Kerangka Teori Kewenangan Lembaga Adat Sulang Silima Di Bidang Pertanahan Pada Masyarakat Pakpak Di Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

14

1. Kerangka Teori

Teori adalah gejala untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkannya ketidak benarannya. 10 Menurut M. Solly Lubis Menetapkan landasan teori pada waktu di adakan penelitian ini tidak salah arah sebelum diambil rumusan landasan teori, yang menyebutkan bahwa landasan teori adalah suatu kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan problem yang dijadikan bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin disetujui ataupun tidak disetujui yang membuat kerangka berfikir dalam penulisan. 11 Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah : “mewujudkan keadilan rechtsgerechtigheid, kemanfaatan rechtsutiliteit dan kepastian hukum rechtszekerheid.” 12 Dalam hal mewujudkan keadilan, Adam Smith 1723-1790. Guru besar dalam bidang filosofi moral dan sebagai ahli teori hukum dari Glasglow University pada tahun 1950, 13 telah melahirkan ajaran tentang keadilan justice. 10 J.J.M. Wuisman, dalam M. Hisyam, Penelitian Ilmu-ilmu Ssosial, Asas-Asas, FE UI,Jakarta, 1996, Hal 2003 11 M Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, Cetakan ke II, 1994, Hal 80 12 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Gunung Agung Jakarta, 2002, Hal 85 13 Bismar Nasution, Mengkaji Ulang sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato Pada Pengukuhansebagai Guru Besar , USU-Medan, 17 April 2004, hal 4-5. Sebagaimana dikutip dari Neil Mac Cornick, “Adam Smith On Law”, Valvarasio University Law Review, Vol 15, 1981, hal 244 14 Ibid, sebagaimana dikutip dari R. L. Meek, D.D. Raphael dan P.G. Stein, e.d, Lecture of Jurisprudence, Indianapolis, Liberty Fund, Tahun 1982, hal 9 Universitas Sumatera Utara 15 Smith mengatakan bahwa “tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian” the end of justice is to secure from injury 14 Menurut Sajipto Raharjo, Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan kekuasaan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang disebut hak. Tetapi tdak disetiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang 15 Penelitian ini menggunakan teori harmonisasi hukum sebagai wacana dan pisau analisis tools of analysis. Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan, petunjuk, dinamika hukum yang terjadi, serta gejala yang diamati dan diteliti karena penelitian hukum ini merupakan penelitian hukum yang diarahan secara khas ilmu hukum,maksudnya adalah penelitian ini berusaha untuk membongkar dan memahami tentang eksistensi dan dinamika hak ulayat serta hubungan hukumnya dengan pendaftaran tanah dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia. Titik tautnya adalah tanah jika kita berbicara menyangkut pembangunan dan kehidupan.”tanah adalah suatu benda bernilai ekonomis, sekaligus magis religio kosmis menurut pandangan bangsa Indonesia, ia pula yang sering memberi getaran didalam perdamaian dan sering pula menimbulkan goncangan dalam masyarakat, lalu ia juga yang sering menimbulkan sendatan dalam pembangunan 16 15 Sajipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Cetakan ke-V, Bandung, 2000, hal 53 16 John Salindeho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 1987, cetakan pertama, hal 23 Universitas Sumatera Utara 16 Harmonisasi hukum diartikan sebagai upaya atau proses penyesuaian asas dan sistem hukum agar terwujud kesederhanaan hukum, kepastian hukum dan keadilan. Harmonisasi hukum sebagai suatu proses dalam pembentukan peraturan perundang- undangan, mengatasi hal-hal yang bertentangan dan kejanggalan di antara norma- norma hukum di dalam peraturan perundang-undangan, sehingga terbentuk peraturan perundang-undangan nasional yang harmonis, dalam arti selaras, serasi, seimbang, terintegrasi dan konsisten serta taat asas. Langkah sistematik harmonisasi hukum nasional, bertumpu pada paradigma Pancasila dan UUD 1945 yang melahirkan sistem kenegaraan dengan dua asas fundamental, asas demokrasi dan asas Negara hukum yang di idealkan mewujudkan sistem hukum nasional dengan tiga komponen yaitu substansi hukum, struktur hukum, beserta kelembagaannya dan budaya hukum. Langkah sistematik tersebut disatu sisi dapat di jabarkan dalam harmonisasi peraturan perundang-undangan dan di sisi lain di implementasikan dalam rangka penegakan-penegakan hukum Melalui harmonisasi hukum akan terbentuk sistem hukum yang mengakomodir tuntutan akan kepastian hukum dan terwujudnya keadilan. Begitu pula dalam hal penegakan hukum, harmonisasi hukum akan dapat menghindari tumpang tindih bagi badan peradilan yang melakukan kekuasaan kehakiman dengan badan-badan pemerintah yang di beri wewenang melakukan fungsi peradilan menurut peraturan perundang-undangan. Universitas Sumatera Utara 17 Dasar dan orientasi dalam setiap langkah harmonisasi hukum adalah tujuan harmonisasi, nilai-nilai dan asas hukum, serta tujuan hukum itu sendiri, yakni harmoni antara keadilan, kepastian hukum dan sesuai tujuan doelmatigheid. Pada akhirnya, pelaksanaan penegakan hukum perlu memperhatikan aktualisasi tata nilai yang terkandung dalam konstitusi dan prinsip-prinsip penegakan hukum yang baik good law enforcement governance. 17 Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan di buat dan di undangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam arti tidak menimbulkan keragu-raguan multitafsir dan logis dalam arti karena menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma yang ditimbulkan dari ketidak pastian aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma, atau distorsi norma. 18 Pasal 33 ayat 3 yang merupakan payung hukum tertinggi terhadap pengakuan hak-hak masyarakat dalam mempergunakan berbagai sumber kekayaan yang ada dibumi, seperti hutan dan tanah atau lahan yang tujuannya sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Pasal ini mengamanatkan kepada pemerintah sebagai penyelenggara Negara untuk dapat mengelola bumi, air dan kekayaan yang terkandung didalamnya dengan sebaik-baiknya untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 19 17 http.www.blogspot.com2009penegakanhukum.html, diakses tanggal 20 Oktober 2012 18 http:www.sosial-budaya.blogspot.com200905tujuan-dan-fungsihukum.html, diakses tanggal 20 Oktober 2012 19 http:www.blogspot.com2010harmonisasi kedudukan hak ulayat dalam peraturan perundang-undangan Indonesia html, diakses tanggal 20 Oktober 2012 Universitas Sumatera Utara 18 Hak ulayat sebagai sebuah istilah teknis yuridis adalah hak yang melekat sebagai kompetensi khas pada masyarakat hukum adat, berupa wewenangkekuasaan mengurus dan mengatur tanah seisinya dengan daya laku kedalam maupun keluar. Titik berat hak ulayat adalah penguasaan atas tanah adat beserta seluruh isinya oleh masyarakat hukum adat. Penguasaan di sini bukanlah dalam arti memiliki tetapi hanya sebatas mengelola. Hal ini dapat di lihat dalam peraturan perundang-undangan yang diterbitkan diantaranya dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 Tentang Tenaga Listrik, Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan dan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. 20 Beberapa daerah telah mengeluarkan peraturan daerah sebagai pengakuan dan pengukuhan keberadaan masyarakat adat di wilayahnya tetapi masih banyak juga daerah yang belum menerbitkan peraturan daerah meskipun di tengarai ada masyarakat adat di wilayah tersebut. Di sisi lain dalam era reformasi, pemerintah di tuntut untuk dapat melakukan pembaharuan menyeluruh di segala bidang termasuk hukum. 20. htpp:wwwblogspot.com2010harmonisasi kedudukan hak ulayat dalam peraturan perundangan Indonesia.html, diakses tanggal 22 Oktober 2012 Universitas Sumatera Utara 19 Tanah merupakan salah satu unsur esensial dalam kehidupan dan penghidupan umat manusia. Ada dua hal yang menyebabkan bahwa tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam hukum adat yaitu : 1. Karena sifatnya yang merupakan suatu benda kekayaan yang bersifat tetap dan menguntungkan. 2. Karena tanah merupakan tempat tinggal persekutuan masyarakat adat, memberi penghidupan kepada persekutuan masyarakat adat bahkan merupakan tempat dimana para warga persekutuan meninggal dunia di kebumikan. Hubungan antara masyarakat adat dengan tanah yang di dudukinya sangat erat, dimana tanah merupakan sumber penghidupan yang bersifat religio-magis. Hubungan erat dan bersifat religio magis ini kemudian mendorong masyarakat adat berusaha untuk memperoleh hak menguasai tanah. Mengingat pentingnya kedudukan tanah bagi masyarakat adat, maka bagaimanapun sederhana tingkat kebudayaannya masyarakat adat tentu mempunyai cara dan kebiasaan dalam pengaturan tanah meskipun tidak selalu dalam wujud dokumen tertulis, akan tetapi akses dalam suatu persekutuan pengelolaan tanah secara umum di kontrol dan di dukung oleh suatu jaringan kekerabatan yang kompleks. Wujud hak ulayat tersebut berciri sebagai berikut. 21 21 Dirman dan Boedi Harsono, dalam tampil Anshari Siregar, Mempertahankan Hak Atas Tanah, Multi Grafik Medan, Medan, 2005, hal 11 Universitas Sumatera Utara 20 1. Masyarakat hukum adat dan para anggota-anggotanya berhak untuk dapat mempergunakan tanah hutan belukar didalam lingkungan wilayah dengan bebas yaitu bebas untuk membuka tanah, memungut hasil, berburu, mengambil ikan, mengembala ternak, dan lain sebagainya. 2. Bagi yang bukan anggota masyarakat hukum adat tersebut dapat pula mempergunakan hak-hak itu hanya saja harus mendapatkan izin lebih dahulu dari kepala masyarakat hukum adat, dan membayar uang pengakuan atau recognitie diakui setelah memenuhi kewajibannya. 3. Masyarakat hukum adat bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan yang terjadi dalam lingkungan wilayahnya apabila pelakunya tidak dapat dikenal. 4. Masyarakat hukum adat tidak dapat menjual atau mengalihkan hak ulayat itu untuk selama-lamanya kepada siapa saja. 5. Masyarakat hukum adat mempunyai hak campur tangan terhadap tanah-tanah yang digarap dan dimiliki oleh para anggota-anggotanya seperti dalam hal jual beli dan lain sebagainya. Hak ulayat mengandung dua unsuraspek, yaitu aspek hukum perdata dan aspek hukum publik. Aspek hukum perdata yaitu merupakan hak kepunyaan bersama para warga masyarkat hukum adat yang bersangkutan atas tanah ulayat, sedangkan aspek hukum publik yaitu sebagai kewenangan mengelola dan mengatur peruntukan, penggunaan dan penguasaan tanah ulayat tersebut baik dalam hubungan intern dengan para warganya sendiri maupun ekstern dengan orang yang bukan warga atau orang luar. Universitas Sumatera Utara 21 Pada dasarnya setiap orang maupun badan hukum membutuhkan tanah karena tidak ada aktifitas orang maupun badan hukum apalagi yang disebut kegiatan pembangunan yang tidak membutuhkan tanah. Pembangunan untuk kepentingan umum yang di laksanakan Pemerintah tidak bisa di tawar ataupun ditunda, terlebih lagi di dalam Dasar Negara Pancasila di nyatakan bahwa kepentingan umum itu harus di pandang porsinya lebih besar dan di dahulukan dari kepentingan individu. Demikian juga pihak swasta yang melaksanakan upaya pengembangan dan peningkatan usahanya, baik yang bernuasnsa untuk kepentingan umum maupun juga membutuhkan tanah. Belum lagi banyaknya anggota masyarakat yang nekat menduduki dan menguasai tanah tanpa alas hak yang sah bahkan dengan cara-cara yang terencana dan sengaja melakukan kekerasan untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu semakin cepat roda pembangunan berputar maka semakin luaslah tanah yang di butuhkan. Di wilayah yang padat penduduknya secara logis akan di laksanakan kegiatan pembangunan yang lebih luas. Dengan demikian pengambilan tanah-tanah yang lebih luaspun yang sudah di milikidi kuasai oleh masyarakat tidak terelakkan akan menjadi korban. Hak seseorang atas tanah yang semestinya harus di hormati, dalam pengertian tidak boleh orang lain melakukan tindakan yang melawan hukum untuk memilikimenguasai lahan tersebut. Seyogianya jika ada hak seseorang atas tanah harus didukung oleh bukti hak dapat berupa sertipikat, bukti hak tertulis non sertipikat danatau pengakuanketerangan yang dapat dipercaya kebenarannya. Jika Universitas Sumatera Utara 22 penguasaan atas tanah di maksud hanya di dasarkan atas kekuasaan, arogansi atau kenekatan semata, pada hakekatnya penguasaan tersebut sudah melawan hukum. Tegasnya berdasarkan hukum tidak dapat di sebut bahwa yang bersangkutan mempunyai hak atau tanah itu atau dengan kata lain, penguasaan yang demikian tidak boleh di tolerir dan semestinya yang berwenang dengan segala wewenang yang ada padanya harus segera menggusurnya dari tanah tersebut karena jika berlarut-larut masalahnya semakin rumit untuk diselesaikan dan pengaruhnya sangat meluas komplikatif dan berdampak tidak baik destruktif di masa mendatang. Masalah ini semakin meningkat akhir-akhir ini karena jumlah penduduk Indonesia sebagai petani yang membutuhkan lahan untuk di olah warga. 22 Jika pemerintah dengan jajarannya memerlukan sebidang tanah yang penggunaannya untuk kepentingan Negara danatau kepentingan umum dapat menempuh cara yang bersesuaian dengan status tanah yang diperlukan itu. Jika tanah tersebut tanah Negara yang bebas cukup dengan mengajukan permohonan hak, tetapi jika tanah Negara tidak bebas cukup dengan mengajukan permohonan hak, tetapi jika tanah Negara tidak bebas dengan kata lain tanah tersebut telah di kuasai dan di usahai oleh orangbadan hukum lain tanpa alasan hak yang sah maka akan bertambah kewajiban si pemohon untuk membebaskannya jika permohonannya dikabulkan. Selain itu yang positif dalam upaya pencegahan spekulasi sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 3 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 yakni apabila tanah 22 Tampil Anshari Siregar, Mempertahankan Hak Atas Tanah, Multi Grafik Medan 2007, hal.2 Universitas Sumatera Utara 23 telah di tetapkan sebagai lokasi pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan surat keputusan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum berdasarkan surat Keputusan penetapan lokasi oleh BupatiWalikota atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya. 23 Maka tidak mengherankan apabila Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tanggal 3 Mei 2005 telah di revisi oleh Pemerintah dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tanggal 5 Juni 2006. 24 Dalam prinsip “Negara Menguasi”, maka dalam hubungan antara Negara dan masyarakat, masyarakat tidak dapat disubordinasikan kedudukannya dibawah Negara karena Negara justru menerima kuasa dari masyarakat untuk mengatur tentang peruntukan, persediaan dan penggunaan tanah, serta hubungan hukum dan pembuatan hukum yang bersangkutan dengan tanah. Saat sekarang kepentingan pemerintah daerah serta masyarakat dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang terus meningkat dan berkembang tentunya menjadi hal yang penting pula untuk kemajuan suatu daerah. Hal tersebut di lakukan dengan membangun infrastruktur, fasilitas-fasilitas umum diatas tanah hak ulayat yang bertujuan untuk laju pertumbuhan eonomi dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD. Tanah yang dulu di pandang dari sudut sosial yang tercakup dalam lingkup hukum adat, hak ulayat dan fungsi sosial, kini mulai dilihat dari kaca mata ekonomi, 23 Muhammad Yamin, Abd Rahim Lubis a, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Bandung 2008, hal 331 24 Ibid, hal 332 Universitas Sumatera Utara 24 sehingga tepat apabila Persatuan Bangsa-Bangsa mensinyalir bahwa saat ini masalah pertanahan tidak lagi menyangkut isu kemasyarakatan tetapi telah berkembang menjadi isu ekonomi. 25 Penggunaan tanah harus di sesuaikan dengan keadaaannya dan sifat dari hakikatnya, sehingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun bermanfaat pula bagi masyarakat dan negara. Tetapi dalam ketentuan tersebut tdak berarti bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum masyarakat. Kepentingan masyarakat dan perorangan haruslah saling berdampingan, hingga pada akhirnya akan tercapailah tujuan pokok kemakmuran, keadilan dan kebahagiaan, bagi masyarakat seluruhnya. 26 Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam pasal 2 ayat 2 UUPA yaitu “wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari negara tersebut pada ayat 2 pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam mayarakat dan negara hukum indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur”.

2. Konsepsi