BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori dapat dibuat kerangka konseptual yang akan diteliti seperti pada Gambar 3.1. Dari Gambar tersebut
dapat dilihat bagaimana pengaruh karakteristik tujuan anggaran yang tediri dari lima indikator terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan sikap sebagai
variabel intervening.
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual sebelum uji faktor
Keterangan : PA
= Partisipasi Anggaran K
j
EA = Evaluasi anggaran
TA = Kejelasan tujuan anggaran
UBA = Umpan balik anggaran
PA X
1.1
K
j
TA X
1.2
UBA X
1.4
EA X
1.3
K
s
TA X
1.5
KTA X
1
S Z
K Y
Universitas Sumatera Utara
K
s
KTA = Karakteristik tujuan anggaran
TA = Kesulitan tujuan anggaran
S = Sikap
K = Kinerja
Mardiasmo 2005 menyatakan terdapat beberapa alasan pentingnya anggaran sektor publik yaitu : a anggaran merupakan alat bagi pemerintah untuk
mengarahkan pembangunan sosial-ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masayarakat, b anggaran diperlukan karena adanya
masalah keterbatasan sumber daya scarcity of resources, pilihan dan trade offs. c anggaran diperlukan untuk meyakinkan pemerintah telah bertanggung jawab
terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran publik merupakan instrument pelaksanaan akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga publik yang ada.
Proses penganggaran suatu organisasi menggambarkan keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran tersebut pada pusat pertanggungjawaban manajer
yang bersangkutan. Schiff dan Lewin 1970 mengemukakan bahwa anggaran yang disusun memiliki dua peran. Pertama, anggaran berperan sebagai
perencanaan, yaitu bahwa anggaran tersebut berisi tentang ringkasan rencana keuangan organisasi di masa yang akan datang. Kedua, anggaran sebagai kriteria
kinerja, yaitu anggaran dipakai sebagai sistem pengendalian untuk mengukur kinerja manajerial.
Menurut Hanson 1966, pengendalian dalam anggaran mencakup pengaturan dan pengarahan orang direction of people dalam organisasi. Fungsi
pengendalian perlu mempertimbangkan suatu konsep “direction of people” pada wilayah pengendalian yang relevan pada bisnis organisasi seperti 1 sifat dasar
Universitas Sumatera Utara
dari wewenang dan anggaran, 2 tingkat identifikasi individu dengan tujuan anggaran, dan 3 tingkat pencapaian sasaran anggaran. Proses penyusunan
sasaran anggaran suatu organisasi merupakan kegiatan yang penting dan kompleks, karena anggaran mempunyai kemungkinan dampak fungsional atau
disfungsional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi Milani, 1975. Dampak fungsional atau disfungsional ditunjukkan dengan berfungsi atau
tidaknya anggaran sebagai alat pengendalian yang baik untuk memotivasi para anggota organisasi meningkatkan kinerja manajerialnya.
Sasaran anggaran yang ideal adalah yang menunjukkan keselarasan tujuan goal congruence seutuhnya, dan secara bersama memberi dorongan kepada
manajer untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang etis Hansen dan Mowen, 1999. Manajemen puncak juga perlu memperhatikan karakteristik
sasaran penganggaran dalam hubungannya dengan penilaian kinerja, karena hal tersebut dapat mendorong atau menghambat tujuan organisasi. Kennis 1979
menyatakan bahwa sebagian besar pengaruh positif dan negatif dari anggaran atas sikap, perilaku, dan kinerja manajer dapat ditemukan pada karakteristik sasaran
penganggaran. Adapun karakteristik sasaran penganggaran yang ditunjukkan oleh Kennis 1979 adalah meliputi partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan tujuan
anggaran, kesulitan sasaran anggaran, evaluasi anggaran dan umpan balik anggaran akan mempengaruhi kinerja manajerial.
Chong 2000 menyatakan bahwa partisipasi anggaran merupakan proses dimana bawahanpelaksana anggaran diberikan kesempatan untuk terlibat dalam
dan mempunyai pengaruh dalam proses penyusunan anggaran. Merchant 1981 menemukan hasil bahwa dengan partisipasi anggaran yang tinggi akan berdampak
Universitas Sumatera Utara
kepada menurunnya kinerja yang dipengaruhi oleh kesenjangan anggaran yang timbul akan partisipasi yang tinggi di dalam penyusunan anggaran tersebut. Hal
ini terjadi akibat terbuka seluas-luasnya bagi bawahan untuk berpartisipasi terhadap proses penyusunan anggaran.
Kejelasan tujuan anggaran mempermudah aparat pemerintah daerah dalam menyusun anggaran untuk mencapai target-target anggaran yang telah ditetapkan.
Komitmen yang tinggi dari aparat pemerintah daerah berimplikasi pada komitmen untuk bertanggung jawab terhadap penyusunan anggaran tersebut. Dengan
demikian, semakin jelas tujuan anggaran aparat pemerintah daerah dan dengan didorong oleh sikap yang antusias meningkatkan kinerja aparatur pemerintah.
Invancevich dan McMahon 1976 mengemukakan bahwa orang melakukan dengan lebih baik bila mereka memperoleh umpan balik mengenai betapa mereka
maju ke arah tujuan karena umpan balik membantu mengidentifikasi penyimpangan antara yang mereka kerjakan dan yang mereka ingin kerjakan.
Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas
organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Evaluasi anggaran menunjukan luasnya perbedaan anggaran yang digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan digunakan dalam
evaluasi kinerja mereka. Semakin tinggi tingkat evaluasi yang dilakukan terhadap penggunaan anggaran dapat memperbaiki kinerja para aparat pemerintah daerah
alam hal penggunaan anggaran sehingga akan mempertinggi kinerja.
Universitas Sumatera Utara
Locke 1968 juga menyatakan bahwa kesulitan sasaran tugas mengakibatkan rendahnya kinerja dibandingkan sasaran yang mudah. Apabila
manajer secara terus menerus merasa gagal mencapai sasaran anggaran menyebabkan manajer kehilangan minat kerja, mengurangi prestasi dan hilangnya
percaya diri. Anthony dan Govindajaran 1995 berpandangan bahwa anggaran yang ideal adalah anggaran yang ketat namun manajer yakin dapat mencapainya.
3.2 Hipotesis