Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

97 Dalam tahap awal, tanah yang akan dilepaskan perlu ditetapkan lokasinya melalui pencantuman didalam RTRW yang kemudian ditegaskan melalui SK penetapan lokasi oleh BupatiWalikotaGubernur. Kemudian apabila terjadi proses peralihan kepemilikan pada lahan yang telah ditetapkan maka diperlukan ijin tertulis dari BupatiWalikotaGubernur. Dalam proses penetapan RTRW tentunya akan dilakukan sejumlah kegiatan konsultasi publik sehinggga masyarakat maupun pemegang hak yang sah akan terinformasikan jauh sebelumnya tentang rencana pengadaan terhadap tanah, bangunan, tanaman dan hal-hal terkait tanah yang dikuasainya. Guna melakukan pengadaan lahan tersebut, BupatiWalikotaGubernur kemudian membentuk panitia pengadaan. Panitia pengadaan akan bertugas melakukan kegiatan inventarisasi tanah, penelitian status hukum, menaksir ganti rugi, melakukan penyuluhan kepada masyarakat, mengadakan musyawarah, menyaksikan pelaksanaan ganti rugi, membuat berita acara pelepasan dan melakukan dokumentasi atas berkas. Kemudian panitia pengadaan akan melakukan musyawarah dalam rangka mendapatkan kesepakatan mengenai pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilokasi tersebut dan bentuk serta ganti ruginya harus tetap mencerminkan keadilan bagi yang menyerahkan atau melepaskan hak atas tanah.

D. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

Berdasarkan ketentuan umum yang disebutkan dalam pasal 1 Peraturan Presiden No 65 Tahun 2006, setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah harus Universitas Sumatera Utara 98 dilakukan dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanah. Berdasarkan Pasal 1 ini juga disebutkan bahwa pelepasan atau penyerahan hak atas tanah dilakukan dengan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah. Demikian juga disebutkan bahwa pihak yang melepaskan atau menyerahkan akan melapaskan tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah. Penetapan besarnya ganti rugi yang menyebabkan si pemegang hak sah atas tanah kehilangan atau terlepas haknya dilakukan secara musyawarah. Adapun musyawarah itu sendiri merupakan kegiatan yang saling mendengar, saling memberi dan saling menerima pendapat, serta keinginan untuk mencapai kesepakatan. Mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi dan masalah lain yang berkaitan dengan pengadaan tanah atas dasar kesukarelaan dan kesetaraan. Sementara dalam hal ganti rugi, Perpres ini mengamanatkan agar pergantian diberikan atas kerugian baik yang yang bersifat fisik danatau non fisik sebagai akibat pengadaan tanah, bangunan, tanaman, danatau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah. Pada waktunya diperlukan keterlibatan lembagatim penilai harga yang bersifat profesional dan independen untuk mendapatkan dasar perhitungan nilai ganti Universitas Sumatera Utara 99 rugi. Dalam rangka menetapkan dasar perhitungan nilai ganti rugi, lembagatim penilai harga tanah ditetapkan oleh BupatiWalikota atau Guburnur. Apabila ternyata setelah 90 Sembilan puluh hari dilakukan musyawarah dan panitia pengadaan telah menetapkan bentuk ganti rugi dan menitipkannya kepada Pengadilan Negeri masih terdapat ketidaksepakatan, maka si pemegang hak yang sah atas tanah dapat mengajukan keberatan kepada BupatiWalikotaGubernurMendagri guna meminta pertimbangan agar dapat dikukuhkan atau diubah. Dari uraian diatas terlihat bahwa Perpres ini betul-betul mengamanatkan perhatian yang lebih kepada pemegang hak yang sah atas tanah untuk mendapatkan keadilan atas ganti rugi sekaligus menjaga keseimbangan antara penghormatan hak atas tanah serta kebutuhan pembangunan kepentingan umum yang jauh lebih luas manfaatnya. 91 Didalam bidang hukum pertanahan, penataan pemilikan dan penguasaan hak atas tanah merupakan bidang sangat vital bagi bangsa, masyarakat dan Negara Indonesia sehingga sistem pengelolaan dan pengaturannya menjadi otoritas Negara, hak menguasai dan mengukur sumber daya alam itu untuk mengejar sebesar-besar kemakmuran rakyat telah diamanatkan dalam tujuan Negara dan dipertegas dalam Pasal 33 UUD 1945. 92

E. Peranan Hukum Tanah Adat Dalam Pembangunan Hukum Tanah Adat Nasional