BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP SISTEM KONTRAK BAGI HASIL
DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN
A. Pelaksanaan Sistem Kontrak Bagi Hasil dalam Industri Perminyakan
Ditinjau dari Segi Peraturan yang Berlaku
Pada prinsipnya, badan hukum atau perorangan yang ingin memperoleh kuasa pertambangan, maka harus memenuhi syarat-syarat dan prosedur yang
berlaku yang berlaku. Diatur didalam Pasal 13, Pasal 15 dan Pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 dengan ketentuan sebagai berikut:
87
1. Untuk satu wilayah kuasa pertambangan harus diajukan satu permintaan tersendiri.
2. Lapangan-lapangan yang terpisah tidak dapat diminta sebagai satu wilayah kuasa pertambangan.
Didalam lampiran Keputusan Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1453 K29MEM2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum, telah ditentukan permohonan izin kuasa pertambangan. Masing-masing pertambangan mempunyai syarat yang
berbeda : 1.
Persyaratan kuasa pertambangan penyelidikan umum . Permohonan kuasa pertambangan penyelidikan umum dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu permohonan baru dan perpanjangan kuasa pertambangan. Persyaratan kuasa pertambangan penyelidikan untuk permohonan
baru, yaitu:
87
. Salim HS, Opcit, Hal 70-76
a. Surat permohonan b. Peta Wilayah
c. Akta pendirian perusahaan yang salah satu maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha dibidang pertambangan dan telah disahkan oleh
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia d. Tanda bukti penyetoran uang jaminan kesungguhan
e. Laporan keuangan bagi perusahaan baru dan laporan keuangan tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik bagi perusahaan lama.
2. Persyaratan Kuasa Pertambangan Eksplorasi Kuasa pertambangan eksplorasi dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu permohonan baru, peningkatan kuasa pertambangan eksplorasi bukan peningkatan dan perpanjangan. Persyaratan permohonan kuasa pertambangan
eksplorasi yang baru yaitu a. Surat permohonan
b. Peta wilayah c. Akta pendirian perusahaan yang salah satu maksud dan tujuannya
menyebutkan berusaha di bidang pertambangan dan telah disahkan oleh Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
d. Tanda bukti penyetoran uang jaminan kesungguhan e. Laporan keuangan bagi perusahan baru dan laporan keuangan tahun terakhir
yang telah diaudit oleh akuntan publik bagi perusahaan lama.
3. Kuasa Pertambangan eksploitasi Kuasa pertambangan eksploiasi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Peningkatan kuasa pertambangan eksplorasi b. Pertambangan eksplorasi baru
c. Perpanjangan kuasa pertambangan eksploitasi Adapun syaratnya sebagai berikut :
a. Surat permohonan b. Peta wilayah
c. Laporan lengkap eksplorasi d. Laporan studi kelayakan
e. Dokumen AMDAL atau UKL-UPL f. Tanda bukti pembayaran iuran tetap
g. Laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan h. Rencana kerja dan biaya.
i. Akta pendirian perusahaan yang salah satru dari maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha dibidang pertambangan dan telah disahkan
insatansi yang berwenang. 4. Kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian serta perpanjangannya
mandiribagi yang tidak mempunyai kuasa pertambangan eksploitasi. Syarat- syarat untuk memperoleh kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian
serta perpanjangannya, yaitu: a. Surat Permohonan
b. Rencana teknis pengolahan dan pemurnian
c. Dokumen AMDAL, atau UKL_UPL d. Perjanjian jual beli dengan pemegang kuasa pertambangan eksploitasi
e. Laporan kegiatan pengolahan dan pemurnian yang telah dilakukan untuk perpanjangan
Kontrak dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan, yang dulunya dibuat antara PT. Pertamina Persero dengan Kontraktor. Namun, setelah Undang-
undang No. 22 Tahun 2001 keluar, terjadi peralihan hak dari Pertamina kepada Badan Pelaksana BPMIGAS sebagai wakil Pemerintah dan Pertamina dianggap
sama dengan Kontraktor dan BPMIGAS bertanggung jawab atas manajemen yang diatur dalam perjanjian.
Asas hukum yang harus diketahui dalam membuat suatu kontrak adalah : 1. Asas Kebebasan Berkontrak Pasal 1338 KUH Perdata
2. Asas Konsensualiatas Pasal 1320 KUH Perdata. Apabila dihubungkan dengan kontrak yang dibuat antara badan pelaksana
dengan kontraktor, isi kontrak ditentukan oleh badan pelaksana dan pihak kontraktor diberi kesempatan mempelajari kontrak. Pasal 1320 KUH Perdata,
yaitu sepakat mereka yang mengikatkan dirinya sudah jelas ada kesepakatan dalam kontrak bagi hasil antara Pertamina dengan pihak kontraktor terbukti
dengan ditandatangani kontrak tersebut. Dalam Pasal 1338 KUH Perdata ditegaskan adanya kebebasan untuk
menentukan isi kontrak ini dianggap tidak sesuai karena badan pelaksana sudah terlebih dahulu menentukan isi kontrak. Secara formil hal ini tidaklah menjadi
masalah sebab apa yang disyaratkan dalam Pasal 1320 yaitu kesepakatan telah
terpenuhi. Ketentuan ini tidak akan memperbesar penyimpangan jika dihubungkan dengan Pasal 1338 KUH Perdata sepanjang pihak kontraktor tidak menderita
kerugian pada perusahaannya. Jadi jelas, para pihak telah mengenyampingkan Pasal 1338 KUH Perdata tentang kebebasan berkontrak khususnya kebebasan
untuk menentukan isi kontrak. Kontraktor menyepakati Kontrak Bagi Hasil PSC dengan badan
pelaksana dengan tujuan untuk kepentingan ekonomi dengan mempertaruhkan resiko sesuai dengan kesepakatan Kontrak Bagi Hasil PSC. Dalam usaha
eksplorasi dan pengembangan deposit perminyakan pada prinsipnya, kontraktor mempunyai hak tagihan dalam bentuk bagian produksi minyak mentah yang
dihasilkan selama jangka waktu kontrak yang tentunya dengan mengadakan negosiasi terlebih dahulu. Dengan tujuan mengumpulkan informasi sebanyak
mungkin dan menampung hal-hal yang dapat dituangkan kedalam kontrak. Ketentuan PSC dimaksudkan Pemerintah untuk memanfaatkan modal asing
dengan jalan penanaman modal. Dengan alasan pertimbangan dalam potensi- potensi modal, teknologi dan keahlian yang tersedia dari luar negeri yang dapat
digunakan secara maksimal untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia yang akan digunakan dalam bidang-bidang atau sektor-sektor yang dalam waktu
dekat belum dapat dilaksanakan dengan modal Indonesia. Seperti yang dimaksud dalam Pasal enam 6 Peraturan Pemerintah No.35
Tahun 1994 tentang Syarat-syarat dan Pedoman Kerjasama Kontrak Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi, yang berbunyi: “Terhadap Kontrak Bagi Hasil
sebagaimana dimaksud dalam peraturan pemerintah ini berlaku Hukum
Indonesia.” Dengan demikian, sesuai uraian di atas dalam pelaksanaan kewajiban dan
hak para pihak dalam PSC tunduk pada ketentuan peraturan perundang-undangan Indonesia, antara lain ketentuan perpajakan, tenaga kerja, lingkungan hidup,
ketentuan pertambangan, dan sebagainya.
Bagan 9 Pola Kontrak Kerjasama di Bidang Minyak dan Gas
Sumber : Rinto Pudyantoro Sub.Din Penerimaan Negara, Dinas Akuntansi Revenue-Divisi Operasi Finansial BP MIGAS
Penentuan hukum yang berlaku dalam Kontrak Bagi Produksi PSC menganut asas Pilihan Hukum, yakni:
1. Asas Lex Loci Contractus Menurut teori klasik Lex Loci Contractus, hukum yang berlaku bagi suatu
kontrak Internasional adalah hukum di tempat perjanjian atau kontrak dibuat.
88
88
. Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid II, Bagian 2 Buku 8
2. Asas Lex Loci Solution Sebagai variasi terhadap teori Lex Loci Contractus dikemukakan adanya teori
Lex Loci Solution . Menurut teori ini, hukum yang berlaku bagi suatu kontrak
adalah tempat dimana kontrak tersebut dilaksanakan. Dalam praktek hukum Internasional umumnya diakui bahwa sebagai peristiwa tertentu dipastikan
oleh hukum yang berlaku pada tempat pelaksanaan kontrak
89
Bagan 11 Tentang Bisnis Migas dan Aktifitas Migas
Sumber : Rinto Pudyantoro Sub.Din Penerimaan Negara, Dinas Akuntansi Revenue-Divisi Operasi Finansial BP MIGAS
Keterangan :
Bagan di atas menerangkan bagaimana bisnis dan aktivitas minyak dan gas Migas berlangsung dan dilalui mulai dari beberapa tahap. Mulai dari eksplorasi
dan eksploitasi kegiatan usaha hulu sampai pada kegiatan usaha hilir Shipping dan Pipeline, Export setelah di ekspor sampai ke refinery, kemudian dibagi dua
Alumni, Bandung, 1983, hal 13.
89
. Ibid Hal 17
Industri dan Depo. Dari Depo disalurkan ke SPBU dan diangkut melalui trasportasi untuk disalurkan ke pengangkutan umum darat, laut dan udara
Berikut ini adalah pengaturan hak dan kewajiban para pihak yang dirumuskan secara jelas dalam Kontrak Bagi Hasil PSC yang sekarang
dinamakan juga dengan istilah Kontrak Bagi Produksi, terdapat dalam Pasal lima 5 Kontrak Bagi Hasil antara Badan Pelaksana BPMIGAS dan Kontraktor.
Kewajiban Kontraktor :
90
1. Menyediakan semua dana dan membeli atau menyewa semua peralatan
dengan menggunakan valuta asing sesuai dengan rencana kerja. 2.
Menyediakan semua bantuan teknis, termasuk tenaga kerja asing yang pembayarannya menggunakan valuta asing.
3. Menyediakan dana-dana lain seperti dana untuk pembayaran kepada pihak
ke-3 negara asing, yang melaksanakan jasa-jasa sebagai kontraktor. 4.
Bertanggung jawab untuk penyiapan dan pelaksanaan rencana kerja. 5.
Melakukan pemeriksaan dasar terhadap lingkungan awal aktivitas kontraktor 6.
Melakukan tindakan pencegahan untuk melindungi sistem ekologi, navigasi dan perikanan, juga mencegah terjadinya polusi di area perairan sesuai
dengan rencana kerja
7. Setelah kontrak berakhir atau putus atau setelah penyisihan sebagian
wilayah kerja atau ditinggalkannya suatu lapangan, kontraktor wajib memindahkan seluruh peralatan sesuai dengan aturan BPMIGAS dan
melakukan pemulihan lingkungan dari area tersebut
8. Mempersiapkan dan melaksanakan rencana-rencana dan program-program
pendidikan untuk pendidikan dan latihan untuk pekerja Indonesia pada segala klasifikasi pekerjaan sepanjang berhubungan dengan operasi
perminyakan.
9. Setelah produksi dimulai kontraktor berkewajiban untuk menyuplai
kebutuhan dalam negeri Indonesia. Hak Kontraktor :
1.
Berhak untuk menjual, mengalihkan, menyerahkan atau melepaskan dengan cara lain atas seluruh atau sebagian dari hak dan interest atas kontrak ini
kepada pihak ketiga yang bukan afiliasi dengan persetujuan tertulis dari BPMIGAS dan harus dikabulkannya secepatnya, kemudian pihak yang
menerima pengalihan hak dan keuntungan assignee tidak boleh memegang lebih dari satu 1 TAC atau PSC, kecuali selama 3 tahun pertama kontrak.
90
. Production Sharing Contract dengan Pihak BPMIGAS
Kontraktor harus memiliki participating intrest yang dominan dibanding pihak lain dan berperan sebagai operator atas pelaksanaan kontrak ini.
2. Tetap memiliki kontrol semua peralatan yang disewa dengan mata uang
asing dan dibawa ke Indonesia dan punya hak untuk mengekspor kembali. 3.
Mempunyai hak setiap waktu untuk keluar masuk dari dan ke wilayah kerja ke tempat fasilitas ditempatkan.
4. Mempunyai hak untuk mempergunakan dan mengakses melalui BPMIGAS
dan Pemerintah Indonesia terhadap semua informasi yang bersifat geologi, geophisika, pengeboran sumur produksi, informasi dan lainnya.
5. Mempunyai hak selama jangka waktu kontrak untuk mengambil dengan
bebas, menjual dan mengekspor minyak mentah yang menjadi bagian kontraktor dan menahan hasil penjualannya diluar negeri.
Kewajiban Badan Pelaksana BPMIGAS :
1. Bertanggung jawab atas manajemen dan operasi, dan membantu
pelaksanaan program kerja kontraktor 2.
Membebaskan kontraktor dari bea ekspor, yang dibawa masuk oleh Kontraktor sepanjang diperlukan selama operasi perminyakan.
Hak Badan Pelaksana BPMIGAS :
1. Berhak atas perolehan minyak
2. Berhak atas data asli yang dihasilkan dari operasi minyak dengan ketentuan
data, tidak boleh mengumumkan kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan kontraktor
3. Selama tidak menggangu operasional, maka kontraktor berhak untuk
menyetujui permohonan penggunaan assetnya oleh pihak ke-3 tiga. Pelaksanaan perjanjian adalah realisasi atau pemenuhan hak dan kewajiban
yang telah diperjanjikan badan pelaksana dan kontraktor supaya kontrak itu mencapai tujuannya. Tujuan tidak akan terwujud tanpa ada pelaksanaan kontrak.
Masing-masing pihak harus melaksanakan kontrak dengan sempurna dan tepat megenai apa-apa yang telah disetujui untuk dilakukan.
Dari uraian diatas, terlihat kewajiban yang banyak ada pada pihak kontraktor, seperti Kontraktor yang menyediakan peralatan, BPMIGAS dapat
menggunakannya dan bila berakhir kontrak, semua peralatan menjadi milik BPMIGAS. Hal ini dapat dianalisis, yaitu tingginya kedudukan dari badan
pelaksana BPMIGAS sebagai pemegang manajemen kuasa pertambangan, walaupun kontrak telah dibuat dengan kesepakatan para pihak.
Syarat-syarat kontraktor menurut Pasal 3 PP No. 35 Tahun 1994 tentang Syarat-syarat dan Pedoman Kerjasama Kontrak Bagi Hasil Minyak dan Gas Bumi
adalah sebagai berikut : a. Calon kontraktor memiliki dan menyampaikan laporan keuangan, prestasi
perusahaan, kemampuan teknis operasional dan penilaian kerja perusahaan b. Calon kontraktor sanggup membayar bonus produksi dan bonus lainnya
kepada Pertamina c. Calon kontraktor memiliki kantor perwakilan di Indonesia
Kontraktor dalam melaksanakan kegiatan kontrak bagi hasil harus menjamin kepentingan nasional, tidak hanya bertujuan untuk mencari keuntungan
perusahaan semata dan memperhatikan kebijakan pemerintah Indonesia dalam pengembangan serta pelestarian lingkungan.
B. Ketentuan Kontrak Bagi Hasil Di Indonesia Menurut Undang-undang No.22 Tahun 2001