Pengukuran Keputusan Membeli Keputusan Membeli

yang dapat diingat tentang merek. Asosiasi merek terdiri dari semua pemikiran, perasaan, persepsi, citra, pengalaman, keyakinan, sikap dan lain-lain yang terkait dengan merek yang tersambung dengan titik pertemuan merek. e. Kepercayaan dan Sikap Menurut Kotler, 1995, melalui pembelajaran, orang-orang memperoleh kepercayaan dan pendirian. Kepercayaan adalah pikiran deskriptif yang dianut mengenai suatu hal. Kepercayaan menciptakan citra produk dan merek, dan orang bertindak atas citra ini. jika sebagian kepercayaan adalah salah dan menghambat pembelian, produsen akan meluncurkan suatu kampanye untuk mengoreksi kepercayaan ini. Orang-orang memiliki pendirian terhadap hampir semua hal: agama, politik, pakaian, musik, makanan, dan sebagainya. Sikap menempatkan seseorang ke dalam suatu kerangka pemikiran tentang menyukai atau tidak menyukai suatu obyek, bergerak menuju atau menjauhinya.

2.1.5 Pengukuran Keputusan Membeli

Teori yang dijadikan landasan dalam pengukuran keputusan membeli adalah Schiffman Kanuk 2008 bahwa keputusan membeli terjadi ketika individu terlibat dalam dua alternatif pilihan antara membeli atau tidak membeli, memilih merek X atau merek Y dan memilih untuk membelanjakan barang A atau barang B. Karena data tersebut berbentuk dikotomi atau binary, sehingga hasil data akan dianalisis menggunakan teknik analisis regresi logistik. Adapun penelitian terdahulu yang dilakukan Baron Kenny 1986 dalam Tang, Seal Naumann, 2013 yaitu pengukuran keputusan membeli diukur dengan menggunakan item kategorik yaitu “Apakah konsumen akhirnya memutuskan untuk melakukan pembelian”, sehingga jawabannya hanya yatidak. Sehingga, pada pengukuran keputusan membeli ini, peneliti menggunakan dua kategori pilihan jawaban yaitu berupa pilihan jawaban ya dan tidak. 2.2Motivasi Konsumen 2.2.1 Pengertian Motivasi Menurut Ciccarelli White 2009, kata motivasi berasal dari bahasa Latin dengan kata “movere”, yang mana mempunyai arti “bergerak”. Motivasi adalah apa yang “menggerakkan” seseorang untuk melakukan hal-hal yang ingin dilakukan, di mana individu mengarahkan perilakunya berdasarkan tujuan Mowen Minor, 2002. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri drive arousal yang di kemukakan oleh Baron et al 1980 dalam Mangkunegara, 2002. Dalam sebuah konteks perilaku konsumen, hasil dari dorongan internal ini adalah sebuah keinginan untuk sebuah produk, layanan atau pengalaman Arnould, Price Zinkhan, 2002. Bilamana suatu kebutuhan tersebut tidak terpuaskan, maka timbul drive dan aktivitas individu untuk merespon perangsang incentive dalam tujuan yang diinginkan yaitu kebutuhan yang dicapai terpuaskan Solomon, 2004. Berdasarkan uraian teori yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi konsumen merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri konsumen yang perlu dipenuhi agar konsumen tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Sedangkan motivasi konsumen adalah kondisi yang menggerakkan konsumen agar mampu mencapai motifnya yaitu dalam memenuhi kebutuhan yang akan dipenuhi.

2.2.2 Teori Motivasi