Kepastian Hukum Hak Atas Tanah

94 AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan yang bunyinya “sebelum mengajukan permohonan hak atas tanah, pemohon harus menguasai tanah yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik dan data fisik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 90 Selanjutnya Pasal 18 ayat 2 angka 2 Peraturan tersebut ditentukan bahwa keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik adalah : a dasar penguasaannya, dapat berupa akta pelepasan kawasan hutan, akta pelepasan bekas tanah milik adat dan surat bukti perolehan tanah lainnya; b letak, batas-batas dan luasnya; dan c jenis usaha pertanian, perikanan atau peternakan.

C. Kepastian Hukum Hak Atas Tanah

Muchtar wahid berpendapat bahwa hakikat kepastian hukum yang sebenarnya terletak pada kekuatan sertifikat kepemilikan hak atas tanah sebagai bukti kepemilikan hak atas tanah sebagai bukti kepemilikan termasuk di pengadilan, namun kepastian hukum dengan sistem yang negatif pada hakikatnya merupakan kepastian hukum yang relatif, dengan pengertian bahwa oleh Peraturan Perundang-Undangan dijamin kepastian hukum selama tidak dibuktikan sebaliknya. Dengan adanya lembaga publikasi negatif maka pemilik hak atas tanah yang sebenarnya belum tentu namanya terdaftar di dalam buku tanah, sedangkan pemegang sertifikat hak atas tanah yang namanya terdaftar di buku tanah sepanjang tidak terbukti sebaliknya tetap dianggap sebagai pemegang hak atas tanah yang sebenarnya. 90 Djoko Walijetun, dalam Muhammad Yamin, Abd Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Mandar Maju, Bandung, 2008, hal 242 Universitas Sumatera Utara 95 Khusus terhadap hak milik, yakni menurut Pasal 20 Ayat 1 UUPA ditentukan lain, yaitu unsur turun temurun, terkuat dan terpenuh. Walaupun dengan demikian tinggi kedudukan sertifikat hak atas tanah sebagai alat bukti, namun tetap diperlukan sebagai alat bukti awal, karena didasari kemungkinan adanya alat pembuktian pihak yang lebih berwenang, tidak terkecuali terhadap sertifikat hak milik yang terkuat dan terpenuh sekalipun. Hapusnya hak atas tanah terdaftar dalam arti luas, yaitu berakhirnya tanggung jawab Negara terhadap hak atas tanah terdaftar dikantor pertanahan dengan atau tanpa kemauan pemegangnya, baik berdasarkan ketetapan konstitutif ataupun deklaratoir. Oleh Kantor Pertanahan dicatat dibuku tanah dan surat ukur serta dimusnahkannya sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Hapusnya hak atas tanah terdaftar dalam arti sempit yaitu berakhirnya tanggung jawab Negara terhadap hak atas tanah terdaftar di Kantor Pertanahan tanpa kemauan yang punya berdasarkan ketetapan konstitusi atau deklaratoir yang oleh Kepala Kantor Pertanahan dicatat dibuku tanah dan surat ukur yang bersangkutan. Harapan selanjutnya adalah kebijakan pendaftaran tanah yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah tentang pendaftaran tanah perlu disempurnakan dengan berpedoman pada tata kaedah hukum dan mempertimbangkan sungguh-sungguh nilai universal yang terdapat dalam hukum adat sesuai dengan kesadaran hukum dan realitas sosial masyarakat, sehingga hukum adat bukan merupakan dasar, tetapi merupakan sumber utama hukum tanah nasional. Universitas Sumatera Utara 96 Dalam proses pengadaan lahan bagi pembangunan kepentingan umum ini dilakukan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah atau pencabutan hak atas tanah. Untuk melakukan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah maka dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan hak atas tanah. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal 2 Ayat 1 Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Sementara pencabutan hak atas tanah diatur berdasarkan ketentuan lain yaitu Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1961 Tentang Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Benda-Benda Yang Ada Di Atasnya. Dengan demikian Peraturan Presiden ini lebih menekankan kepada pengaturan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah dari pemegang hak yang sah dapat dihormati atas segala hak-haknya. Penghormatan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Dairi kepada pemilik tanah marga dengan cara memberikan Pago-Pago dan menggelar upacara adat Pakpak, pemberian oles dan riar uang dengan batas-batas yang telah ditetapkan sesuai dengan kesepakatan bersama dihadapan tokoh-tokoh marga pada masa itu. Adapun Undang-Undang No 20 Tahun 1961 mengatur proses pencabutan hak-hak atas tanah yang diatur rinci dalam Peraturan Presiden Perpres ini. Perpres ini hanya menegaskan adanya pengaturan lain yang membahas tentang proses pencabutan hak-hak atas tanah yaitu UU No 20 Tahun 1961 tersebut. Sebelum sampai proses pelepasan atau penyerahan atas tanah, maka akan dilewati sejumlah proses yang terbuka dan melibatkan keputusan-keputusan publik. Universitas Sumatera Utara 97 Dalam tahap awal, tanah yang akan dilepaskan perlu ditetapkan lokasinya melalui pencantuman didalam RTRW yang kemudian ditegaskan melalui SK penetapan lokasi oleh BupatiWalikotaGubernur. Kemudian apabila terjadi proses peralihan kepemilikan pada lahan yang telah ditetapkan maka diperlukan ijin tertulis dari BupatiWalikotaGubernur. Dalam proses penetapan RTRW tentunya akan dilakukan sejumlah kegiatan konsultasi publik sehinggga masyarakat maupun pemegang hak yang sah akan terinformasikan jauh sebelumnya tentang rencana pengadaan terhadap tanah, bangunan, tanaman dan hal-hal terkait tanah yang dikuasainya. Guna melakukan pengadaan lahan tersebut, BupatiWalikotaGubernur kemudian membentuk panitia pengadaan. Panitia pengadaan akan bertugas melakukan kegiatan inventarisasi tanah, penelitian status hukum, menaksir ganti rugi, melakukan penyuluhan kepada masyarakat, mengadakan musyawarah, menyaksikan pelaksanaan ganti rugi, membuat berita acara pelepasan dan melakukan dokumentasi atas berkas. Kemudian panitia pengadaan akan melakukan musyawarah dalam rangka mendapatkan kesepakatan mengenai pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum dilokasi tersebut dan bentuk serta ganti ruginya harus tetap mencerminkan keadilan bagi yang menyerahkan atau melepaskan hak atas tanah.

D. Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum