Pengaruh motivasi konsumen dan konformitas kelompok terhadap keputusan membeli tas branded imitasi
i
PENGARUH MOTIVASI KONSUMEN
DAN KONFORMITAS KELOMPOK TERHADAP
KEPUTUSAN MEMBELI TAS BRANDED IMITASI
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh : Wahyu Budiani NIM: 109070000014
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v
MOTTO
“No flower blossoms without hardship”
-
The Return of Superman-“Sebuah proses tidak pernah lepas dari hasil suatu karya. Setiap
detil dicermati dengan teliti sebagai bagian dari proses untuk
menghasilkan yang terbaik, sehingga hasil akhir dari sebuah
karya merupakan harapan dan cita-cita yang membanggakan.”
-Cemani Toka-
“
There are people who like you and people who don’t,
but
to try to embrace even those who don’t like you is too much
to handle… So just don’t disappoint the ones who love you
and live well.
”
-
Song Seung Yeon
-
(6)
vi
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua,
kakak-kakak dan kedua keponakan tercinta yang tiada
henti memberikan dukungan dan kasih sayangnya serta
untuk sahabat-sahabat atas semangat dan perjuangan
bersama selama ini.
(7)
vii ABSTRAK A) Fakultas Psikologi
B) Maret 2015 C) Wahyu Budiani
D) Pengaruh Motivasi Konsumen dan Konformitas Kelompok terhadap Keputusan Membeli Tas Branded Imitasi
E) xvi + 91 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh motivasi konsumen dan konformitas kelompok terhadap keputusan membeli tas branded imitasi. Hipotesis dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari motivasi konsumen yaitu dimensi physiological needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs, dan self- actualization needs serta konformitas kelompok yaitu dimensi normative influence dan informational influence terhadap keputusan membeli tas branded imitasi.
Populasi pada penelitian ini adalah wanita dengan klasifikasi usia 18 – 25 tahun dan sampelnya berjumlah 350 wanita yang diambil dengan menggunakan teknik non-probability sampling. Untuk mengukur motivasi konsumen, peneliti memodifikasi 5 hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow (1994) dan untuk mengukur konformitas kelompok, peneliti menggunakan skala berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Taylor, Peplau & Sears (2009). CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk menguji validitas alat ukur dan Regression Logistic Analysis digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Semua teknik pengujian dilakukan dengan menggunakan Software SPSS 16.0 dan LISREL 8.70.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
physiological needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs, self- actualization needs, normative influence, dan informational influence
terhadap keputusan membeli tas branded imitasi. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan bahwa physiological needs, normative influence dan
informational influence memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan membeli tas branded imitasi. Sementara itu, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs, dan self-actualization needs tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan membeli tas branded imitasi. Hasil penelitian juga menunjukkan proporsi varians dari keputusan membeli tas branded
imitasi yang dijelaskan oleh seluruh variabel independen adalah 20,7%, sedangkan 79,3% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. G) Bahan bacaan: 50; 23 jurnal, 22 buku, 1 skripsi, dan 4 internet.
(8)
viii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) March 2015
C) Wahyu Budiani
D) The study of the influence consumer motivation and group conformity on decision to buy branded handbags imitation.
E) xvi + 91 pages + attachments
F) This study was conducted to determine the effect of consumer motivation and group conformity to the decision to buy branded handbags imitation. The hypothesis in this study is whether there is a significant influence of the dimensions of consumer motivation physiological needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs, and self-actualization needs and group conformity that the dimension of normative influence and informational influence to the decision to buy branded handbags imitation.
The population in this study were women with classification age 18-25 years old and 350 female samples were taken using a non-probability sampling techniques. To measure consumer motivation, researchers modified 5 hierarchy of human needs according to Maslow (1994) and to measure the group conformity, researchers using a scale based on the aspects raised by Taylor, Peplau & Sears (2009). CFA (Confirmatory Factor Analysis) is used to test the validity of measuring instruments and Logistic Regression Analysis was used to test the research hypoteses. All testing technique performed using SPSS software 16.0 and LISREL 8.70.
The result showed that there was a significant effect of physiological needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs, self-actualization needs, normative influence, and informational influence on purchase decisions branded handbags imitation. Minor hypothesis test results showed that the physiological needs, normative influence and informational influence have a significant influence on the decision to buy branded handbags imitation. Meanwhile, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs, and self-actualization needs not have a significant influence on the decision to buy branded handbags imitation. The results also showed the proportion of the variance of the decision of buying a branded handbag imitation described by all the independent variables was 20.7%, while 79.3% is influenced by other variables outside of this research.
(9)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah dan kasih sayang yang diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “PENGARUH MOTIVASI
KONSUMEN DAN KONFORMITAS KELOMPOK TERHADAP
KEPUTUSAN MEMBELI TAS BRANDED IMITASI”. Shalawat serta salam
penulis panjatkan kepada junjungan kita, Muhammad SAW beserta para keluarga
dan sahabat.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik dalam
bentuk bantuan pikiran, tenaga dan waktu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh
karenanya dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Abdul Rahman
Saleh, M.Si., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dra. Diana Mutiah,
M.Si., dan Wakil Dekan Bidang Keuangan Ikhwan Luthfi, M.Psi., yang telah
memberi kesempatan pada penulis selama ini untuk mengembangkan
kemampuan sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., selaku Dosen Pembimbing atas segala
bimbingan, waktu dan tenaga yang diberikan selama penulis menjalani
perkuliahan. Terima kasih atas segala bimbingan, masukan, kritik, dan
(10)
x
3. Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi., Dosen Penguji I dan Liany Luzvinda, M.Si.,
Dosen Penguji II atas kesabaran, masukan serta saran maupun kritik yang
diberikan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Dra. Netty Hartati, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik kelas A 2009,
terima kasih atas bimbingannya selama penulis menjalani perkuliahan.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
banyak memberikan ilmu dan pembelajaran kepada penulis.
6. Para staf pegawai akademik, umum, keuangan, perpustakaan Fakultas
Psikologi dan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memudahkan penulis dalam proses administrasi selama ini.
7. Kedua orang tua tercinta atas segala doa, kasih sayang, dukungan, perhatian
yang selalu diberikan serta kesabarannya yang tak henti-hentinya terus
mengingatkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kakak-kakak penulis
yaitu mba Nuryulianti Eka Putri, mas Waluyo Budiyanto, kak Putri Chairina
atas doa, nasehat dan dukungannya yang selalu mengalir untuk penulis. Tak
lupa keponakan-keponakan penulis yang lucu dan menggemaskan ini, Khairil
Idris Alifianto dan Khanif Ibrahim Ardanto untuk tingkah laku,
ocehan-ocehan dan tawa canda yang membuat penulis selalu terhibur. All of you are
my everything, heart.
8. Teman-teman psikologi kelas A 2009, terima kasih untuk segala canda,
kekonyolan, kerjasama, kekompakkan, kebersamaan, perhatian dan saling
mengerti satu sama lain. Terima kasih telah mewarnai kehidupan penulis
(11)
xi
9. Anisa Kirana, Fauziyah, Fifi Fitriani, Putty Alifa Melyani dan Yeni Farida
Wati, terima kasih atas tempat berbagi cerita, suka duka, motivasi dan
kebersamaannya selama hampir duabelas tahun menjalin persahabatan. Keep
our togetherness, best!.
10. Cindiaputri Hayustiro, Kartika Yuniarti, Rendicha Lucky Utami, Risa
Pangestu, dan Siska Mithalia, terima kasih untuk semua rangkaian cerita,
kebersamaan dan dukungan yang telah diberikan.
11. Yuska Wulandari, Nuris Fakhma, Siti Kesturi, Rizki Setyowati Putri,
Anissatun Naimah, Dila Adiningtyas terima kasih untuk sharing, diskusi,
masukan serta segala bantuannya yang diberikan kepada penulis selama ini.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk
segala doa, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan untuk membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga segala bantuan yang telah diberikan dibalas berlipat ganda oleh Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan sangat berguna. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, 11 Maret 2015
(12)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR ORISINALITAS ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v-vi ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I.PENDAHULUAN ... 1-10 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
1.2.1.Pembatasan masalah ... 8
1.2.2.Perumusan masalah ... 8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1.3.1. Tujuan Penelitian ... 9
1.3.2. Manfaat Penelitian ... 9
1.4. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II.LANDASAN TEORI ... 11-33 2.1. Keputusan Membeli ... 11
2.1.1. Pengertian Keputusan Membeli ... 11
2.1.2. Tahapan Pembentuk Keputusan Membeli ... 12
2.1.3. Komponen Keputusan Membeli ... 13
2.1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli ... 13
2.1.5. Pengukuran Keputusan Membeli ...18
2.2 Motivasi Konsumen ... 19
2.2.1.Pengertian Motivasi ... 19
2.2.2.Teori Motivasi ... 20
2.2.3. Pengukuran Motivasi Konsumen ... 23
2.3. Konformitas Kelompok ... 23
2.3.1.Pengertian Konformitas ... 23
2.3.2.Aspek-Aspek Konformitas ... 24
2.3.3. Pengukuran Konformitas Kelompok ... 26
2.6 Kerangka Berpikir ... 26
(13)
xiii
BABIII. METODOLOGI PENELITIAN ... 34-59
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 34
3.2. Variabel Penelitian ... 35
3.3. Definisi Operasional Variabel ... 36
3.4. Instrumen Pengumpulan Data ... 38
3.5. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 41
3.5.1. Uji Validitas Instrumen ... 41
3.5.2. Uji Validitas Skala Motivasi Konsumen ... 42
3.5.3. Uji Validitas Skala Konformitas Kelompok ... 50
3.6.Teknik Analisis Data ... 54
3.7. Prosedur Penelitian ... 58
BABIV. HASIL PENELITIAN ... 60-73 4.1. Gambaran Subjek Penelitian ... 60
4.2. Hasil Analisis Deskriptif ... 60
4.3.Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 62
4.3.1. Analisis Regresi Logistik Variabel Penelitian ... 62
4.3.2. Uji Model Logistik ...62
4.3.3. Signifikansi Variabel ...64
4.3.4. Proporsi Varians Masing-Masing Variabel Independen ... .72
BABV. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 74-87 5.1. Kesimpulan ... 74
5.2. Diskusi ... 75
5.3. Saran ... 85
5.3.1. Saran teoritis ... 85
5.3.2. Saran praktis ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88-91 LAMPIRAN
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Blueprint Skala Keputusan Membeli ... 38
Tabel 3.2 Blueprint Skala Motivasi Konsumen ... 39
Tabel 3.3 Blueprint Skala Konformitas Kelompok ... 40
Tabel 3. 4 Muatan Faktor Item Physiological Needs ... 43
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Safety Needs ... 45
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Belongingness and Love Needs ... 47
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Esteem Needs ... 48
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Self-Actualization Needs ... 50
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Normative Influence ... 52
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Informational Influence ... 53
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek ... 60
Tabel 4.2 Tabel Descriptive Statistics ... 61
Tabel 4.3 Nagelkerke R Square ... 62
Tabel 4.4 Hosmer and Lemeshow Test ... 63
Tabel 4.5 Koefisien Regresi Logistik... 64
(15)
xv
DAFTAR GAMBAR
Tabel 2.1 Bagan Lima Langkah Pengambilan Keputusan Konsumen ... 12
Tabel 2.2 Bagan Kerangka Berpikir ... 32
Tabel 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Physiological Needs ... 43
Tabel 3. 2 Analisis Faktor Konfirmatorik Safety Needs ... 44
Tabel 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Belongingness and Love Needs ... 46
Tabel 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik Esteem Needs ... 48
Tabel 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik Self-Actualization Needs... 49
Tabel 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik Normative Influence ... 51
(16)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Kuesioner
Lampiran B
Lampiran C
Contoh Syntax Analisis Faktor Konfimatorik Motivasi Konsumen dan Konformitas Kelompok
Contoh Output Analisis Faktor Konfirmatorik Motivasi Konsumen dan Konformitas Kelompok
(17)
1 BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.1Latar Belakang Masalah
Pasar di Indonesia sedang ramai memperbincangkan tentang perdagangan bebas
yang telah dimulai pada waktu sekarang ini. Hal ini menjadikan pasar Indonesia
ramai dengan berbagai macam produk yang menggunakan merek asing, sehingga
konsumen cenderung percaya bahwa merek asing adalah yang terbaik tanpa perlu
membedakan antara merek asli atau palsu (Lai & Zaichkowsky, 1999). Padahal
dengan adanya globalisasi dan kemajuan teknologi membuat produk palsu atau
imitasi semakin besar dan terus berkembang (Eun, Jeong & Johnson, 2009). Oleh
karenanya, produk imitasi lebih ambigu untuk konsumen dalam membedakan
produk asli atau palsu (Budiman, 2012).
Karena keterbatasan atas ketersediaan produk yang asli dalam memenuhi
permintaan konsumen di pasaran, maka para produsen dengan mudah
menduplikasi packaging palsu menjadi mirip dengan packaging yang produk asli
(Jiang & Cova, 2012). Hal ini terjadi karena selera konsumsi masyarakat
Indonesia yang tinggi, tapi tidak diimbangi dengan daya beli yang kuat pada
produk asli. Menurut Budiman (2012) juga dikatakan bahwa keputusan pembelian
yang dilakukan hanya didasarkan pada harga yang murah dan terpenting bisa
(18)
Salah satu produk fashion yang sering disalin atau ditiru di pasar adalah tas.
Sebuah tas dipilih karena diasumsikan bahwa sebagian besar wanita pasti
memiliki pengalaman belanja untuk produk tersebut (dalam Eun, Jeong &
Johnson, 2009). Adapun alasan wanita menggunakan tas adalah untuk membawa
barang bawaan mereka. Sehingga mereka dapat berjalan berkeliling kota tanpa
harus membawa banyak barang di kedua tangan mereka (Blowers, 2010).
Memang, tidak bisa dipungkiri bahwa tas merupakan salah satu fashion item
wajib untuk wanita.
Tasa dalah produk yang menempati posisi ketiga dari 11 jenis produk yang
paling sering diimitasikan/ dibajak. Menurut Bea Cukai Amerika Serikat dan
Perlindungan Perbatasan dan Komisi Eropa, Indonesia adalah negara yang
menduduki peringkat terbesar ke-8 setelah Hong Kong dengan tingkat paling
tertinggi dari produk pembajakkan di Asia pada tahun 2006 (dalam Budiman
2012).
Perbedaan harga tas imitasi yang jauh lebih murah dibanding aslinya
menjadi faktor utama kenapa tas imitasi atau KW yang merupakan singkatan dari
kata “kualitas" dengan lafal “kwalitas” yang akhirnya dijadikan pilihan. KW itu sendiri biasanya didefinisikan sebagai suatu produk brand ternama yang bukan
original atau asli dan dijual di pasaran. Produk tersebut sangat menyerupai produk
aslinya, mulai dari detail desain, warna, ukuran dan juga corak. Perbedaan utama
antara tas branded original dengan tas KW adalah dari segi bahan dan harga.
(19)
Dalam sehari, penjualan tas-tas KW di toko bisa mencapai 100 buah.
Demikian pengakuan beberapa penjual tas KW di sejumlah pusat perbelanjaan di
Jakarta, salah satunya ITC Mangga Dua. (http://wolipop.detik.com) yang diunduh
pada tanggal 5 maret 2013.
Seperti yang dikatakan oleh psikolog Universitas Indonesia Tri Suwardhani,
“Pembelian produk fashion imitasi atau lebih terkenal dengan istilah KW sebagian besar dimaksudkan agar gengsi mereka sama dengan yang mampu membeli tas
asli, tanpa memperdulikan manfaat yang ada.” (http://www.inilah.com) yang diunduh pada tanggal 5 maret 2013.
Disamping itu, Kelly Osbourneyang merupakan putri bintang rock
legendaris dan kaya raya memiliki semboyan dalam melakukan apa pun yang
berkait dengan fashion. "Anda tak harus jadi kaya untuk tampil dengan baik. Belilah yang tiruan. Berhemat-lah dengan uangmu dalam membeli sebuah tas,"
katanya kepada Majalah People. (http://entertainment.kompas.com) yang diunduh
pada tanggal 5 maret 2013.
Adapun survei yang dilakukan melalui jejaring sosial Twitter dan Facebook
diberikan pertanyaan seperti “Saat membeli tas branded, anda memilih yang asli atau imitasi?” yang diikuti 144 responden, sebanyak 29 persen responden menyatakan tidak masalah memakai produk imitasi. Rata-rata mereka
membelinya karena harga yang, tentu saja, jauh lebih murah dari harga original.
(http://wolipop.detik.com) yang diunduh pada tanggal 5 maret 2013.
Hal ini didukung oleh Young dan Gretzel (2010) bahwa hal biaya yang
(20)
Zhang, 2001), serta bagaimana mereka membuat keputusan ketika mereka
berbelanja (Sproles & Kendall, 1986) menjadi penentu apakah konsumen tersebut
memutuskan untuk membeli dan menggunakan produk tas branded imitasi yang
dipilihnya.
Keputusan membeli adalah ketika individu berada pada pilihan antara
membeli atau tidak membeli, memilih antara merek X atau merek Y, maka
individu tersebut dapat dikatakan dalam keadaan proses pengambilan keputusan
(Schiffman & Kanuk, 2008). Perilaku yang diperhatikan oleh konsumen adalah
mencari, membeli, menggunakan dan mengevaluasi layanan yang diharapkan
akan memuaskan kebutuhan mereka (Seher, Arshad, Ellahi & Shahid, 2012;
Weitz, 2007).
Pada keputusan membeli produk branded imitasi ini didukung penelitian
Wilcox, Min & Sen (2008) dalam eksperimennya terhadap 138 wanita yang
dimana menjadi produk imitasi ini adalah tas Louis Vitton (dengan atau tanpa
logo), ditemukan hasil bahwa seseorang akan membeli produk didahulukan
dengan adanya sikap dalam interaksi dan kejelasan merek tersebut, ini menjadi
prediktor terkuat dalam niat membeli yang di mana akan menjadi keputusan
membeli karena keotentikkan dan palsu merupakan kebutuhan yang sama,
walaupun produk yang palsu harganya lebih murah.
Keputusan membeli produk branded imitasi ini juga didukung oleh
penelitian Yoo dan Lee (2009) dimana dilakukan survey pada 324 wanita di
Korea Selatan, ternyata pengalaman pembelian pada masa yang lalu mempunyai
(21)
produk imitasi. Hasil penelitian yang sama juga ditemukan pada 305 reponden di
United Kingdom (U.K) bahwa memang wanita cenderung lebih menyukai untuk
membeli produk fashion yang palsu atau imitasi Rutter & Bryce 2008 (dalam
Carpenter & Lear, 2011).
Menurut Kotler dan Keller (2009), adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen adalah budaya, sub-budaya, kelas
sosial, kelompok acuan, keluarga, peran dan status, usia dan tahap siklus hidup,
pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya hidup dan nilai, kepribadian dan konsep
diri, motivasi, persepsi, pembelajaran, memori, ditambah menurut (Kotler, 1995)
dengan kepercayaan dan sikap pendirian.
Mengingat bahwa pemasaran merek imitasi bergantung pada keinginan
konsumen terhadap merek mewah, ide mengapa konsumen membeli merek-merek
mewah sangat relevan untuk memahami motif yang mendasari pembelian merek
yang palsu atau imitasi (Wilcox, Kim & Sen, 2008).
Untuk itu, ketika konsumen memutuskan untuk membeli produk tas
branded imitasi tersebut pasti dipengaruhi oleh adanya motif (niat) yang dimana
akan menjadi motivasi ketika individu itu melakukan apa yang diniatkan menjadi
perilaku (nampak). Seperti yang dijelaskan (dalam Susilowati, Thoyib dan
Permanasari, 2012), motivasi merupakan kekuatan penggerak diri seseorang yang
memaksanya untuk bertindak. Sedangkan Handoko (2001, hal 225) mengatakan
bahwa motivasi adalah suatu keadaan dalam pribadi yang mendorong keinginan
(22)
Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati, Thoyib & Permanasari (2012)
juga tentang bagaimana pengaruh motivasi konsumen terhadap keputusan
pembelian konsumen dengan menggunakan kuesioner kepada 100 responden di
Malang, ditemukan nilai koefisien motivasi konsumen terhadap keputusan sebesar
0.304 dengan P=0.003. Berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi motivasi yang dirasakan konsumen terbukti dapat meningkatkan
keputusan pembelian konsumen.
Pengaruh motivasi konsumen terhadap keputusan membeli dibuktikan juga
oleh hasil penelitian Akbar (2010) dengan memperoleh data menggunakan
kuesioner dan wawancara kepada 100 responden di Semarang yang memenuhi
lima kriteria dalam memulai, mempengaruhi, pengambilan keputusan, membeli,
ternyata di temukan hasil bahwa motivasi konsumen memiliki pengaruh paling
besar terhadap keputusan pembelian oleh konsumen diantara variabel bebas
lainnnya yang diteliti.
Selain motivasi konsumen yang termasuk dalam faktor psikologis yang
mempengaruhi keputusan membeli, terdapat pula faktor sosial yang
mempengaruhi keputusan membeli yaitu konformitas kelompok (Kotler & Keller,
2009). Pada umumnya, manusia pasti hidup secara berkelompok (Griskevicius &
Kenrick, 2013). Karena bagi beberapa orang lebih senang melebur dalam
kelompok dan mengikuti opini kelompok (Taylor, Peplau & Sears, 2009).
Menurut Taylor, Peplau & Sears (2009) kebanyakkan wanita dianggap
bebas memilih sendiri produk fashion-nya, tetapi mereka sering lebih suka untuk
(23)
mengikuti tren yang terbaru. Kesediaan untuk menyesuaikan diri dengan norma
kelompok dianggap sebagai sesuatu yang perlu dan penting bagi kerukunan
kelompok (Taylor et al, 2009).
Dijelaskan juga dalam (Baron, Branscombe, dan Byrne, 2008), bahwa
konformitas merupakan sebuah tipe dari pengaruh sosial yang mana individu
mengubah sikap atau perilaku mematuhi norma-norma sosial yang ada. Lalu
adapun konformitas yang didefinisikan oleh Sarwono 2002 (dalam Utami dan
Silalahi, 2013), konformitas terjadi apabila sejumlah orang dalam kelompok
mengatakan atau melakukan sesuatu, maka ada kecenderungan para anggota
untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Shih-Ming, Hsiu-Li, Su-Houn
& I-Shan (2011) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku membeli
kelompok on-line di Taiwan, dengan jumlah 327 responden dalam sebuah
pembelian secara kelompok pada pasar on-line di Taiwan ditemukan hasil bahwa
konformitas berdampak paling signifikan terhadap perilaku membeli kelompok
dengan koefisien 0.231, t-value 3.850, P < 0.01. Keputusan membeli disesuaikan
agar sejajar dan dianggap dapat diterima oleh kelompok (Briley, Morris &
Simonson, 2005).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, fenomena tersebut penting untuk
diteliti lebih lanjut terutama mengenai “Pengaruh Motivasi Konsumen dan Konformitas Kelompok terhadap Keputusan Membeli Produk Tas Branded
(24)
1.2Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.2.1 Pembatasan Masalah
Masalah utama yang menjadi fokus penelitian ini dibatasi hanya mengenai
pengaruh dimensi-dimensi motivasi konsumen dan konformitas kelompok
terhadap keputusan membeli produk tas branded imitasi.
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari sasaran yang dikehendaki dan
supaya lebih terarah, maka perlu dilakukannya pembatasan mengenai konstruk
variabel yang diteliti, yaitu:
1. Keputusan membeli merupakan salah satu bentuk perilaku konsumen dalam
membeli atau tidak membeli suatu produk, dalam hal ini produknya adalah
tas branded imitasi dengan berbagai merek.
2. Motivasi konsumen yang diukur adalah mengacu pada teori motivasi Maslow
yaitu physiological needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem
needs, dan self-actualization needs.
3. Aspek – aspek konformitas kelompok yang diukur adalah aspek normative influence dan informational influence.
4. Sedangkan subjek penelitiannya adalah pada wanita (dewasa awal sampai
dewasa tengah) dengan usia 18 – 25 tahun (Gines, Dizon, Obias, Uriarte, & Vendivel, 1998) sebagai pengguna tas branded imitasi.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh motivasi konsumen dan konformitas kelompok terhadap keputusan membeli produk tas branded imitasi?.”
(25)
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh motivasi konsumen
dan konformitas kelompok sosial terhadap keputusan membeli produk tas
branded imitasi pada kalangan para wanita.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi atas dua hal yakni manfaat teoritis dan praktis.
1. Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya yang menjelaskan tentang keputusan
membeli tas branded imitasi, serta dapat menambah khazanah keilmuwan
bidang psikologi konsumen dan psikologi sosial.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan kepada para wanita khususnya untuk
bisa dapat memanfaatkan serta menggunakan produk tas branded yang asli
ataupun produk tas merek dalam negeri, daripada menggunakan produk tas
branded palsu atau imitasi. Diharapkan juga bisa membedakan mana tas yang
asli dan palsu atau imitasi agar tidak merasa dirugikan dalam penggunaan
produk tas branded imitasi tersebut.
1.4Sistematika Penulisan
Penelitian ini menggunakan tekhnik penulisan American Psychological
(26)
BAB I: PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang landasan teori penunjang penelitian, penelitian
terdahulu yang sejenis, kerangka berpikir, dan hipotesis yang
diajukan dalam penelitian.
BAB III: METODE PENELITIAN
Berisi tentang populasi dan sampel, definisi operasional variabel,
pengumpulan data, hasil uji coba instrument penelitian, metode
analisis data, prosedur peneliti.
BAB IV: ANALISA HASIL PENELITIAN
Berisi tentangdeskripsi subjek penelitian, deskriptif data penelitian,
kategorisasi skor variabel penelitian, dan uji hipotesis penelitian.
BAB V: PENUTUP
Berisi tentang rangkuman keseluruhan hasil dari penelitian yang
telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan,
(27)
11 BAB II KAJIAN TEORI
Dalam bab ini dibahas tentang literatur teoritis yang menjelaskan tentang sub-bab
teori penelitian ini, terdiri dari lima sub-bab yaitu keputusan membeli, motivasi
konsumen, konformitas kelompok, kerangka berfikir, dan hipotesis penelitian.
2.1Keputusan Membeli
2.1.1 Pengertian Keputusan Membeli
Menurut Nelson (2004) pengambilan keputusan adalah melalui penyaringan dan
pilihan, terdapat beberapa pilihan yang harus melalui proses penyaringan sehingga
keputusan bisa diperoleh jika hanya ada satu pilihan yang bertahan. Oleh karena
itu, keputusan membeli terjadi ketika individu sampai pada pilihan produk yang
dicarinya (Assael, 1998).
Setiap individu mempunyai hak untuk memilih antara melakukan pembelian
dan tidak melakukan pembelian, memilih antara merek X dan merek Y atau
memilih membelanjakan barang A atau barang B, maka individu tersebut berada
dalam posisi untuk mengambil keputusan (Schiffman & Kanuk, 2008).
Pembuatan keputusan juga dapat diartikan dimana individu secara tenang
dan hati-hati menggabungkan informasi yang telah diketahui tentang suatu produk
(Mowen & Minor, 2002); lalu menimbang kekurangan dan kelebihan dari setiap
alternatif yang kemudian sampai pada keputusan yang baik (Solomon, 2004).
Pada akhirnya keputusan tersebut dapat memberikan kepuasan dari kebutuhan
(28)
Berdasarkan uraian teori yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
bahwa keputusan membeli adalah adanya proses memilih, menimbang,
mencermati, menyeleksi, serta menentukan suatu pilihan untuk melibatkan diri
dalam hal membeli atau tidak membeli suatu produk atau merek tertentu.
2.1.2 Tahapan Pembentuk Keputusan Membeli
Gambar 2.1
Lima Langkah dalam Pengambilan Keputusan Konsumen
Engel, Blackweel dan Winiard (1994) menjelaskan mengenai tahapan pembentuk
keputusan membeli. Dimana di dalamnya tercakup lima hal berikut:
1. Pengenalan kebutuhan–konsumen mempersepsikan perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk membangkitkan dan
mengaktifkan proses keputusan.
2. Pencarian informasi–konsumen mencari informasi yang disimpan di dalam ingatan (pencarian internal) atau mendapatkan informasi yang relevan dengan
keputusan dari lingkungan (pencarian eksternal).
3. Evaluasi alternatif–konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif yang dipilih.
4. Pembelian–konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau pengganti yang dapat diterima bila perlu.
5. Hasil–konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan.
(29)
2.1.3 Komponen Keputusan Membeli
Menurut Kotler (1995) menyebutkan bahwa setiap keputusan pembelian
mempunyai sub keputusan sebanyak lima komponen. Komponen-komponen
tersebut antara lain keputusan merek, keputusan penjual, keputusan kuantitas,
keputusan penetapan waktu dan keputusan metode pembayaran.
Dalam Comegys, Hannula dan Väisänen (2006) menyebutkan juga
keputusan membeli terbagi menjadi lima sub-keputusan termasuk kisaran harga,
titik penjualan, waktu pembelian, volume pembelian dan metode pembayaran.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli
Ketika konsumen memutuskan untuk membeli suatu barang, terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi keputusan membeli konsumen Kotler & Keller (2009)
adalah:
1. Faktor Budaya
a. Budaya
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.
Seseorang akan mendapatkan seperangkat nilai, persepsi, preferensi, dan
perilaku dari keluarga dan lembaga-lembaga penting lain
b. Sub-budaya
Sub-budaya lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi
para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok
ras, dan wilayah geografis. Ketika subkultur menjadi besar dan cukup
makmur, pemasar sering merancang program pemasaran secara khusus
(30)
c. Kelas Sosial
Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi sosial.
Stratisifikasi tersebut kadang-kadang berbentuk sistem kasta di mana para
anggota kasta yang berbeda diasuh dengan mendapatkan peran tertentu
dan tidak dapat mengubah keanggotaan kastanya. Stratifikasi lebih sering
ditemukan dalam bentuk kelas sosial, yang pembagian masyarakatnya
tersusun secara hirarkis dan anggotanya menganut nilai, minat, dan
perilaku serupa.
2. Faktor Sosial
a. Kelompok Acuan
Seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung
(tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang
tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang
dinamakan kelompok keanggotaan seperti keluarga, teman, tetangga, rekan
kerja, kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan.
b. Keluarga
Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan
primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan dua keluarga
dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan
saudara kandung. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi agama,
(31)
yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah
keluarga prokreasi yaitu pasangan dan anak.
c. Peran dan Status
Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya
yaitu keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang itu di masing-masing
kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran
meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.
Masing-masing peran menghasilkan status.
3. Faktor Pribadi
a. Usia dan Tahap Siklus Hidup
Seseorang membeli barang dan jasa yang berbeda-beda sepanjang
hidupnya. Selera orang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga
berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup
keluarga dan jumlah, usia, dan gender orang dalam rumah tangga pada
satu saat.
b. Pekerjaan dan Lingkungan ekonomi
Pekerjaan seseorang juga memengaruhi pola konsumsinya. Seorang
pekerja biasa dengan seorang direktur akan berbeda dalam pola
konsumsinya. Seorang pekerja akan membeli pakaian kerja, sepatu kerja,
dan kotak makan siang. Sedangkan direktur akan membeli pakaian mahal,
dan perjalanan dengan pesawat udara. Pilihan produk juga sangat
dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang meliputi pendapatan yang
(32)
tabungan dan kekayaan, hutang, kekuatan untuk meminjam, dan pendirian
terhadap belanja dan menabung (Kotler, 1995).
c. Kepribadian dan Konsep Diri
Masing-masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda
yang memengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian adalah ciri
bawaan psikologis manusia yang khas yang menghasilkan tanggapan yang
relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya.
Para konsumen sering memilih dan menggunakan merek yang memiliki
kepribadian merek yang konsisten dengan konsep-diri, yakni lebih
mungkin memilih merek yang kepribadiannya cocok dengan situasi
konsumsi.
d. Gaya Hidup dan Nilai
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada
aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup
sebagian dibentuk oleh apakah konsumen itu dibatasi uang atau dibatasi
waktu.
4. Faktor Psikologis
a. Motivasi
Menurut (Kotler, 1995), kebutuhan yang bersifat psikogenik berasal dari
keadaan psikologis mengenai ketegangan seperti kebutuhan akan
pengakuan, penghargaan, dan kepemilikkan. Kebanyakkan kebutuhan
(33)
secara langsung. Suatu kebutuhan menjadi suatu motif bila telah mencapai
tingkat intesitas yang cukup. Suatu motif adalah suatu kebutuhan yang
cukup untuk mendorong seseorang untuk bertindak. Memuaskan
kebutuhan tersebut mengurangi rasa ketegangannya.
b. Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk memilih,
mengorganisasi, dan menginterpretasi masukkan informasi guna
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya
bergantung pada rangsangan fisik, tapi juga pada rangsangan yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar keadaan individu yang
bersangkutan.
c. Pembelajaran
Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang timbul dari
pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil belajar. Ahli
teori pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui
perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak,
tanggapan, dan penguatan.
d. Memori
Semua informasi dan pengalaman yang dihadapi orang ketika mereka
mengarungi hidup dapat berakhir dalam memori jangka panjang.
Pandangan yang paling luas diterima terhadap struktur memori
jangka-panjang mencakup beberapa jenis formulasi model asosiatif. Kekuatan dan
(34)
yang dapat diingat tentang merek. Asosiasi merek terdiri dari semua
pemikiran, perasaan, persepsi, citra, pengalaman, keyakinan, sikap dan
lain-lain yang terkait dengan merek yang tersambung dengan titik
pertemuan merek.
e. Kepercayaan dan Sikap
Menurut (Kotler, 1995), melalui pembelajaran, orang-orang memperoleh
kepercayaan dan pendirian. Kepercayaan adalah pikiran deskriptif yang
dianut mengenai suatu hal. Kepercayaan menciptakan citra produk dan
merek, dan orang bertindak atas citra ini. jika sebagian kepercayaan adalah
salah dan menghambat pembelian, produsen akan meluncurkan suatu
kampanye untuk mengoreksi kepercayaan ini. Orang-orang memiliki
pendirian terhadap hampir semua hal: agama, politik, pakaian, musik,
makanan, dan sebagainya. Sikap menempatkan seseorang ke dalam suatu
kerangka pemikiran tentang menyukai atau tidak menyukai suatu obyek,
bergerak menuju atau menjauhinya.
2.1.5 Pengukuran Keputusan Membeli
Teori yang dijadikan landasan dalam pengukuran keputusan membeli adalah
Schiffman & Kanuk (2008) bahwa keputusan membeli terjadi ketika individu
terlibat dalam dua alternatif pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih
merek X atau merek Y dan memilih untuk membelanjakan barang A atau barang
B. Karena data tersebut berbentuk dikotomi atau binary, sehingga hasil data akan
(35)
Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan Baron & Kenny 1986 (dalam
Tang, Seal & Naumann, 2013) yaitu pengukuran keputusan membeli diukur
dengan menggunakan item kategorik yaitu “Apakah konsumen akhirnya
memutuskan untuk melakukan pembelian”, sehingga jawabannya hanya
(ya/tidak). Sehingga, pada pengukuran keputusan membeli ini, peneliti
menggunakan dua kategori pilihan jawaban yaitu berupa pilihan jawaban ya dan
tidak.
2.2Motivasi Konsumen 2.2.1 Pengertian Motivasi
Menurut Ciccarelli & White (2009), kata motivasi berasal dari bahasa Latin
dengan kata “movere”, yang mana mempunyai arti “bergerak”. Motivasi adalah
apa yang “menggerakkan” seseorang untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, di mana individu mengarahkan perilakunya berdasarkan tujuan
(Mowen & Minor, 2002).
Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan
dorongan dalam diri (drive arousal) yang di kemukakan oleh Baron et al 1980
(dalam Mangkunegara, 2002). Dalam sebuah konteks perilaku konsumen, hasil
dari dorongan internal ini adalah sebuah keinginan untuk sebuah produk, layanan
atau pengalaman (Arnould, Price & Zinkhan, 2002). Bilamana suatu kebutuhan
tersebut tidak terpuaskan, maka timbul drive dan aktivitas individu untuk
merespon perangsang (incentive) dalam tujuan yang diinginkan yaitu kebutuhan
(36)
Berdasarkan uraian teori yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
bahwa motivasi konsumen merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri
konsumen yang perlu dipenuhi agar konsumen tersebut dapat menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Sedangkan motivasi konsumen adalah kondisi yang
menggerakkan konsumen agar mampu mencapai motifnya yaitu dalam memenuhi
kebutuhan yang akan dipenuhi.
2.2.2 Teori Motivasi
Penelitian ini mengacu pada teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H.
Maslow (dalam Maslow, 1994) pada intinya berkisar pada pendapat bahwa
manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan, yaitu:
1. Phsyological Needs (Kebutuhan Fisiologis)
Kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling dasar dan kuat.
Tegasnya ini berarti bahwa pada diri manusia yang selalu merasa kurang
dalam kehidupannya, yang merupakan motivasi terbesar. Tapi apabila
kebutuhan fisiologis telah dipuaskan, maka ini tidak penting lagi dalam
dinamika yang ada dalam individunya.
Segera akan muncul kebutuhan lain (yang lebih tinggi) yang lebih dari
fisiologis, yang akan mendorong mendominasi organisme itu. Dan apabila
pada gilirannya kebutuhan ini dipenuhi, timbul kebutuhan baru (yang lebih
tinggi lagi) dan seterusnya. Dengan demikian, memungkinkan munculnya
kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih bersifat sosial. Apabila selalu
dipenuhi, maka kebutuhan fisiologis bersamaan dengan sebagian tujuannya
(37)
2. Safety Needs (Kebutuhan Rasa Aman)
Kebutuhan akan keselamatan (keamanan, kemantapan, ketergantungan,
perlindungan, bebas dari rasa takut, cemas dan kekalutan; kebutuhan akan
struktur, ketertiban, hukum; kekuatan pada diri pelindung). Segi lainnya
yang lebih luas dari usaha untuk mencari keselamatan dan kemantapan di
dunia terlihat pada keinginan yang sangat umum untuk lebih menyukai
hal-hal yang dikenal daripada yang tidak dikenal, atau yang diketahui daripada
yang tidak diketahui. Dalam lingkungan sosial kebutuhan akan keselamatan
ini dapat menjadi amat penting setiap kali terdapat ancaman terhadap
hukum, ketertiban, atau wewenang yang nyata.
3. Belongingness and Love Needs (Kebutuhan Cinta dan Memiliki)
Pada kebutuhan ini, haus akan hubungan yang penuh kasih dengan
orang-orang pada umumnya, yakni, haus akan suatu tempat dalam kelompok atau
keluarganya sehingga ia akan mencoba lebih keras lagi untuk mencapai
tujuan ini. Berupaya mendapatkan tempat seperti itu lebih daripada yang
lainnya di dunia ini, dan mungkin dengan melupakan bahwa ketika lapar,
pernah mencemoohkan cinta sebagai sesuatu yang tidak nyata, tidak perlu
atau tidak penting. Sekarang pasti akan sangat merasakan perihnya rasa
kesepian itu, pengucilan sosial, penolakkan, tiadanya keramahan, dan
keadaan yang tak menentu.
(38)
Semua orang mempunyai kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap,
berdasar dan biasanya bermutu tinggi akan rasa hormat diri atau harga diri,
dan penghargaan diri dari orang lain. Karenanya, kebutuhan dapat
diklasifikasikan dalam dua tambahan. Yakni pertama, keinginan akan
kekuatan, prestasi, kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan
pada diri sendiri dalam menghadapi dunia serta kemerdekaan dan
kebebasan. Kedua, memiliki apa yang disebut hasrat akan nama baik atau
gengsi, prestige (penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status,
ketenaran dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting,
martabat atau apresiasi.
Pemenuhan kebutuhan akan harga diri membawa perasaan percaya
pada diri sendiri, nilai, kekuatan, perasaan dibutuhkan dan bermanfaat bagi
dunia. Tapi rintangan menuju pemenuhan kebutuhan ini menimbulkan
perasaan rendah diri, lemah dan tidak berdaya.
5. Self-Actualization Needs (Kebutuhan Aktualisasi Diri)
Meskipun semua kebutuhan telah dipenuhi, tetapi masih sering merasa
(tidak selalu) bahwa perasaan tidak puas dan kegelisahan baru akan segera
berkembang, kecuali apabila orang itu melakukan apa yang secara individual
sesuai baginya. Ini menunjuk pada keinginan orang akan perwujudan diri
yakni, pada kecenderungannya untuk mewujudkan dirinya sesuai
kemampuannya. Kecenderungan ini dapat diungkapkan sebagai keinginan
untuk makin lama makin istimewa untuk menjadi apa saja menurut
(39)
2.2.3 Pengukuran Motivasi Konsumen
Pada pengukuran yang dilakukan Asamoah, Chovancova, Alwis, Kumara & Guo
(2011) menggunakan teori motivasi Maslow untuk mengukur motivasi dalam
membeli barang bermerek yaitu dengan membagi dua motif utama, risk reduction
(basic physiological needs dan safety and security needs) dan social demonstrate
(belonging and love needs dan self-esteem needs) yang nantinya kedua motif
utama ini akan berkontribusi terhadap self-actualization needs terdapat 12 item
kuesioner.
Maka pengukuran motivasi konsumen ini, penelitian ini merujuk pada teori
motivasi Maslow (1994) dengan lima tingkat kebutuhan, yaitu: physiological
needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs, dan
self-actualization needs. Karena teori motivasi oleh Maslow ini telah digunakan dalam
sejumlah studi dipemasaran dan riset konsumen. Teori ini telah membantu dalam
memahami motif dan tindakan konsumen.
2.3 Konformitas Kelompok 2.3.1 Pengertian Konformitas
Konformitas didefinisikan oleh Baron, Branscombe & Byrne (2008) sebagai
sebuah tipe dari pengaruh sosial yang mana individu mengubah sikap atau
perilaku mematuhi norma-norma sosial yang ada. Ini dipengaruhi oleh bagaimana
orang lain bertindak, karena tindakan ini berbeda jika bertindak sendirian (Myers,
(40)
masyarakat atau kelompok mengenai bagaimana seharusnya bertindak diberbagai
situasi (Baron & Byrne, 2003).
Individu menggunakan perilaku ini untuk membangun identitas dalam suatu
kelompok (Shih-Ming, Hsiu-Li, Su-Houn & I-Shan, 2011); ini dilakukan secara
sukarela untuk melakukan tindakan karena oranglain juga melakukannya (Taylor,
Sears & Peplau, 2009). Sebab konformitas bisa membawa perilaku individu dalam
sebuah kelompok tanpa adanya tekanan langsung, karena suka atau tidak hidup
penuh dengan berbagai macam contoh konformitas (Coon & Mitterer, 2008).
Berdasarkan uraian teori yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan
bahwa konformitas kelompok adalah suatu perubahan tingkah laku atau
keyakinan sebagai hasil nyata dari tekanan yang diberikan oleh kelompok dan
berusaha memenuhi harapan dari kelompok agar diterima atau menghindari
penolakan oleh kelompoknya yang sesuai dengan norma sosial kelompoknya.
2.3.2 Aspek-Aspek Konformitas
Sears, Taylor, & Peplau (2009) membagi aspek konformitas menjadi dua, yaitu:
1. Informational Influence (Keinginan Untuk Bertindak Benar)
Kecenderungan untuk menyesuaikan diri berdasarkan pengaruh informasi ini
bergantung pada dua aspek situasi: sebesar-besar keyakinan pada kelompok
dan seberapa yakinkah pada penilaian sendiri. Semakin besar kepercayaan
kepada informasi dan opini kelompok, semakin mungkin untuk menyesuaikan
diri dengan kelompok itu. Ternyata memang adanya motif kepastian mengenai
kebenaran akan perilaku yang hendak ditampilkan (Sarwono & Meinarno,
(41)
Menurut Baron & Byrne (2003), menggunakan opini dan tindakan orang
lain sebagai panduan opini dan tindakan sendiri. Ketergantungan semacam ini,
pada nantinya, seringkali menjadi sumber yang kuat atas kecenderungan untuk
melakukan konformitas. Tindakan dan opini orang lain menegaskan kenyataan
sosial dan menggunakannya sebagai pedoman bagi tindakan dan opini sendiri.
Karena hal itu didasarkan pada kecenderungan untuk bergantung pada orang
lain sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial.
2. Normative Influence (Keinginan Agar Disukai)
Alasan kedua konformitas adalah keinginan agar diterima secara sosial, agar
orang lain bisa menerima, disukai dan memperlakukannya dengan baik.
Pengaruh normatif terjadi ketika mengubah perilaku untuk menyesuaikan diri
dengan norma kelompok atau standar kelompok agar diterima secara sosial.
Memang manusia cenderung mengikuti aturan-aturan yang ada dalam
lingkungannya serta mengikuti aturan yang ada agar disukai oleh orang lain
(Sarwono & Meinarno, 2009).
Baron & Byrne (2003) juga menjelaskan jika kecenderungan untuk
melakukan konformitas terhadap norma sosial hanya sebagian saja pada
keinginan untuk disukai dan diterima orang lain, maka akan dapat
meningkatkan rasa takut akan penolakkan. Ketika itu terjadi, maka
berharaplah agar dapat menghindari dari penolakkan, dan berpegang kuat pada
apa yang dianggap dapat diterima atau pantas dalam kelompok dengan lebih
(42)
Hal yang sama disebutkan juga oleh Aarts, Dijksterhuis & Custers (2003) jika
normative social influence berdasar pada kebutuhan dasar manusia untuk disukai
dan diterima oleh oranglain. Lebih lanjut, perilaku individu dapat dibentuk oleh
informational social influence. Individu ikut serta dengan observasi atau
komunikasi verbal yang merupakan cara berperilaku normatif, karena dengan
melihat perilaku oranglain sebagai sumber informasi untuk membantu
menjelaskan tentang realita sosial dan memaksimalkan keefektifan dari perilaku
sosial tersebut.
2.3.3 Pengukuran Konformitas Kelompok
Dalam penelitian Aarts, Dijiksterhuis & Custers (2003) mengukur konformitas
dengan menggunakan dua aspek yaitu Normative Social Influence dan
Informational Social Influence. Namun pada jurnal ini hanya memakai Normative
Social Influence saja sesuai dengan penelitiannya yang hanya melihat bagaimana
orang-orang melakukan konformitas berdasarkan pengaruh normatif sosial di
lingkungannya dan menggunakan metode eksperimen.
Pengukuran konformitas kelompok ini, peneliti juga mengacu pada dua
aspek konformitas, yaitu: Informational Influence dan Normative Influence
menurut (Sears, Taylor, & Peplau, 2009). Tetapi menggunakan metode kuesioner
dengan skala Likert.
2.4 Kerangka Berpikir
Seperti yang dikonseptualisasikan oleh John Dewey (dalam Engel, Blackwell &
Miniard, 1994) mengenai perilaku proses keputusan sebagai pemecahan masalah
(43)
bijaksana dan bernalar yang dijalankan untuk menghasilkan pemenuhan
kebutuhan. Banyak faktor dapat membentuk hasil akhirnya, termasuk motivasi
internal dan pengaruh eksternal seperti tekanan sosial (seperti konformitas) dan
kegiatan pemasaran. Kadang, pemecahan masalah dalam konteks perilaku
konsumen memerlukan penimbangan yang cermat dan evaluasi sifat produk yang
utilitarian (atau fungsional).
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa Menurut Kotler & Keller (2009),
adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen adalah
budaya, sub-budaya, kelas sosial, kelompok acuan, keluarga, peran dan status,
usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya hidup dan
nilai, kepribadian dan konsep diri, motivasi, persepsi, pembelajaran, memori,
ditambah menurut (Kotler, 1995) dengan kepercayaan dan sikap pendirian.
Dalam penelitian ini independent variable yang akan diteliti adalah motivasi
konsumen dan konformitas kelompok. Ketika konsumen memutuskan untuk
membeli produk pasti dipengaruhi oleh adanya motif (niat) yang akan menjadi
motivasi agar tujuan yang diinginkan tercapai. Dalam sebuah konteks perilaku
konsumen, hasil dari dorongan internal ini adalah sebuah keinginan untuk sebuah
produk, layanan atau pengalaman (Arnould, Price & Zinkhan, 2002). Bilamana
suatu kebutuhan tersebut tidak terpuaskan, maka timbul drive dan aktivitas
individu untuk merespon perangsang (incentive) dalam tujuan yang diinginkan
(44)
Dalam teori motivasi Maslow terdapat lima tingkat atau hierarki kebutuhan
konsumen, yaitu: physiological needs, safety needs, belongingness and love
needs, esteem needs, dan self-actualization needs.
Physiological needs merupakan dimensi kebutuhan biologis yang mana
lebih mengutamakan untuk pemuasan rasa lapar dibandingkan dengan pemuasan
kebutuhan lain sebelum rasa lapar itu terpuaskan. Dalam hal memutuskan untuk
membeli tas branded imitasi, ada beberapa konsumen yang akan memilih
berpuasa untuk menyisihkan sedikit uang makannya untuk ditabung agar dapat
membeli tas branded imitasi. Oleh karena itu konsumen bisa menyisihkan sedikit
uang makannya, namun bukan berarti seluruh uang itu dipakai hanya untuk
membeli tas branded imitasi, tapi juga sebagian uangnya disimpan untuk
memenuhi pemuasan rasa lapar tersebut.
Safety needs merupakan dimensi kebutuhan akan keselamatan (keamanan,
kemantapan, perlindungan, bebas dari rasa takut, cemas). Dalam keputusan
membeli tas branded imitasi ini memberikan pengurangan resiko dalam hal
penyesalan pembeli karena membeli produk tasnya dengan merek yang terkenal
walaupun dalam bentuk imitasi. Karena dengan hal ini konsumen yang
membelinya mendapatkan jaminan serta menunjukkan bahwa sumber produk dan
ada jaminan kualitasnya. Sehingga pada studi Maslow ini menjelaskan bahwa
konsumen untuk sebagian besar akan merasa aman dan nyaman saat membeli
produk tas branded yang imitasi, mengingat hukum di Indonesia tentang
(45)
kelegalannya. Maka dari itu, masih banyak tas branded imitasi yang diperjual
belikan.
Belongingness and love needs merupakan dimensi kebutuhan atau keinginan
akan kasih sayang dengan orang-orang pada umumnya yakni, kebutuhan akan
suatu tempat dalam penerimaan kelompok, keluarga maupun pertemanan. Jadi
ketika konsumen membeli tas branded imitasi maka akan menggambarkan status
sosialnya ataupun untuk bisa diterima dalam kelompok sosial dan yang
mempunyai rasa saling memiliki. Karena konsumen yang sering memilih untuk
membeli tas branded imitasi dianggap telah memenuhi harapan kelompok atau
pertemanan.
Esteem needs merupakan dimensi kebutuhan akan keinginan untuk
mendapatkan penilaian yang mantap, berdasar dan biasanya bermutu tinggi,
penghormatan diri, harga diri dan mendapatkan pengakuan atau penghargaan dari
orang lain. Secara khusus, pada saat konsumen membeli tas branded dengan
bermerek imitasi tapi ini bisa dikatakan sebagai simbol status atau sebagai sarana
dalam rangka meningkatkan harga diri. Karena konsumen akan selalu mencari
produk yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan konsep diri dan
harmonisasi diri dimana merupakan faktor dalam keputusan membeli produk tas
branded imitasi sehingga dapat meningkatkan status dan reputasi di masyarakat.
Self-actualization needs merupakan dimensi kebutuhan yang menunjuk pada
keinginan akan perwujudan diri yakni kecenderungan untuk mewujudkan dirinya
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Dengan membeli tas branded imitasi
(46)
memperoleh tas branded imitasi yang diinginkan, maka akan memberikan
pengalaman menarik yang secara langsung berkontribusi pada aktualisasi diri
pada konsumen. Ketika konsumen sudah mencapai aktualisasi diri maka
konsumen cenderung puas dengan produk tasbranded imitasi yang dibeli,
sehingga mendapatkan pengalaman positif dari penggunaan tas branded imitasi.
Kemungkinan ada pembelian produk kembali dan kecenderungan konsumen
untuk menjadi setia pada pembelian tas branded imitasi yang lebih tinggi.
Untuk melakukan pembelian suatu produk bisa juga didasarkan adanya
pengaruh eksternal yaitu pengaruh lingkungan sosial dalam menentukan perilaku
individu tersebut. Dapat terlihat bahwa konformitas terbentuk karena adanya
kesamaan dalam hal minat, nilai, norma yang dianut oleh anggota kelompok.
Konformitas didefinisikan oleh Baron, Branscombe, & Byrne 2008 (dalam
Sarwono & Meinarno, 2009) adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang
mempengaruhi individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan
norma sosial dimana, semakin menarik suatu kelompok, maka semakin besar
kemungkinan orang untuk melakukan konformitas terhadap norma-norma dalam
kelompok tersebut. Di dalam konformitas kelompok ini terdapat 2 aspek menurut
Sears, Taylor, & Peplau (2009) yaitu informational influence dan normative
influence.
Normative Influence merupakan aspek dimana individu mengubah tingkah
laku untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok agar diterima secara
sosial, memperlakukan individu dengan baik dan secara bersamaan juga
(47)
melakukan pembelian tas branded imitasi disebabkan adanya tekanan yang
diberikan oleh kelompok, yang mana secara pribadi tersebut menolak untuk
melakukannya. Tapi karena tujuan ini adalah sebagai normative influence, maka
individu itu akan melakukan keputusan membeli tas branded imitasi tersebut guna
menghindari penolakkan kelompok dan mengharapkan penerimaan kelompok.
Informational Influence merupakan konformitas yang didasari oleh
penerimaan seseorang terhadap bukti realitas yang diberikan oleh orang lain. Jadi,
jika individu tidak tahu atau bingung harus berbuat apa maka ia akan menjadikan
perilaku tersebut sebagai pedoman perilaku dan meyakini hal itu benar. Seseorang
memutuskan membeli tas branded imitasi karena adanya informasi yang
diberikan oleh kelompok bahwa dengan memakai tas tersebut akan terlihat
semakin modis, modern, fashionable, dan semakin terlihat kompak. Maka dari itu,
individu tersebut meyakini dan melakukannya atas dasar pembuktian realitas yang
diberikan oleh kelompok.
Seperti yang sudah dijelaskan maka dapat disimpulkan fokus pada
penelitian ini adalah motivasi konsumen yang berdasarkan pada teori motivasi
Maslow (physiological needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem
needs, dan self-actualization needs) dan konformitas kelompok (informational
influence dan normative influence).
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam kerangka berpikir, maka
(48)
Gambar 2.2
BaganKerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Penelitian A. Hipotesis Mayor
Ada pengaruh antara motivasi konsumen dan konformitas kelompok terhadap
keputusan membeli produk tas branded imitasi.
B. Hipotesis Minor
Keputusan membeli
Motivasi konsumen
Physiological needs Safety needs Belongingness and love
Esteem needs Self-actualization needs
Konformitas kelompok
Informational influence Normative influence
(49)
H1 : Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi konsumen terhadap
keputusan membeli produk tas branded imitasi.
H2 : Ada pengaruh yang signifikan antara aspek physiological needs dari variabel
motivasi konsumen terhadap keputusan membeli produk tas branded imitasi.
H3 : Ada pengaruh yang signifikan antara aspek safety needs dari variabel
motivasi konsumen terhadap keputusan membeli produk tas branded imitasi.
H4 : Ada pengaruh yang signifkan antara aspek belongingness and love needs
dari variabel motivasi konsumen terhadap keputusan membeli produk tas
branded imitasi.
H5 : Ada pengaruh yang signifikan antara aspek esteem needs dari variabel
motivasi konsumen terhadap keputusan membeli produk tas branded imitasi.
H6 : Ada pengaruh yang signifikan antara aspek self-actualization needs dalam
kesusahan dari variabel motivasi konsumen terhadap keputusan membeli
produk tas branded imitasi.
H7 : Ada pengaruh yang signifikan antara aspek informational influence dari
variabel konformitas kelompok terhadap keputusan membeli produk tas
branded imitasi.
H8 : Ada pengaruh yang signifikan antara aspek normative influence dari
variabel konformitas kelompok terhadap keputusan membeli produk tas
(50)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas mengenai populasi, sampel dan teknik penelitian,
variabel-variabel yang dijadikan variabel-variabel penelitian beserta definisi operasionalnya,
instrumen pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, teknik analisis data dan
prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian.
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita (dewasa awal sampai dewasa tengah)
dalam rentang usia 18-25 tahun (Gines et al, 1998). Besarnya sampel penelitian
yang akan peneliti gunakan adalah sebanyak 350 orang. Adapun karakteristik
pembelian tas branded imitasi sebagai berikut:
1. Tas branded imitasi kualitas 3 yang dijual dengan harga Rp.50.000, tas tersebut
merupakan tas tiruan dengan kualitas yang tidak bagus (dari segi bahan bahan
dan jahitan tidak rapi).
2. Tas branded imitasi kualitas 2 yang dijual dengan harga Rp.150.000, tas
tersebut menggunakan bahan bukan berupa kulit melainkan plastik dan bahan
sintetis.
3. Tas branded imitasi kualitas 1 yang dijual dengan harga Rp.250.000, hingga
Rp.500.000, tas tersebut menggunakan bahan berupa kulit sintetis yang kasar.
Pengambilan sampel pada penelitian ini bersifat non-probability sampling yang
berarti kemungkinan terpilihnya dari setiap responden anggota populasi tidak
dapat dihitung. Penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling
(51)
keterbatasan waktu dan biaya juga menjadi alasan untuk melakukan penelitian
dalam menggunakan teknik non-probability sampling. Pada penelitian ini
menggunakan software SPSS 16.0 dalam pengolahan data untuk 350 sampel yang
terpilih.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Keputusan membeli tas branded imitasi (Y)
2. Motivasi Konsumen
a. Physiological needs (X1)
b. Safety needs (X2)
c. Belongingness and love needs (X3)
d. Esteem needs (X4)
e. Self-actualization needs (X5)
3. Konformitas Kelompok
a. Normative influence (X6)
b. Informational influence (X7)
Variabel dependen (outcome variable) dalam penelitian ini adalah keputusan
membeli tas branded imitasi, sedangkan variabel lainnya merupakan variabel
independen (predictor variable). Dalam hal ini variabel dependen adalah variabel
kategorik yang bersifat dikotomi. Setiap subjek masuk dalam kategori
memutuskan untuk membeli tas branded imitasi atau tidak membeli tas branded
(52)
3.3 Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk ketiga variabel, yaitu
variabel motivasi konsumen, konformitas kelompok dan keputusan membeli
produk tas branded imitasi adalah sebagai berikut:
1. Keputusan membeli produk tas branded imitasi adalah proses memilih,
menimbang, mencermati, menyeleksi serta menentukan suatu pilihan untuk
melibatkan diri dalam hal membeli atau tidak membeli dalam hal membeli
produk tas branded imitasi. Keputusan membeli diukur dengan pernyataan
apakah anda membeli tas branded imitasi.
2. Motivasi konsumen adalah kondisi yang menggerakkan konsumen agar mampu
mencapai motifnya yaitu dalam memenuhi kebutuhan yang akan dipenuhi yang
diukur melalui skala motivasi kelompok dari teori motivasi Maslow (1994)
dengan aspek sebagai berikut:
a. Physiological needs adalah kebutuhan dasar atau pokok yang mencangkup
akan kebutuhan biologis, berbagai kesenangan pancaindera yang pasti
bersifat fisiologis.
b. Safety needs adalah kebutuhan akan keselamatan (keamanan, kemantapan,
ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut, cemas dan kekalutan,
kekuatan pada diri pelindung).
c. Belongingness and love needs adalah kebutuhan yang akan hubungan penuh
kasih dengan orang-orang pada umumnya, yakni butuh suatu tempat dalam
(53)
d. Esteem needs adalah kebutuhan dan keinginan akan penilaian mantap,
berdasar dan bermutu tinggi, penghormatan, harga diri dan dapat
penghargaan/ pengakuan dari orang lain.
e. Self-actualization needs adalah menunjuk pada kebutuhan atau keinginan
akan perwujudan diri sesuai dengan kemampuannya untuk semakin lama
semakin istimewa dan menjadi apa saja menurut kemampuannya.
Pengukuran skor dengan menggunakan skala Likert.
3. Konformitas kelompok adalah bertingkah laku dalam berusaha memenuhi
harapan dari kelompok dengan sedikit ataupun tanpa tekanan untuk melakukan
tingkah laku tersebut agar diterima atau menghindari penolakkan oleh
kelompoknya serta sesuai dengan norma sosial yang terdapat di dalam
kelompoknya yang diukur melalui skala konformitas kelompok dari
aspek-aspeknya menurut Taylor, Peplau, & Sears (2009) sebagai berikut:
a. Informational influence yaitu kecenderungan untuk menyesuaikan diri
berdasarkan pengaruh informasi, ini bergantung pada dua aspek situasi:
sebesar-besar keyakinan pada kelompok dan seberapa yakinkah pada
penilaian sendiri. Semakin besar kepercayaan kepada informasi dan opini
kelompok, semakin mungkin untuk menyesuaikan diri dengan kelompok
itu.
b. Normative influence yaitu keinginan agar diterima secara sosial, agar orang
lain bisa menerima, disukai dan memperlakukannya dengan baik. Karena
secara bersamaan, ingin menghindari penolakkan, pelecehan atau ejekkan.
(54)
3.4 Instrumen Pengumpulan Data
1. Skala Keputusan Membeli
Untuk mengukur keputusan seseorang dalam membeli suatu barang dalam hal ini
adalah membeli tas branded imitasi, peneliti menggunakan penelitian yang
dilakukan oleh Baron & Kenny 1986 (dalam Tang, Seal & Naumann, 2013)
bahwa keputusan membeli diukur dengan menggunakan item kategorik yaitu
sebuah pertanyaan apakah anda membeli tas branded imitasi dengan dua pilihan
jawaban yaitu “ya” dan “tidak”.
Tabel 3.1 Blue Print Skala Keputusan Membeli Alternatif Jawaban Skor
Membeli 1
Tidak Membeli 0
No Keputusan Membeli Objek Keputusan Membeli
1. Membeli
Tas branded imitasi
2. Tidak Membeli
2. Motivasi Konsumen
Untuk mengukur motivasi konsumen menggunakan teori motivasi Maslow (1994)
dengan lima tingkat atau hierarki kebutuhan konsumen, antara lain: physiological
needs, safety needs, belongingness and love needs, esteem needs, dan
self-actualization needs.
Instrumen ini berbentuk skala likert dengan rentang skala empat poin yaitu
dari “1” (sangat tidak sesuai), “2” (tidak sesuai), “3” (sesuai) dan “4” (sangat
(55)
Adapun pembagian item-item skala motivasi konsumen berdasarkan lima tingkat
kebutuhan konsumen adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Blue Print Skala Motivasi Konsumen
No. Dimensi Aspek Indikator Nomor Skala Jumlah
Fav Unfav
1. Physiological Needs
Pemuasan akan kebutuhan biologis
1,19,37,39 2,28,38,40 8
2. 3. 4. 5. Safety Needs Belonginess and Love Needs Esteem Needs Self-Actualization Needs
Kebutuhan akan keamanan, ketergantungan,
perlindungan, bebas dari rasa cemas dan takut
Menyukai/ mengetahui hal-hal yang dikenal daripada yang tidak dikenal Kebutuhan akan cinta, rasa kasih dan rasa memiliki Pengucilan sosial, penolakkan, tiadanya
keramahan dan keadaan tidak menentu
Kecukupan, keunggulan dan kemampuan, kepercayaan pada diri sendiri
Hasrat akan nama baik, gengsi, penghormatan, penghargaan dari oranglain, status, dominasi dan perhatian
Kecenderungan untuk mewujudkan diri sesuai kemampuan
Masih merasa memiliki perasaan tidak puas dan kegelisahan 3,20 5,21 7,22 9,23 11,24 13,25 15,26 17,27 4,29 6,30 8,31 10,32 12,33 14,34 16,35 18,36 4 4 4 4 4 4 4 4
(56)
3. Konformitas Kelompok
Pengukuran untuk konformitas akan menggunakan skala berdasarkan aspek-aspek
yang dikemukakan oleh Taylor, Peplau, & Sears (2009) yaitu: normative influence
dan informational influence.
Instrumen ini berbentuk skala likert dengan rentang skala empat poin yaitu
dari “1” (sangat tidak sesuai), “2” (tidak sesuai), “3” (sesuai) dan “4” (sangat
sesuai). Hal ini dilakukan untuk mempermudah subjek dalam pengisian alat ukur.
Adapun pembagian item-item skala konformitas berdasarkan trait adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Blue Print Skala Konformitas Kelompok
No Dimensi Aspek
Indikator Nomor Skala Jumlah
Fav Unfav
1. Normative Influence
Menyamakan tingkah laku sesuai norma/ standar yang diberikan kelompok
1,13 5,16 4
Menghindari penolakkan 3,4 8,22 4
Mengharapkan penerimaan 6,7 9,18 4
2. Informational Influence
Menjadikan kelompok sebagai pedoman perilaku
Cenderung untuk menerima/ mengikuti pendapat sesuai dengan keinginan kelompok 10,14 15,21 2,19 17,23 4 4
Percaya pada informasi/ opini kelompok agar dapat menyesuaikan diri
11,20 12,24 4
(57)
3.5 Uji Validitas Instrumen Penelitian 3.5.1 Uji Validitas Instrumen
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software
Lisrel 8.70. Adapun langkah-langkah untuk mendapatkan kriteria item yang baik
pada CFA menurut Umar 2011 (dalam Afifah, 2012), yaitu sebagai berikut:
1. Bahwa ada sebuah konsep berupa kemampuan yang didefinisikan secara
operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Teori setiap item hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun
subtes bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks (S). Jika teori tersebut benar
(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil
(1)
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 --- --- --- --- --- --- IT1 0.92
(0.07) 13.32
IT2 0.36 0.85 (0.05) (0.06) 7.82 13.55
IT3 - - -0.06 0.47 (0.03) (0.04) -2.18 12.06
IT4 - - - - - - 0.63 (0.06) 10.47
IT5 - - 0.26 - - 0.22 0.61 (0.04) (0.04) (0.05) 6.71 5.35 11.84
IT6 - - - - - - - - -0.19 0.55 (0.03) (0.05) -6.21 12.22
IT7 - - - - - - -0.17 - - - - (0.04)
-4.48
IT8 - - - - - - 0.24 - - -0.14 (0.05) (0.04) 5.06 -3.58
IT9 0.24 0.20 - - 0.23 0.22 - - (0.04) (0.04) (0.04) (0.04)
5.35 4.76 5.26 5.38
IT10 0.13 0.26 - - - - - - - - (0.04) (0.04)
3.00 6.17
IT11 0.13 - - - - -0.26 - - - - (0.04) (0.04)
3.52 -6.21
(2)
IT12 0.12 - - - - - - - - -0.24 (0.04) (0.04) 3.22 -5.88
THETA-DELTA
IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12 --- --- --- --- --- --- IT7 0.29
(0.04) 8.25
IT8 - - 0.99 (0.07) 13.38
IT9 - - -0.14 0.87 (0.04) (0.07) -3.32 13.16
IT10 0.17 - - - - 0.74 (0.03) (0.06) 5.64 12.74
IT11 - - 0.09 -0.10 - - 0.54 (0.04) (0.04) (0.05) 2.29 -2.60 11.91
IT12 0.09 0.31 - - - - - - 0.85 (0.03) (0.05) (0.06) 2.89 6.45 13.08
Squared Multiple Correlations for X - Variables IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 --- --- --- --- --- --- 0.06 0.12 0.53 0.37 0.41 0.44 Squared Multiple Correlations for X - Variables IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12 --- --- --- --- --- --- 0.71 0.00 0.14 0.26 0.46 0.14
(3)
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 30
Minimum Fit Function Chi-Square = 42.77 (P = 0.061)
Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 42.68 (P = 0.062) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 12.68
90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 34.11) Minimum Fit Function Value = 0.12
Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.036 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.098) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.035
90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.057) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.86
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.40 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.36 ; 0.46)
ECVI for Saturated Model = 0.45 ECVI for Independence Model = 6.67
Chi-Square for Independence Model with 66 Degrees of Freedom = 2302.38 Independence AIC = 2326.38
Model AIC = 138.68 Saturated AIC = 156.00 Independence CAIC = 2384.68
Model CAIC = 371.87 Saturated CAIC = 534.92 Normed Fit Index (NFI) = 0.98 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.45
Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99
Relative Fit Index (RFI) = 0.96 Critical N (CN) = 416.33
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.037 Standardized RMR = 0.037
Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.95 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.38 UJI VALIDITAS II
(4)
Modification Indices and Expected Change
No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X No Non-Zero Modification Indices for PHI Modification Indices for THETA-DELTA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 --- --- --- --- --- --- IT1 - -
IT2 - - - -
IT3 0.37 - - - -
IT4 1.81 0.88 0.35 - - IT5 1.40 - - 2.10 - - - -
IT6 4.87 1.34 0.66 1.11 - - - - IT7 0.37 0.02 0.01 - - 3.57 0.26 IT8 3.52 0.24 0.35 - - 2.03 - - IT9 - - - - 1.08 - - - - 0.03 IT10 - - - - 1.78 0.00 0.16 0.25 IT11 - - 0.95 0.54 - - 0.23 0.80 IT12 - - 2.39 1.00 1.46 0.29 - - Modification Indices for THETA-DELTA
IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12 --- --- --- --- --- --- IT7 - -
IT8 1.59 - -
IT9 0.01 - - - -
IT10 - - 0.11 3.12 - -
IT11 0.98 - - - - 0.45 - -
IT12 - - - - 0.04 2.26 0.06 - - Expected Change for THETA-DELTA
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 --- --- --- --- --- --- IT1 - -
IT2 - - - -
IT3 0.02 - - - -
IT4 -0.05 -0.04 -0.03 - - IT5 0.05 - - -0.05 - - - -
IT6 -0.08 0.04 -0.03 0.04 - - - - IT7 -0.02 0.00 0.00 - - 0.07 -0.02
(5)
IT8 -0.08 0.02 -0.02 - - 0.06 - - IT9 - - - - 0.03 - - - - -0.01 IT10 - - - - 0.05 0.00 0.02 0.02 IT11 - - 0.04 -0.02 - - -0.02 0.03 IT12 - - 0.05 0.03 0.05 0.02 - - Expected Change for THETA-DELTA
IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12 --- --- --- --- --- --- IT7 - -
IT8 0.05 - -
IT9 0.00 - - - -
IT10 - - -0.01 0.07 - -
IT11 0.03 - - - - -0.03 - -
IT12 - - - - -0.01 0.06 0.01 - -
Maximum Modification Index is 4.87 for Element ( 6, 1) of THETA-DELTA UJI VALIDITAS II
Factor Scores Regressions KSI
IT1 IT2 IT3 IT4 IT5 IT6 --- --- --- --- --- --- II 0.06 -0.15 -0.05 -0.35 0.23 0.14 KSI
IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12 --- --- --- --- --- --- II -0.35 0.13 0.06 0.14 -0.21 0.02 UJI VALIDITAS II Standardized Solution
LAMBDA-X II --- IT1 0.24 IT2 0.35 IT3 -0.73
(6)
IT4 -0.60 IT5 0.65 IT6 0.66 IT7 -0.84 IT8 -0.02 IT9 0.38 IT10 0.51 IT11 -0.67 IT12 -0.38
PHI II
--- 1.00