99
rugi. Dalam rangka menetapkan dasar perhitungan nilai ganti rugi, lembagatim penilai harga tanah ditetapkan oleh BupatiWalikota atau Guburnur.
Apabila ternyata setelah 90 Sembilan puluh hari dilakukan musyawarah dan panitia pengadaan telah menetapkan bentuk ganti rugi dan menitipkannya kepada
Pengadilan Negeri masih terdapat ketidaksepakatan, maka si pemegang hak yang sah atas tanah dapat mengajukan keberatan kepada BupatiWalikotaGubernurMendagri
guna meminta pertimbangan agar dapat dikukuhkan atau diubah. Dari uraian diatas terlihat bahwa Perpres ini betul-betul mengamanatkan perhatian yang lebih kepada
pemegang hak yang sah atas tanah untuk mendapatkan keadilan atas ganti rugi sekaligus menjaga keseimbangan antara penghormatan hak atas tanah serta kebutuhan
pembangunan kepentingan umum yang jauh lebih luas manfaatnya.
91
Didalam bidang hukum pertanahan, penataan pemilikan dan penguasaan hak atas tanah merupakan bidang sangat vital bagi bangsa, masyarakat dan Negara
Indonesia sehingga sistem pengelolaan dan pengaturannya menjadi otoritas Negara, hak menguasai dan mengukur sumber daya alam itu untuk mengejar
sebesar-besar kemakmuran rakyat telah diamanatkan dalam tujuan Negara dan dipertegas dalam Pasal 33 UUD 1945.
92
E. Peranan Hukum Tanah Adat Dalam Pembangunan Hukum Tanah Adat Nasional
Seluruh negara yang terdapat di dunia ini di pastikan memiliki suatu tradisi sendiri yang merupakan ciri khas bagi negara tersebut. Ciri tradisi yang di miliki oleh
seluruh negara dapat berbentuk budaya, kebiasaaan, hukum, dan seni. Indonesia
91
http:www.mediaindonesia.com, diakses tanggal 25 Mei 2013
92
Pendastaren Tarigan, Arah Demokratis Memperkuat Posisi Pemerintah Dengan Delegasi Legislasi Namun Terkendali, Dengan Delegasi Pengaturan dan Penguasaan Tindakan Pemerintah
Dalam Bidang Pertanahan,Pustaka Bangsa press, Medan, 2008, hal 43
Universitas Sumatera Utara
100
sebagai Negara yang berdaulat telah memiliki pula tradisi budaya, seni, dan kebiasaan yang beraneka ragam sesuai dengan banyaknya suku yang mendiami bumi nusantara
ini. Oleh karena itu, setiap suku yang ada di Indonesia dapat dipastikan memiliki budayanya masing-masing. Untuk itu, tepatlah pemikiran bangsa ini dan perancang
hukum agraria menjadikan hukum adat sebagai dasar hukum agraria nasional Indonesia.
Di dalam Pasal 5 UUPA disebutkan bahwa “hukum agraria yang berlaku atas bumi air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan
kepentingan nasional dan Negara. Dalam Pasal 5 UUPA hendak menegaskan bahwa Negara mengakui dan setuju dengan hukum adat sebagai hukum yang berlaku di
seluruh wilayah Indonesia. Hal ini tentunya di dasarkan pada kenyataan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari sekumpulan masyarakat atau
suku bangsa yang terbentang luas dari sabang sampai merauke. Dimana masing- masing suku bangsa memiliki hukum adat masing-masing yang kadang kala
mempunyai perbedaan baik berupa istilah, makna, dan isi antara satu daerah suku dengan daerah yang lainnya.
Hal ini bukan dimaknai sebagai perbedaan yang menghantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berbeda dan terpecah belah. Melainkan hal ini
dimaknai sebagai keanekaragaman dan menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia sebagai ciri bangsa yang besar dan juga sebagai penyatu seluruh anak bangsa yang
sudah di tuangkan dalam Pancasila sebagai falsafah bangsa Indonesia. Konsolidasi falsafah ini penting untuk dilakukan dan diiikat dalam Pancasila untuk mencapai
Universitas Sumatera Utara
101
persatuan dan kesatuan bangsa. Dan dengan persatuan dan kesatuan bangsa maka bangsa Indonesia akan mampu mencapai cita-cita sebagai sebuah bangsa yang
berdaulat. Hukum adat sebagai pondasi pertama dan utama dalam UUPA tentu akan
berkaitan dengan kepentingan negara atau bangsa, terlebih dengan adanya unifikasi hukum. Unifikasi hukum tentunya harus selaras dan sejalan dengan hukum adat
dengan menjadikan hukum adat sebagai sumber yang digali dan menjadi unifikasi hukum negara. Dan dalam hal ini negara menyadari bahwa hukum adat sebagai
sumber utama dan pertama hukum agraria nasioanal hendaknya dilestarikan dan dijadikan benteng pertahanan dan perlawanan dari massifnya meliberalisasikan
sektor-sektor agraria.
1. Hukum Adat Sebagai Sumber Utama Dalam Pembangunan Hukum Tanah
Nasional Sejak kemerdekaan Indonesia melalui Proklamasi 17 Agusutus 1945 salah
satu sektor yang hendak di bangun adalah pembangunan hukum tanah nasional. Pembangunan hukum tanah nasional merupakan kebutuhan yang penting. Hal ini
tentunya mengingat bahwa tanah merupakan fasilitas utama dalam melakukan pembangunan negara. Tanpa ketersediaan tanah maka akan sangat sulit untuk
melakukan pembangunan dalam negara. Pembangunan hukum tanah nasional adalah meletakkan dasar, pedoman dan
tata cara pertanahan kemudian mengembangkannya sampai pada tahapan teknis sebagai acuan yang dikembangkan untuk menuju pembangunan nasional yang
Universitas Sumatera Utara