmu yang ada hubungannya dengan matematika. Dengan menguasai konsep-konsep matematika, maka seorang siswa akan
dengan mudah memahami ilmu-ilmu yang lain, mengaitkan serta mampu menerapkan konsep-konsep tersebut untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Banyak definisi tentang matematika yang dikemukakan oleh para ahli
pendidikan. Diantaranya menurut Erna Suwangsih bahwa matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yamg mulanya diambil dari
perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
knowledge, science. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya
belajar berpikir. Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir
bernalar.
1 9
Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio penalaran, bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi,
matematika juga terbentuk karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
1
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Cet.I, Bandung: UPI PRESS, 2006, h.3
10
Reys dkk 1984 dalam buku Erna Suwangsih dan Tiurlina mengemukakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Johnson dan Rising dalam
Russefendi 1972 yang mengemukakan bahwa matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu
adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa
bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat
secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Matematika adalah
ilmu tentang keteraturan pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya.
2 10
Menurut Johnson dan Myklebust, matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan
kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner mengemukakan bahwa matematika di
samping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan
ide mengenai elemen dan kuantitas.
3 11
Sedangkan Soedjadi 2000 memberikan enam definisi atau pengertian tentang matematika, yaitu: 1 matematika adalah cabang ilmu
pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik, 2 matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi, 3 matematika adalah
pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan, 4 matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan
2
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, Cet.I, Bandung: UPI PRESS, 2006, h.4
3
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Anak Bagi Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h.252
11