Komponen Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Kontekstual

e hasil karya. 7 Authentic Assessment Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan belajar, maka guru segera mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar UAN, tetapi dilakukan bersama secara integral tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari learning how to learn, bukan ditekankan pada diperolehnya pada sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses bukan hanya hasil. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan performance yang diperoleh siswa. Dengan demikian sebagai penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman atau orang lain. Menurut Trianto Penerapan pembelajaran kontekstual secara garis besar langkah-langkahnya adalah: a Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 27 b Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. c Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. d Ciptakan masyarakat belajar belajar dalam kelompok –kelompok. e Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran. f Lakukan refleksi di akhir pertemuan. g Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

3. Strategi Pembelajaran REACT

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Secara harfiah, kata strategi dapat diartikan sebagi seni art, melaksanakn, stratagem, yakni siasat atau rencana McLeod, 1989. Banyak kata strategi dalam bahasa Inggris, dan yang dianggap relevan dalam pembahasan ini ialah kata approach pendekatan dan kata procedure tahapan kegiatan. 29 37 Strategi adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan dan penggunaan potensi dan sarana yang ada untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengajaran. 30 38 Hal ini sejalan dengan Kemp 1995 dalam buku strategi pembelajaran menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran menurut Atrhur L.Costa 1985 seperti yang dikutip oleh Rustaman 2003: 3 merupakan pola kegiatan pembelajaran berurutan yang diterapkan dari waktu ke waktu dan diarahkan untuk mencapai suatu hasil belajar siswa yang diinginkan. 31 39 29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Cet. XI, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008, h. 214 30 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta: Kencana, 2009, h. 131 31 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Edisi 1, Cet III, Jakarta: Kencana, 2010, h. 135 28 Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal J.R. David, 1976. 32 40 Jadi, dengan demikian strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah pola-pola umum kegiatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan.

b. Strategi REACT

Strategi REACT merupakan suatu strategi pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning CTL adalah konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 33 41 Strategi REACT ini dikembangkan dengan mengacu pada paham konstruktivisme karena pembelajaran dengan menggunakan strategi ini menuntut siswa untuk terlibat dalam bebagai aktivitas yang terus-menerus, berpikir dan menjelaskan penalaran mereka, mengetahui berbagai hubungan antara tema-tema dan konsep-konsep bukan hanya sekedar menghafal dan membaca fakta secara berulang-ulang serta mendengar ceramah dari guru. Dalam hal ini guru berusaha menanamkan pada diri siswa rasa minat dan kepercayaan diri dan rasa butuh terhadap pemahaman. Dengan strategi ini, siswa akan mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi yang baru dan siswa akan terbiasa memecahkan 32 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Ed.I. Cet.I, Jakarta: Kencana, 2008, h. 294 33 Agus Suprijono, Cooperatif Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h.79 29 masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, karena siswa mengalami sendiri pengetahuan yang diperolehnya. 34 42 Ada lima unsur dalam strategi REACT yang masing-masing merupakan singkatan R dari Relating menghubungkanmengaitkan, E dari Experiencing mengalami, A dari Applying menerapkan, C dari Cooperating bekerja sama dan T dari Transferring mentransfer. Strategi ini terfokus pada pengajaran dan pembelajaran dalam konteks suatu prinsip fundamental dalam konstruktivisme. Crawford, 2001: 3. Center Of Occupational Reseach And Development CORD menyampaikan 5 strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran kontekstual, yang disingkat REACT, yaitu: 35 43 1 Relating Relating adalah belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata. Dalam proses pembelajaran, relating dimaksudkan dalam konteks agar siswa harus dapat menghubungkan pengetahuan baru yang diperolehnya dengan pengalaman hidup yang telah dan akan dia peroleh. 36 44 Pengetahuan prasyarat adalah relevansi antar faktor internal seperti bekal pengetahuan, keterampilan, bakat, minat, dengan faktor eksternal seperti ekspos media dan pembelajaran oleh guru dan lingkungan luar. Pengetahuan berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. 34 Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, Cet.I. Jakarta: PIC UIN, 2007, h.123 35 Agus Suprijono, Cooperatif Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 83 36 Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, Cet.I. Jakarta: PIC UIN, 2007, h. 125 30 Belajar selalu ditekankan dengan konteks kehidupan nyata, yaitu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan informasi baru yang didapat dengan memecahkan masalah-masalah. Untuk itu, sebelum mengawali pembelajaran seharusnya guru memberi pertanyaan- pertanyaan yang menarik dan akrab bagi siswa, sehingga siswa memiliki gambaran awal tentang materi yang akan dipelajari. 2 Experiencing Belajar ditekankan kepada penggalian eksplorasi, penemuan discovery, dan penciptaan invention. Dalam proses pembelajaran siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung melalui kegiatan eksplorasi, penemuan, investigasi, penelitian, dan lain-lain. Hal ini senada dengan William Burton dalam Oemar Hamalik, menyatakan bahwa Experiencing means living through actual situations and recting vigorously to various aspects of those situations for purposes apparent to the learner. Experiencing includes whatever one does or undergoes which result in changed behavior, in changed values, meanings, attitudes, or skill. 37 45 Setelah mendapatkan pengetahuan baru siswa akan dapat menemukan ide, dan menciptakan sesuatu dari ide yang dia miliki tersebut. Hal tersebut akan mendorong siswa untuk aktif dalam belajar dan belajar secara mandiri karena siswa benar-benar mengalami sendiri setiap kegiatan dalam pembelajaran dan bukan hanya teori-teori yang disampaikan oleh guru. Proses pembelajaran akan berlangsung cepat jika siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi peralatan, memanfaatkan sumber belajar, dan melakukan bentuk-bentuk kegiatan penelitian yang lain secara aktif. 38 46 37 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2002 , h. 29 38 Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2004, h.16- 17 31 Dalam hal ini guru tidak pernah memberitahukan secara langsung kepada siswa tentang segala sesuatu, tetapi lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Namun demikian guru harus tetap memandu siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa yang tidak memiliki pengetahuan sebelumnya yang relevan dengan informasi baru tentu tidak mungkin dapat membuat hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya. Guru dapat mengatasi hal ini dan membantu siswa menyusun pengetahuan baru dengan berbagai pengalaman yang tersusun rapi dan terus menerus yang terjadi dalam kelas. Inilah yang dimaksud dengan mengalami. 39 47 Pengalaman yang terus menerus di dalam kelas dapat berupa penemuan, eksperimen, penciptaan, dan aktivitas siswa lainnya dalam menyelesaikan soal. 3 Applying Applying merupakan belajar dalam konteks bagaimana pengetahuan atau informasi baru yang dia peroleh oleh siswa dapat digunakan dalam berbagai situasi yang dia hadapi, baik situasi yang mudah maupun situasi yang sulit. 40 48 Menerapkan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang dipelajari dalam situasi dan konteks yang lain merupakan pembelajaran tingkat tinggi, lebih daripada sekedar hafal. Kemampuan siswa untuk menerapkan materi yang telah dipelajari untuk diterapkan atau digunakan pada situasi lain yang berbeda merupakan penggunaan fakta, 39 Michael L. Crawford, Teaching Contextually: Research, Rational, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Scince, CORD. 2001. Printed October 40 Gelar Dwirahayu dkk, Pendekatan Baru dalam Pembelajaran Sains dan Matematika Dasar, Cet.I. Jakarta: PIC UIN, 2007, h. 126 32

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa

3 25 261

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 25 307

Improving students’ skill in writing procedure text through picture sequences: a classroom action research at the ninth grade of MTs Negeri Tangerang 2 Pamulang

0 3 118

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 3 307

Pengaruh strategi pembelajaran react dengan teknik scaffolding terhadap kemampuan koneksi matematik siswa di SMP Negeri 11 Depok

1 9 248

Pengaruh pendekatan open-ended terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar metematika: penelitian quasi eksprimen di MTsN babakan sirna

3 31 141

Pengaruh Pendekatan KOntekstual Strategi REACT Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

0 5 170

Penggunaan bahan ajar berbasis pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik peserta didik pada materi aljabar di MTsN Tangerang II Pamulang

0 8 307

PENGARUH STRATEGI REACT DAN SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMA.

0 3 32

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI REACT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, BERPIKIR KRITIS, DAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MAHASISWA BIDANG BISNIS.

0 0 65