Tanah Milik Adat Kegiatan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali Meliputi Pasal 12 PP No.

88

BAB IV HUBUNGAN HUKUM LEMBAGA ADAT SULANG SILIMA DENGAN

PEMERINTAH DALAM PENERBITAN HAK ATAS TANAH PADA MASYARAKAT PAKPAK DI KECAMATAN SIDIKALANG

A. Tanah Milik Adat

Subyek dari hak ulayat ialah masyarakat persekutuan hukum dalam keseluruhan. Hak ulayat tidak boleh ditangan oknum pribadi akan tetapi harus ditengah masyarakat desa. Hak ulayat dari Desa meliputi baik hutan belukar, tanah liar disekeliling Desa, baik yang belum di kerjakan manusia maupun tanah yang sudah dikerjakan. Hak-hak pribadi semakin kuat. Semakin lama seseorang menikmati suatu bidang tanah, mengolah, memelihara dan sebagainya kian kuat haknya melekat pada tanah itu. Dengan demikian, maka hak individu semakin bertambah kuat dan pada akhirnya hak milik atas tanah menonjolkan diri diatas hak ulayat. 79 Menurut Syamsul Bahri, hak milik adat adalah suatu hak pribadi atas tanah sepanjang hak atas tanah sudah menerobos dari hak ulayat dan hak ini hak milik adat sudah dibebani oleh hak dan kewajiban perorangan atau kelompok dan hak ulayat semakin lama semakin menipis, baik hak adat itu bersumber dari hak ulayat atau hak tersebut berdiri sendiri. 80 Disamping hak milik adat, ada pelbagai macam hak atas tanah yang dikenal dalam hukum adat antara lain hak yayasan, hak memungut hasil hutan, hak wenang pilih, hak memiliki pertama dan lain-lain. 79 John Salindeho, 1993, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, hal 284. 80 Syamsul Bahri. Beberapa Aspek Hukum Adat Yang Berpengaruh, Disertasi Universitas Sumatera Utara, hal 324. 88 Universitas Sumatera Utara 89 Kelemahan dari hukum adat disebabkan pada umumnya tidak tertulis, sehingga oleh masyarakat dan terutama oleh aparat pemerintah dan penegak hukum agak sulit memberikan jaminan akan kepastian hukum atasnya. Jual beli tanah sering hanya lisan saja, kemudian berkembang secara tertulis, tetapi oleh sepihak saja yakni penjualnya, kemudian berkembang dengan pembuatan surat jual beli antara dua pihak. Jual beli tanah adalah hukum menyerahkan tanah hak oleh penjual kepada pembeli , berbeda dengan hukum barat. Sifat jual beli menurut hukum adat lebih bersifat mengalami sendiri secara nyata, terang dan tunai. Sesudah berlakunya UUPA, sepanjang menyangkut hak atas tanah, tentunya harus tunduk kepada UUPA dan PP No 24 Tahun 1997 sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang terkait dengannya atau memenuhi syarat-syarat yang diharuskan. Jika tanah yang akan diperjual belikan itu belum bersertipikat dan merupakan tanah adat, apakah dapat diperjual belikan hak atas tanah tersebut, maka menurut Pasal 39 Ayat 1 PP No 24 Tahun 1997 kepada PPAT harus diserahkan : 1. Surat bukti hak atas tanah atau surat keterangan Kepala DesaKelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut. 2. Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertipikat dari kantor pertanahan atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan kantor pertanahan dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala DesaKelurahan. Universitas Sumatera Utara 90 Tentunya PPAT tidak akan membuat akta tanahnya apabila tanah yang belum pernah dibukukan belum pernah ada sertipikat tanahnya, dalam hal demikian Notaris atau Camat haruslah pula mengikut sertakan Kepala Desa yang bersangkutan dan seorang anggota Pemerintah Desa. 81 Pertanyaan sekarang adalah apakah tanah-tanah dengan status tanah milik adat juga didaftarkan. Sehubungan dengan mengajukan permohonan pendaftaran hak atas tanah milik adat inilah kepala desa memegang peranan yang sangat penting sekali. 82 Dengan demikian sepanjang mengenai tanah milik adat tidak ditentukan kapan batas waktu pendaftaran hak itu akan berakhir. Hal ini mengingat akibat-akibat yang lebih luas akan hak tanah yang kebanyakan masih tetap ada pada rakyat kebanyakan yang tinggal di Desa-Desa dan melihat pada kemampuan rakyat untuk mensertipikatkan hak itu, yang memerlukan biaya. Dalam masalah ini Pemerintah mencoba untuk mengatasi dengan rintisan usaha wajib daftar pemilikan tanah pada tahun 19791980 dengan dua pilot proyek, satu di daerah Perkotaan dan satu di daerah Pedesaan dan pada tanggal 2 september 1981 dengan surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No 2301981, dilancarkan, dalam rangka penggiatan usaha pendaftaran tanah. 83 Menurut Asli Dachi, SH selaku Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Dairi tanah marga itu masih diakui keberadaannya selama tidak bertentangan dengan kepentingan Negara. 84 81 Bachtiar Effendi, 1993, Kumpulan Tulisan Tentang Hukum Tanah, Alumni Bandung, hal 76. 82 Ibid, hal 74. 83 Sudaryo Soimin, 1994, Status Hak Dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, hal 67. 84 Hasil Wawancara dengan Asli Dachi Kepal Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Dairi Sidikalang Tanggal 19 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara 91 Hal serupa juga diuraikan oleh Syafrizal Pane Kepala Seksi Hak Atas Tanah dan Pendaftaran Tanah Pada Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Dairi bahwa tidak tersedianya data administrasi di Kantor Badan Pertanahan Nasioanal Kabupaten Dairi disebebkan oleh belum adanya Peraturan Daerah yang mengatur tentang hak ulayat. 85 Berkaitan dengan belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang tanah marga di Kabupaten Dairi disebabkan belum adanya batas-batas yang jelas dari tanah marga tersebut. Hal ini dikarenakan para tokoh-tokoh adat masih berbeda pendapat. 86 Dengan ditebitkannya surat edaran Bupati Nomor 5908859

B. Alas Hak