63
Marga Bintang merupakan pemilik tanah marga yang berada di Desa Bintang dan memiliki batas-batas :
- Sebelah timur berbatasan dengan Kota Sidikalang - Sebelah barat berbatasan dengan tanah Lae Renun Kelurahan Siempat Nempu
Hulu Lae Renun - Sebelah selatan berbatasan dengan Kota Sidikalang
Marga Angkat merupakan pemilik tanah marga yang berada di Kelurahan Sidiangkat dan memiliki batas-batas :
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sitinjo - Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Berampu
- Sebelah utara berbatasan dengan kota Sidikalang - Sebelah selatan berbatasan dengan Lae Kombih
53
B. Hak Milik Atas Tanah Menurut Hukum Adat
Dalam hukum adat, tanah merupakan masalah yang sangat penting dan hubungan antara manusia dengan tanah sangat erat. Tanah sebagai tempat manusia
untuk menjalani dan melanjutkan kehidupannya, tanah sebagai tempat mereka berdiam, tanah yang memberi makan mereka, tanah di mana mereka di makamkan
dan menjadi tempat kediaman orang-orang halus pelindungnya beserta arwah leluhurnya.
54
53
Hasil Wawancara dengan DR HC Abdul Angkat Ketua Lembaga Adat Sulang Silima Marga Angkat Tanggal 21 Mei 2013
54
Ardian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal 31
Universitas Sumatera Utara
64
Tanah adat merupakan milik dari masyarakat hukum adat yang telah di kuasai sejak dahulu. Umat manusia ada yang berdiam di suatu pusat tempat kediaman yang
selanjutnya disebut masyarakat desa atau ada yang berdiam secara tersebar di pusat- pusat kediaman yang sama nilainya satu sama lain di suatu wilayah yang terbatas
yang dalam hal ini merupakan suatu masyarakat wilayah.
55
Persekutuan masyarakat berhak atas tanah itu, mempunyai hak-hak tertentu atas tanah itu dan melakukan hak itu baik keluar maupun kedalam persekutuan.
Berdasarkan atas berlakunya hak tersebut kedalam, persekutuan masyarakat hukum adat itu sebagai kesatuan yang berkuasa memungut hasil dari tanah itu membatasi
adanya orang-orang dari luar masyarakat adat atas perbuatan-perbuatan pelanggaran di wilayah tanah masyarakat tersebut.
Masyarakat itu dalam arti kata para anggotanya secara bersama-sama kolektif mempergunakan hak pertuanannya berupa atau dengan jalan memungut
keuntungan dari tanah itu dan dari segala makhluk hidup yang terpelihara disitu. Masyarakat
itu membatasi
kebebasan berbuat
anggota-anggotanya secara
perseorangan berdasarkan atas haknya atas tanah itu dan untuk kepentingannya sendiri kepentingan masyarakat, sehingga sifat sosialnya tanah itu benar-benar
terjadi, berlaku dan dipertahankan dengan jelas. Sifat yang khusus dari hak pertuanan atau persekutuan terletak pada daya
timbal balik daripada hak itu terhadap hak-hak yang melekat pada orang perorangan atau individu. Semakin kuat hubungan individu dengan tanah maka semakin
55
Terhaar Bzn, Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat , Pradnya Paramitha, Jakarta, 1999, hal 71
Universitas Sumatera Utara
65
memperdalam hubungannya dengan hukum perseorangan terhadap tanah itu dan semakin kecillah hak yang dimiliki masyarakat terhadap sebidang tanah itu.
56
Bilamana hubungan perseorangan atas tanah itu berkurang atau bila hubungan itu di abaikan secara terus menerus, maka hak-hak masyarakat akan dikembalikan
seperti sedia kala dan hak persekutuan atas tanah itu berlaku tanpa ada gangguan. Misalnya, dapat saja di atur agar tanah sedemikian itu menjadi bagian orang-orang
miskin atau orang-orang baru anggota persekutuan dengan “hak pakai” hak-hak sementara.
Hak persekutuan atau pertuanan juga dapat berlaku keluar. Dalam hal hak persekutuan atau beschikingsrecht berlaku keluar orang-orang di luar persekutuan
tetangga hanya boleh memungut hasil dari tanah tersebut dan atau sudah membayar dana pengakuan dimuka serta dana ganti rugi dikemudian hari. Hak sedemikian ini
hanya dapat dimiliki oleh orang tersebut dalam tempo yang terbatas, biasanya dalam praktik yaitu satu kali panen saja dengan kemungkinan untuk dilanjutkan lagi. Orang
luar tersebut tidak akan pernah memiliki tanah tersebut, bahkan hak-hak mereka dapat saja dibatasi oleh persekutuan dalam hal membuat perjanjian-perjanjian yang
berhubungan dengan tanah.
57
C. Kewenangan Lembaga Adat Sulang Silima Dalam Membuka Hutan Tanah Marga