Pengertian Kontrak Secara Umum

BAB II TINJAUAN TERHADAP KONTRAK PADA UMUMNYA

A. Pengertian Kontrak Secara Umum

Hidup di dalam zaman dimana manusia semakin tidak tergantung dari jarak, tempat dan juga dari perbedaan waktu. Sejak manusia memulai kegiatan ekonomi dengan perdagangan barter, banyak sekali yang telah berkembang dan terjadi dalam transaksi antarmanusia maupun antarbadan hukum, mau tidak mau manusia membuat dan melibatkan diri dalam suatu perjanjian yang semakin banyak mengambil bentuk sebagai kontrak atau perjanjian tertulis. 13 Kata kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu ”Contract” yang artinya Kontrak Perjanjian. 14 Dalam KUH Perdata, pengertian kontrak dalam hal ini adalah perjanjian sebagai suatu perbuatan, dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu atau lebih Pasal 1313 KUH Perdata. 15 Asas kebebasan berkontrak ini diatur di dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang bunyinya sebagai berikut: ”Semua persetujuan yang dibuat secara sah Di dalam kontrak terdapat asas kebebasan berkontrak atau yang dikenal juga dengan Freedom of Contract yang memberi kebebasan para pihak untuk menuangkan hal-hal yang ingin diperjanjikan dan juga untuk menuangkan hal-hal yang tidak dikehendaki dalam perjanjian. 13 . Budiono Kusumohamidjojo, Panduan untuk Merancang Kontrak, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2001, Hal 1. 14 . Jhon, M Echols dan Hassan Shadilly, Kamus Inggris Indonesia, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta,1997, Hal 144. 15. Munir Fuady, Hukum Kontrak, Penerbit PT.Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, Hal 4 berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas kebebasan berkontrak ini bukan berarti kebebasan tak terbatas atau absolute, tetapi kebebasan yang relatif. Hal yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan UU, ketertiban umum dan kebiasaan. Pemerintah sebagai pengemban kepentingan umum berkewajiban untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat. Prinsip kebebasan berkontrak dianut oleh hukum positif kita sebagaimana diatur dalam KUH Perdata Pasal 1338 ayat 1 dan diberlakukan secara luas dalam praktek hukum di Indonesia dan bahkan prinsip ini menjadi begitu penting karena digunakan sebagai prinsip kunci dalam mengembangkan berbagai jenis perjanjian yang sebelumnya tidak dikenal dalam sistem hukum dan praktek hukum di Indonesia

1. Asas-Asas dalam Kontrak

Joni Ermizon mengemukakan 16 prinsip atau asas perjanjian yang menjadi dasar penyusunan kontrak, yaitu: 16 16 . Joni Ermizon, Opcit, Hal 184-193 a. Asas Kebebasan Berkontrak Asas kebebasan berkontrak dikenal dengan istilah Open System atau Freedom of Contract . Para pihak berhak menentukan apa saja, yaitu keinginan diperjanjikan dan sekaligus untuk menentukan apa saja yang tidak dikehendaki untuk dicantumkan dalam perjanjian, namun tidak berarti tidak tanpa batas. Azas kebebasan berkontrak diatur dalam Pasal 1338 KUH Perdata. b. Asas Konsensualisme Asas ini dikenal dengan prinsip penawaran dan penerimaan Offer and Acceptance di antara para pihak. Suatu tawaran harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: a. Tawaran tersebut harus pasti dan jelas b. Tawaran tersebut haruslah dilakukan secara serius c. Tawaran tersebut haruslah dikomunikasikan Suatu perjanjian timbul apabila telah ada konsensual atau persesuaian kehendak antara para pihak. Dengan kata lain, sebelum tercapainya kata sepakat, maka perjanjian tidak akan ada. c. Asas Kebiasaan Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan, yang prudensi, dan sebagainya. Tetapi juga hal-hal yang menjadi kebiasaan yang diikuti masyarakat umum. Dalam KUH Perdata, azas ini diatur secara tegas dalam dua pasal, yaitu Pasal 1339 KUH Perdata dan Pasal 1347 KUH Perdata. d. Asas Kepercayaan Para pihak harus menumbuhkan kepercayaan di antara kedua pihak, bahwa satu sama lain akan memenuhi janji. Janji yang disepakati atau prestasinya dikemudian hari Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. e. Asas Kekuatan Mengikat Setiap perjanjian yang telah disepakati dan telah memenuhi ketentuan perundang-undangan, kebiasaan, kepatuhan, akan mengikat para pihak Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. f. Asas Persamaan Hukum Pada dasarnya, para pihak diberikan kedudukan dan mempunyai kedudukan yang sama, diberikan hak dan mempunyai hak-hak yang sama dan diberikan kewajiban serta akan mempunyai kewajiban sebagaimana sesuai dengan yang diperjanjikan. g. Asas Peralihan Resiko Dalam penyusunan kontrak peralihan resiko dapat dicantumkan dalam perjanjian karena dalam pelaksanaan perjanjian kemungkinan terjadi hal-hal yang timbul di luar perkiraan para pihak akan terjadi atau timbul. Dalam sistem hukum Indonesia, beralihnya suatu resiko atas kerugian yang timbul yang berlaku untuk jenis-jenis perjanjian tersebut seperti jual-beli, tukar- menukar, sewa-menyewa, dan sebagainya tanpa perlu memperjanjikan dalam perjanjian yang bersangkutan. h. Asas Ganti Kerugian Asas atau prinsip ganti rugi selalu dianut dalam setiap janji hukum. Setiap pihak yang d0irugikan berhak menuntut ganti rugi atas tidak dipenuhinya atau dilanggarnya atau diabaikannya suatu ketentuan dalam perjanjian oleh pihak lain. Ganti rugi atau Pinitive Damages dalam sistem Huku m Anglo-Saxon, pencatatan istilah tersebut dalam suatu perjanjian akan dapat menimbulkan masalah bila tidak dijelaskan secara rinci. Dalam KUH Perdata, asas ganti rugi diatur dalam Pasal 1365 yang menentukan bahwa : “Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian tersebut.” Dari ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata tersebut, terdapat 4 empat unsur yaitu: 1. Karena adanya perbuatan melawan hukum Onrecht Maltgedaad 2. Harus ada kesalahan 3. Harus ada kerugian yang ditimbulkan 4. Adanya hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian i. Asas Kepatuhan Asas kepatuhan ini sangat erat kaitannya dengan isi perjanjian yang disepakati para pihak. Secara tegas, asas ini dituangkan dalam Pasal 1339 KUH Perdata, yang berbunyi : “Persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh kepatuhan, kebiasaan atau undang-undang.” j. Asas Sistem Terbuka Casis Where Is Dalam suatu kontrak perlu diperhatikan azas keterbukaan, yaitu hal-hal yang diutarakan harus menjadi bahan pertimbangan bagi pembeli di dalam rencana menutup transaksi tersebut, termasuk di dalam menentukan beberapa harga yang wajar yang ditawarkan. k. Asas Kewajaran Fairness Dalam penyusunan suatu kontrak, asas kewajaran harus dipenuhi yang menentukan bahwa perjanjian harus dibuat dengan mengindahkan dan memperhatikan kepentingan-kepentingan dari pihak-pihak dalam perjanjian secara wajar. l. Asas Ketetapan Waktu Setiap perjanjian apapun bentuknya harus ada batas waktu berakhirnya yang merupakan kepastian penyelesaian prestasi. Asas ini sangat penting dalam kontrak. Kontrak tersebut misalnya, kontrak-kontrak yang berkaitan dengan proyek keuangan, bahwa setiap kegiatan yang telah diperjanjikan harus diselesaikan pada tepat waktu yang telah diperjanjikan. m. Asas Kerahasiaan Confidentially Pada dasarnya, perjanjian yang dibuat hanya untuk kepentingan kedua belah pihak. Oleh karena itu, para pihak diwajibkan untuk kepentingan kedua belah pihak, menjaga kerahasiaan daripada ketentuan. Ketentuan dan contoh- contoh data yang berkaitan di dalam perjanjian dan tidak dibenarkan untuk menyebarluaskan atau memberitahukan kepada pihak ketiga. Namun, biasanya juga diatur tentang pengecualian-pengecualian, yaitu suatu pihak dapat memberikan data tersebut kepada pihak lain. n. Asas Keadaan Darurat Baik kontrak internasional maupun nasional, selalu mencantumkan isi penting, apabila terjadi hal-hal diluar kemampuan merugikan atau diakibatkan oleh kejadian alam. Namun, dalam praktek ada juga apabila adanya perubahan kebijaksanaan Pemerintah dimasukkan sebagai suatu keadaan darurat.

o. Asas Pilihan Hukum

Asas ini berlaku bagi kontrak internasional yang mempunyai aspek tradisional, yaitu para pihak berbeda kewarganegaraan dan memilih sistem hukum yang berbeda. Dalam penyusunan konrak internasional, pilihan hukum Choice of Law menjadi penting karena tidak semua pihak asing merasa senang bahwa perjanjiannya diatur dan ditafsirkan menurut hukum Indonesia. Untuk menentukan hukum mana yang berlaku, ada beberapa teori lama yang dapat digunakan, yaitu lex loci solution atau the proper law of the contract atau ajaran tentang aanknopigspunten. Selain itu ada berbagai bentuk pilihan hukum, yaitu: 1. Pilihan hukum secara tegas Yaitu, para pihak mengemukakan kehendak mereka secara tegas dan jelas tentang hukum mana yang menguasai kontrak-kontrak mereka apakah hukum Negara A atau Negara B atau Konvensi Internasional. 2. Pilihan hukum secara diam-diam Bentuk pilihan hukum ini biasanya dapat dilihat dari maksud para pihak melalui sikap mereka dalam bentuk isi kontrak yang mereka adakan danatau setuju 3. Pilihan hukum yang dianggap Dalam hal ini, adanya anggapan presumption luris hakim telah terjadi suatu pilihan hukum berdasarkan dugaan-dugaan hukum belaka. 4. Pilihan hukum secara hypotetisch Pada dasarnya, para pihak tidak ada kemauan untuk memilih hukum mana, maka hakimlah yang melakukan pilihan hukum tersebut. Hakim bekerja dengan suatu fictie. p. Asas Penyelesaian Perselisihan Setiap perjanjian atau kontrak tertulis harus ditegaskan bagaimana penyelesaian perselisihan di antara para pihak. Biasanya dalam praktek dagang, penyelesaian sengketa dagang lebih banyak diselesaikan melalui lembaga non- litigasi, yaitu Arbitrase karena keputusan arbitrase sifatnya final dan binding, yaitu tidak bisa dimintakan banding ke pengadilan. Selain itu, biaya lebih murah dan waktunya lebih singkat dibandingkan penyelesaian sengketa melalui pengadilan.

2. Bentuk-bentuk Kontrak

Dalam kontrak dikenal ada 3 tiga bentuk kontrak, yaitu: 17 1. Standart Contract atau Perjanjian Baku Adalah perjanjian yang hampir seluruh klausalnya dibukukan dan dibuat dalam bentuk formulir. Dengan kata lain, Perjanjian Baku tujuan utama Standart Contract . Ditujukan untuk kelancaran proses perjanjian dengan mengutamakan efisiensi, ekonomis dan praktis. Tujuan khususnya, yaitu untuk kepentingan satu pihak, untuk melindungi kemungkinan kerugian akibat perbuatan debitur serta menjamin kepastian hukum. 2. Kontrak Bebas Dasar hukum kebebasan berkontrak ini, yaitu Pasal 1338 KUH Perdata. Namun, mengingat KUH Perdata Pasal 1338 ayat 3 mengenai asas keadilan dan KUH Perdata Pasal 1339 tentang asas kepatutan, kebiasaan serta undang-undang, maka pada prinsipnya, kebebasan berkontrak itu masih harus memperhatikan asas kepatutan, kebiasaan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 17 . Syahmin, Ak, Hukum Kontrak Bisnis Internasional, Jakarta, PT, Raja Grafindo Persada, 2006, Hal 42-43. 3. Kontrak tertulis dan tidak tertulis Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan. Sementara itu, perjanjian lisan ialah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan cukup kesepakatan lisan para pihak. Ada 3 tiga bentuk Perjanjian tertulis, yaitu : 18 a. Perjanjian di bawah tangan Yang ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan saja, perjanjian itu hanya mengikat para pihak yang membuat perjanjian, tetapi tidak mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. Dengan kata lain, jika perjanjian tersebut disangkal pihak ketiga, para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian itu berkewajiban mengutamakan bukti-bukti yang diperlukan untuk membuktikan bahwa keberatan pihak ketiga dimaksud tidak berdasar dan tidak dapat dibenarkan.

b. Perjanjian dengan saksi Notaris untuk melegalisasi tanda tangan para pihak.

Fungsi kesaksian Notaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk melegalisasi kebenaran tanda tangan para pihak. Akan tetapi, kesulitan tersebut tidaklah mempengaruhi kekuatan hukum dari isi perjanjian. Namun, pihak yang menyangkal harus membuktikan penyangkalannya. 18 . Ibid, Hal 22-23.

c. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh Notaris dalam bentuk akta

Notariel. Akta Notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka pejabat yang berwenang, seperti Notaris, Camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan alat bukti yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak ketiga.

3. Jenis-jenis Kontrak

Selanjutnya, mengenai jenis kontrak, secara umum suatu kontrak, baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis terbagi atas beberapa jenis, antara lain: 19 1. Perjanjian Timbal-balik Adalah perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi kedua belah pihak, misalnya perjanjian jual-beli, dan sewa-menyewa. 2. Perjanjian Cuma-cuma Adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja, misalnya Perjanjian Ibah. 3. Perjanjian atas Beban Adalah perjanjian terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum. 19 . Ibid, Hal 47- 48 4. Perjanjian Bernama Adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri, yang diatur dan diberi nama dan pembentukan undang-undang. Perjanjian bernama diatur dalam Bab V sampai Bab XVIII KUH Perdata. 5. Perjanjian Tidak Bernama Adalah perjanjian yang tidak diatur dalam KUHP Perdata, namun terdapat di masyarakat. Timbulnya perjanjian jenis ini berdasarkan pada asas kebebasan berkontrak, misalnya perjanjian sewa beli, perjanjian keagenan, perjanjian distributor, perjanjian pembiayaan, sewa guna usahaleasing, anjak piutang, modal ventura, kontrak kredit, dan lain sebagainya. 6. Perjanjian Campuran Yaitu perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian, misalnya perjanjian kerja sama pendirian pabrik pupuk dan diikuti dengan perjanjian jual beli mesin pupuk serta perjanjian pembentukan teknik Technical Assistance Contract.

7. Perjanjian Kebendaan

Yaitu perjanjian hak atas benda dialihkan Transfer of Title A atau diserahkan kepada pihak lain. 8. Perjanjian Konsensualisme Yaitu perjanjian di antara kedua belah pihak yang telah terjadi persesuaian kehendak untuk mengadakan perikatan menurut ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata. Perjanjian ini mempunyai kekuatan mengikat. Namun di dalam KUH Perdata, ada juga perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadinya penyerahan batang perjanjian. Yang demikian dinamakan perjanjian riel. 9. Perjanjian yang sifatnya istimewa, yaitu sebagai berikut : a. Perjanjian Liberatoir Yakni perjanjian para pihak yang membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya pembebasan utang. Pasal 1438 KUH Perdata. b. Perjanjian Pembuktian Yaitu perjanjian antara para pihak untuk menentukan pembuktian apakah yang berlaku di antara mereka

c. Perjanjian Publik

Yaitu perjanjian sebagian atas seluruhnya yang dikuasai oleh hukum publik karena salah satu pihak bertindak sebagai penguasa pemerintah.

4. Syarat Sahnya Kontrak

Mengenai syarat sahnya kontrak diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang menyebutkan untuk sahnya persetujuan diperlukan 4 empat syarat, yaitu : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Consensus 2. Kecakapan untuk membuat perikatan Capacity 3. Suatu hal tertetu Certainty of Term Subject Matter 4. Suatu sebab yang halal ConsiderationLegal Causa ad.1 . Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya Maksud dari kata sepakat adalah bahwa kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian telah setuju atau sepakat mengenai hal-hal pokok dari kontrak. Ada unsur Penawaran dan Penerimaan Offer and Acceptance dari para pihak yang kemudian dituangkan dalam kontrak yang dibuat secara tertulis. ad.2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan Orang-orang yang dianggap cakap kompeten dalam membuat suatu perjanjian atau kontrak adalah semua orang yang telah dewasa. Orang yang dianggap sudah dewasa dan cakap dalam membuat perjanjian oleh Pasal 1330 KUH Perdata adalah: 1. Sudah genap berusia 21 tahun 2. Sudah kawin dan kemudian bercerai meskipun belum genap berumur 21 tahun Ketentuan ini sudah tidak berlaku lagi sejak dikeluarkannya UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menetapkan bahwa umur dewasa adalah 18 tahun atau sudah pernah kawin. Umur dewasa 21 tahun dikuatkan oleh Mahkamah Agung RI dalam putusannya No. 477 ksip 1976 tanggal 13 Oktober 1976. ad.3. Suatu hal tertentu Arti dari suatu hal tertentu ialah suatu hal yang telah diperjanjikan dalam suatu kontrak mengenai suatu hal atau barang yang jelas. Beberapa persyaratan yang ditentukan oleh undang-undang dalam hal ini KUH Perdata terhadap objek tertentu dari kontrak, khususnya jika objek kontrak tersebut berupa barang adalah sebagai berikut : 1. Barang yang merupakan objek kontrak tersebut haruslah barang yang dapat diperdagangkan Pasal 1332 KUH Perdata 2. Pada saat kontrak dibuat, minimal barang tersebut sudah dapat ditentukan jenisnya Pasal 1333 ayat 1 KUH Perdata 3. Jumlah barang tersebut boleh tidak tertentu, asal saja jumlah tersebut kemudian dapat ditentukan atau dihitung Pasal 1333 ayat 2 KUH Perdata 4. Barang tersebut dapat juga barang yang baru akan ada di kemudian hari Pasal 1334 ayat 1 KUH Perdata. 20 ad.4 .Suatu sebab yang halal Maksud dari suatu sebab yang halal adalah isi daripada kontrak itu sendiri yang tidak boleh bertentangan dengan undang-undang kesusilaan dan ketertiban umum. Contoh kontrak dengan kuasa yang tidak legal : 1. Kontrak untuk bercerai 2. Kontrak yang mengandung unsur judi Di dalam Pasal 1320 KUH Perdata terdapat dua syarat, yaitu : 1. Syarat subjektif yang terdiri dari : a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 2. Syarat objektif terdiri dari : a. Suatu hal tertentu b. Suatu sebab yang halal Apabila salah satu atau dua syarat subjektif tidak dipenuhi, maka kontrak tersebut dapat diminta kebatalannya oleh pihak yang tidak cakap. Selama Hakim belum membatalkan kontrak tersebut atas permintaan salah satu pihak tersebut, maka kontrak tersebut tetap mengikat. Jika salah satu atau kedua syarat objektif tidak dipenuhi, maka kontrak tersebut batal demi hukum atau dengan kata lain, kontrak tersebut dianggap tidak pernah ada. 20 . Munir Fuady, Opcit Hal 72 Adapun perbedaan dari kontrak yang batal demi hukum adalah: 21 1. Kontrak yang dapat dibatalkan adalah kontrak yang sah, mengikat para pihak dan dapat dilaksanakan sampai kontrak tersebut dibatalkan. 2. Kontrak yang batal demi hukum masih dimungkinkan untuk dikonversi atau diubah menjadi kontrak yang sah. Dilihat dari syarat-syarat sahnya kontrak atau perjanjian ini, maka Asser membedakan bagian perjanjian, yaitu bagian inti wezenlijk oordeel dan bagian yang bukan bagian inti non wezenlijk oorseel. Bagian inti ini disebutkan bagian essensilia, bagian non inti terdiri dari naturalia dan aksidentalia. 1. Essensilia Bagian ini merupakan sifat yang harus menentukan atau menyebabkan perjanjian ini tercipta Constructive Oordeel seperti persetujuan antara para pihak dan objek perjanjian. 2. Naturalia Bagian ini merupakan sifat bawaan natuur perjanjian, sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian seperti menjamin tidak ada cacat dalam benda yang dijual Vrijwaring. 3. Aksidentalia Bagian ini merupakan sifat yang melekat pada perjanjian dalam hal secara tegas diperjanjikan oleh para pihak, seperti ketentuan-ketentuan mengenai domisili para pihak. 22 21 . Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku II Hukum Perikatan dengan Penjelasan, Penerbit Alumni, Bandung, 1993,Hal 99 22 . Ibid, hal 10

5. Berakhirnya dan Hapusnya Kontrak

Setiap kontrakperjanjian yang dibuat apapun nama, bentuk dan jenisnya tentu harus mempunyai batas waktu berakhirnya, mengenai cara dan faktor-faktor yang merupakan penyebab berakhirnya atau hapusnya persetujuan itu menurut hukum. 23 1. Pembayaran dapat dilakukan di tempat yang ditetapkan dalan kontrak, atau di tempat barang berada Ada sepuluh cara hapusnya perjanjian, yaitu : 2. Penawaran pembayaran turut diikuti dengan penyimpanan atau penitipan atau sistem konsinyasi 24 3. Pembaruan utang dengan cara novasi objektif dan novasi subjektif 4. Perjumpaan utang atau kompensasi dapat terjadi antara dua utang yang keduanya berpokok pada sejumlah utang atau barang yang habis pakai dari jenis yang sama 25 5. Percampuran utang jika kreditur dan debiturnya satu orang demi hukum suatu percampuran utang itu utang-piutang itu menjadi hapus 26 6. Pembebasan utang Pasal 1348 dan Pasal 1439 KUH Perdata 7. Batalpembatalan Pasal 1449 KUH Perdata menetapkan bahwa perikatan yang dibuat secara paksa terdapat unsur kekhilafan atau penipuan menerbitkan suatu tuntutan untuk membatalkannya 23 . Terdapat dalam Pasal 1381, KUH Perdata Indonesia 24 . Sistem Konsinyasi ini diatur dalam Pasal 1383 sd 1409 KUH Perdata Indonesia 25 Terdapat dalam Pasal 1425 sd 1435 KUH Perdata Indonesia 26. Terdapat dalam Pasal 1436 KUH Perdata Indonesia 8. Berlakunya status syarat pembatalan 9. Lewat waktu kadaluwarsa menurut ketentuan Pasal 1946 KUH Perdata apabila batas waktu yang disepakati terlampaui, kontrak tersebut berakhir.

B. TINJAUAN TERHADAP KONTRAK BAGI HASIL