2.2.3  Pengukuran Motivasi Konsumen
Pada pengukuran yang dilakukan Asamoah, Chovancova, Alwis, Kumara  Guo 2011  menggunakan  teori  motivasi  Maslow  untuk  mengukur  motivasi  dalam
membeli barang bermerek yaitu dengan membagi dua motif utama, risk reduction basic physiological needs dan safety and security needs dan social demonstrate
belonging  and  love  needs  dan  self-esteem  needs  yang  nantinya  kedua  motif utama  ini  akan  berkontribusi  terhadap  self-actualization  needs  terdapat  12  item
kuesioner. Maka pengukuran motivasi konsumen ini, penelitian ini merujuk pada teori
motivasi  Maslow  1994  dengan  lima  tingkat  kebutuhan,  yaitu:  physiological needs,  safety  needs,  belongingness  and  love  needs,  esteem  needs,  dan  self-
actualization needs. Karena teori motivasi oleh Maslow ini telah digunakan dalam sejumlah studi dipemasaran dan riset konsumen. Teori ini telah membantu dalam
memahami motif dan tindakan konsumen.
2.3 Konformitas Kelompok
2.3.1 Pengertian Konformitas
Konformitas  didefinisikan  oleh  Baron,  Branscombe    Byrne  2008  sebagai sebuah  tipe  dari  pengaruh  sosial  yang  mana  individu  mengubah  sikap  atau
perilaku mematuhi norma-norma sosial yang ada. Ini dipengaruhi oleh bagaimana orang lain bertindak, karena tindakan ini berbeda jika bertindak sendirian Myers,
2005.Dengan  kata  lain,  konformitas  dilakukan  untuk  mengikuti  harapan
masyarakat atau kelompok mengenai bagaimana seharusnya bertindak diberbagai situasi Baron  Byrne, 2003.
Individu menggunakan perilaku ini untuk membangun identitas dalam suatu kelompok  Shih-Ming,  Hsiu-Li,  Su-Houn    I-Shan,  2011;  ini  dilakukan  secara
sukarela untuk melakukan tindakan karena oranglain juga melakukannya Taylor, Sears  Peplau, 2009. Sebab konformitas bisa membawa perilaku individu dalam
sebuah  kelompok  tanpa  adanya  tekanan  langsung,  karena  suka  atau  tidak  hidup penuh dengan berbagai macam contoh konformitas Coon  Mitterer, 2008.
Berdasarkan  uraian  teori  yang  telah  dijelaskan,  maka  dapat  disimpulkan bahwa  konformitas  kelompok  adalah  suatu  perubahan  tingkah  laku  atau
keyakinan  sebagai  hasil  nyata  dari  tekanan  yang  diberikan  oleh  kelompok  dan berusaha  memenuhi  harapan  dari  kelompok  agar  diterima  atau  menghindari
penolakan oleh kelompoknya yang sesuai dengan norma sosial kelompoknya.
2.3.2  Aspek-Aspek Konformitas
Sears, Taylor,  Peplau 2009 membagi aspek konformitas menjadi dua, yaitu: 1.
Informational Influence Keinginan Untuk Bertindak Benar Kecenderungan  untuk  menyesuaikan  diri  berdasarkan  pengaruh  informasi  ini
bergantung  pada  dua  aspek  situasi:  sebesar-besar  keyakinan  pada  kelompok dan  seberapa  yakinkah  pada  penilaian  sendiri.  Semakin  besar  kepercayaan
kepada informasi dan opini kelompok, semakin mungkin untuk menyesuaikan diri dengan kelompok itu. Ternyata memang adanya motif kepastian mengenai
kebenaran  akan  perilaku  yang  hendak  ditampilkan  Sarwono    Meinarno, 2009
Menurut Baron  Byrne 2003, menggunakan opini dan tindakan orang lain sebagai panduan opini dan tindakan sendiri. Ketergantungan semacam ini,
pada nantinya, seringkali menjadi sumber yang kuat atas kecenderungan untuk melakukan konformitas. Tindakan dan opini orang lain menegaskan kenyataan
sosial dan menggunakannya sebagai pedoman bagi tindakan dan opini sendiri. Karena  hal  itu  didasarkan  pada  kecenderungan  untuk  bergantung  pada  orang
lain sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial. 2.
Normative Influence Keinginan Agar Disukai Alasan  kedua  konformitas  adalah  keinginan  agar  diterima  secara  sosial,  agar
orang  lain  bisa  menerima,  disukai  dan  memperlakukannya  dengan  baik. Pengaruh normatif terjadi ketika mengubah perilaku untuk menyesuaikan diri
dengan  norma  kelompok  atau  standar  kelompok  agar  diterima  secara  sosial. Memang  manusia  cenderung  mengikuti  aturan-aturan  yang  ada  dalam
lingkungannya  serta  mengikuti  aturan  yang  ada  agar  disukai  oleh  orang  lain Sarwono  Meinarno, 2009.
Baron    Byrne  2003  juga  menjelaskan  jika  kecenderungan  untuk melakukan  konformitas  terhadap  norma  sosial  hanya  sebagian  saja  pada
keinginan  untuk  disukai  dan  diterima  orang  lain,  maka  akan  dapat meningkatkan  rasa  takut  akan  penolakkan.  Ketika  itu  terjadi,  maka
berharaplah agar dapat menghindari dari penolakkan, dan berpegang kuat pada apa  yang  dianggap  dapat  diterima  atau  pantas  dalam  kelompok  dengan  lebih
menyesuaikan diri pada norma sosial yang ada.
Hal  yang  sama  disebutkan  juga  oleh  Aarts,  Dijksterhuis    Custers  2003  jika normative social influence berdasar pada kebutuhan dasar manusia untuk disukai
dan  diterima  oleh  oranglain.  Lebih  lanjut,  perilaku  individu  dapat  dibentuk  oleh informational  social  influence.  Individu  ikut  serta  dengan  observasi  atau
komunikasi  verbal  yang  merupakan  cara  berperilaku  normatif,  karena  dengan melihat  perilaku  oranglain  sebagai  sumber  informasi  untuk  membantu
menjelaskan  tentang  realita  sosial  dan  memaksimalkan  keefektifan  dari  perilaku sosial tersebut.
2.3.3  Pengukuran Konformitas Kelompok