Pengolahan Data PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

peraturan-peraturan K3 yang diterapkan. Kemudian dicari solusi-solusi penanggulangan atau pencegahan kecelakaan kerja tersebut.

5.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan Statistik Kecelakaan Kerja untuk memilih pekerjaan mana yang paling berpotensi bahaya dengan melihat tingkat kekerapan FR dan tingkat keparahannya SR serta menggunakan metode Job Safety Analysis JSA.

5.2.1. Pengolahan Statistik Kecelakaan Kerja

Dari data yang diperoleh dapat dilakukan perhitungan tingkat kekerapan FR dan tingkat keparahan SR. Pada Tabel 5.4 diperlihatkan jumlah kecelakaan kerja dan hari kerja yang hilang pada periode tahun 2006-2009. Tabel 5.4. Jumlah Kecelakaan Kerja Hari Kerja yang Hilang Tahun 2006-2009 No. Daerah Kerja Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tahun Jumlah Hari Kerja yang Hilang Jumlah 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 1. Workshop 2 2 2. Stasiun Thresser 1 1 2 122 122 3. Stasiun Boiler 2 2 3 3 4. Stasiun Sterilizer 2 2 4 9 35 44 5. Loading Ramp 1 1 1 1 6. Stasiun Klarifikasi 1 1 15 15 7. Stasiun Pressing 1 1 8 8 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4. Jumlah Kecelakaan Kerja Hari Kerja yang Hilang Tahun 2006-2009 Lanjutan No. Daerah Kerja Kecelakaan Kerja Berdasarkan Tahun Jumlah Hari Kerja yang Hilang Jumlah 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 8. Stasiun Kernel 1 1 130 130 9. Stasiun Water Treatment 1 1 15 15 10. Jalan Kebun 1 1 Jumlah 10 3 3 16 36 165 137 338 1. Perhitungan Tingkat Kekerapan Kecelakaan FR Kekerapan kecelakaan untuk daerah kerja workshop periode tahun 2006-2009 sebagai berikut : - Banyaknya kecelakaan = 2 - Jumlah Karyawan = 140 - Persentase ketidakhadiran dari jumlah seluruh jam kerja = 0 - Jumlah jam kerja dalam seminggu = 54 jam tiap minggu - Jumlah jam orang dalam setahun = 140 x 51 x 54 = 385560 jam - Jumlah jam orang dalam 4 tahun = 385560 x 4 = 1542240 jam - Jumlah absen dalam setahun = 0 x 1542240 = 0 - Jumlah jam orang nyata = 1542240 – 0 = 1542240 jam - Tingkat Kekerapan FR Universitas Sumatera Utara = 1,29 ≈ 2 - Jadi tingkat kekerapan Frequency Rate menunjukkan bahwa dalam empat tahun terdapat 2 kejadian kecelakaan setiap juta jam orang. 2. Perhitungan Tingkat Keparahan Kecelakaan SR Keparahan kecelakaan untuk daerah kerja workshop periode tahun 2006-2009 sebagai berikut : - Jumlah hari kerja yang hilang = 0 hari - Tingkat Keparahan SR = 0 - Ini berarti bahwa dalam empat tahun terdapat 0 hari yang hilang setiap juta jam orang. Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Tingkat Kekerapan FR dan Tingkat Keparahan SR Berdasarkan Daerah Kerja Untuk Periode 4 Tahun No. Daerah Kerja Tingkat Kekerapan Kecelakaan FR Tingkat Keparahan Kecelakaan SR 1. Workshop 2 2. Stasiun Thresser 2 88 3. Stasiun Boiler 2 2 4. Stasiun Sterilizer 3 30 5. Loading Ramp 1 1 6. Stasiun Klarifikasi 1 10 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Tingkat Kekerapan FR dan Tingkat Keparahan SR Berdasarkan Daerah Kerja Untuk Periode 4 Tahun Lanjutan No. Daerah Kerja Tingkat Kekerapan Kecelakaan FR Tingkat Keparahan Kecelakaan SR 7. Stasiun Pressing 1 6 8. Stasiun Kernel 1 95 9. Stasiun Water Treatment 1 10 10. Jalan Kebun 1 Dari hasil perhitungan tingkat kekerapan FR dan tingkat Keparahan SR dapat diketahui bahwa Stasiun Sterilizer yang memiliki tingkat frekuensi kecelakaan kerja yang paling tinggi serta Stasiun Threser dan Stasiun Kernel memiliki tingkat keparahan paling besar sehingga dipilih menjadi objek penelitian untuk diolah dengan metode Job Safety Analysis JSA.

5.2.2. Pengolahan dengan Job Safety Analysis JSA

Pengolahan data dilakukan terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan Job Safety Analysis JSA untuk pelaksanaan pencegahan kecelakaan kerja dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Memilih pekerjaan untuk dianalisis Select the job. 2. Menguraikan pekerjaan Job breakdown. 3. Mengidentifikasi bahaya Hazard identification. 4. Kembangkan solusi-solusi Develop the solution. Universitas Sumatera Utara

5.2.2.1. Memilih Pekerjaan untuk Dianalisis Select The Job

Pekerjaan yang dipilih menjadi objek penelitian berdasarkan data yang diperoleh adalah pekerjaan yang memiliki tingkat kekerapan FR dan tingkat keparahan SR kecelakaan kerja yang paling tinggi, yaitu : a. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Sterilizer Sterilizer Station. b. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser Thresing Station. c. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Kernel Sterilizer Station.

5.2.2.2. Menguraikan pekerjaan Job Breakdown

a. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Sterilizer Sterilizer Station. Dalam melakukan pekerjaan penarikan lorry ke sterilizer, operator harus menggunakan kabel sling wire rope yang ujungnya dipasangkan hook dan ditarik dengan winchcapstand serta menggunakan transfer carriage untuk memindahkan lorry dari jalur track pengisian FFB ke jalur menuju sterilizer. Kabel sling yang digunakan merupakan kabel baja sepanjang ± 45 m dengan massa ± 1,1 kgm untuk menarik lorry sehingga berpotensi terlepas dan memukul operator maupun tertusuk kabel sling pada saat operator menariknya. Sedangkan hook dengan berat ± 5,5 kg dengan resiko terlepas dan menyambar operator. Kemudian operator juga dihadapkan dengan resiko terpeleset akibat lantai stasiun sterilizer yang licin. Aktivitas kerja operator pada stasiun sterilizer harus diuraikan ke dalam langkah-langkah pekerjaan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Operator menarik kabel sling dari winch 4 dan memasang hook kabel sling ke lorry paling akhir yang keluar dari tippler, kemudian operator kembali ke winch 4. 2. Operator melakukan penarikan lorry menggunakan winch 4 dengan menekan tombol : - Tombol atas untuk menarik kabel sling. - Tombol bawah untuk menghentikan penarikan. 3. Operator winch 4 melepas hook dari cantolan, kemudian menarik kabel sling dari winch 1 dan memasang hook kabel sling ke lorry yang berada ditengah. 4. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1 hingga lorry penuh. 5. Operator winch 4 melepaskan hook dan membawa, kemudian memasangnya ke lorry paling akhir. 6. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1 menuju transfer carriage. 7. Operator transfer carriage melepaskan hook dan membawa, kemudian memasangnya ke lorry yang berada paling depan. 8. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1. 9. Operator transfer carriage melepaskan hook dan melakukan pemindahan jalur track dengan tombol : - Track 1, untuk memilih jalur dari loading ramp. - Track 2, untuk memilih jalur sterilizer 1. - Track 3, untuk memilih jalur sterilizer 2. - Push Dock, untuk mendorong lorry keluar dari transfer carriage. Universitas Sumatera Utara 10. Operator transfer carriage mengeluarkan lorry dengan menekan tombol Push Dock. 11. Operator winch 1 menarik kabel sling dari winch 2 dan membawa, kemudian memasang hook ke lorry dari tranfer carriage. 12. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 2. 13. Operator winch 1 melepas hook dari cantolan, kemudian operator kembali ke winch 1. 14. Operator winch 3 menarik dan membawa kabel sling dari winch 3, kemudian memasang hook ke lorry yang berada paling akhir. 15. Operator winch 3 melakukan penarikan dengan winch 3. 16. Operator winch 3 membuka pintu sterilizer dan menurunkan jembatan sterilizer cantilever dengan tombol : - Door Open, untuk membuka pintu sterilizer. - Bridge Lower, untuk menurunkan jembatan sterilizer. 17. Operator winch 3 menarik lorry ke dalam sterilizer dengan winch 3. 18. Operator winch 3 mendorong lorry ke dalam sterilizer dan mengangkat jembatan serta menutup pintu sterilizer dengan tombol : - Push Dock, untuk mendorong masuk lorry ke dalam sterilizer. - Door Close, untuk menutup pintu sterilizer. - Bridge Close, untuk menaikkan jembatan sterilizer. Tata letak untuk urutan langkah-langkah dari aktivitas pekerjaan penarikan lorry ke sterilizer dapat diperlihatkan pada Gambar 5.4. Universitas Sumatera Utara No. Keterangan Tippler Winch 4 Pintu Sterilizer Winch 3 Winch 2 Winch 1 Transfer Carriage H G F E D C B A Jembatan sterilizer Panel Pintu Jembatan Sterilizer Sterilizer Control Panel I Operator A C D E G H H F B G I G G SKALA 1 : 500 DIGAMBAR DIPERIKSA Tata Letak untuk Penarikan Lorry ke Sterilizer PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK P R O G R A M D I P L O M A IV F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NAMA R.M TRI CIPTO S. Buchari, ST., M.Kes. Ir. Nazlina, MT. Tanda Tangan Gambar 5.4. Tata Letak dan Aliran Bahan untuk Pekerjaan Penarikan Lorry ke Sterilizer U n iv e r s ita s Su m a te r a U ta r a b. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser Thresing Station. Proses kerja dilakukan mulai dari menarik keluar lorry dari sterilizer dengan menggunakan kabel sling yang ditarik dengan winchcapstand serta juga menggunakan transfer carriage untuk memindahkan lorry dari jalur track sterilizer menuju tippler gate dan diteruskan ke threser. Aktivitas kerja operator pada stasiun threser dapat diuraikan ke dalam langkah-langkah pekerjaan sebagai berikut : 1. Operator sterilizer membuka pintu sterilizer dan menurunkan jembatan sterilizer cantilever dengan tombol : - Bridge Lower, untuk menurunkan jembatan sterilizer. - Door Open, untuk membuka pintu sterilizer. - Push Dock, untuk mendorong keluar lorry dari sterilizer. 2. Operator winch 6 menarik dan membawa kabel sling dari winch 6, kemudian memasang hook ke lorry yang keluar dari sterilizer. 3. Operator winch 6 melakukan penarikan dengan winch 6 menuju transfer carriage dengan menekan tombol : - Tombol hijau untuk menarik kabel sling. - Tombol merah untuk menghentikan penarikan. 4. Operator transfer carriage melepaskan hook dan melakukan pemindahan jalur track menuju tippler gate dengan tombol : - Track 1, untuk memilih jalur sterilizer 2. - Track 2, untuk memilih jalur sterilizer 1. - Track 3, untuk memilih jalur tippler gate. Universitas Sumatera Utara 5. Operator winch 5 menarik kabel sling dari winch 5 dan membawa hook menuju transfer carriage. 6. Operator transfer carriage memasang hook dari winch 5 ke lorry di tranfer carriage. 7. Operator winch 5 melakukan penarikan dengan winch 5 menuju tippler gate. 8. Operator tippler memastikan secara visual posisi lorry pada tippler gate. 9. Operator tippler melakukan pemutaran lorry sebesar 360° pada tippler gate dengan menekan tombol : - Tombol hijau untuk melakukan perputaran. - Tombol merah untuk menghentikan perputaran. 10. Operator threser mengawasi opaerasi kerja mesin threser. Tata letak untuk urutan langkah-langkah dari aktivitas pekerjaan pada stasiun threser dapat diperlihatkan pada Gambar 5.5. Universitas Sumatera Utara No. Keterangan Tippler Gate Winch 5 Pintu Sterilizer Threser Winch 6 Transfer Carriage G F E D C B A Jembatan sterilizer Panel Pintu Jembatan Sterilizer Sterilizer Panel Tippler Operator D C A E F G B B SKALA 1 : 500 DIGAMBAR DIPERIKSA Tata Letak untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK P R O G R A M D I P L O M A IV F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NAMA Tanda Tangan R.M TRI CIPTO S. Buchari, ST., M.Kes. Ir. Nazlina, MT. Gambar 5.5. Tata Letak untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser U n iv e r s ita s Su m a te r a U ta r a c. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Kernel Kernel Station. Aktivitas kerja operator pada stasiun kernel dapat diuraikan ke dalam langkah-langkah pekerjaa sebagai berikut : 1. Operator CBC Cake Breaker Conveyor melakukan pengawasan proses pemisahan serabut dari nut pada CBC. 2. Operator depericarper mengawasi jalannya depericarper drum. 3. Operator nut grading drum memastikan pengiriman dan pemasukkan nut dari penampungan nut ke grading drum dilakukan secara merata. 4. Operator winnower memastikan sistem pemisah kernel dijalankan sebelum pemecahan nut ripple mill dijalankan. 5. Operator ripple mill mengawasi pemasukkan nut ke dalam ripple mill secara dilakukan secara merata. 6. Operator ripple mill memeriksa pecahan campuran yang dihasilkan pada ripple mill. 7. Operator claybath melakukan pengawasan proses pengolahan nut pada claybath. Tata letak untuk urutan langkah-langkah dari aktivitas pekerjaan pada stasiun kernel dapat diperlihatkan pada Gambar 5.6. Universitas Sumatera Utara E A D C G B F H No. Keterangan Stasiun Press CBC Cake Breaker Conveyor Winnowing System Nut Grading drum Ripple Mill Claybath Depericarper H G F E D C B A Tangga Bulking Silo Control Panel I Operator SKALA 1 : 500 DIGAMBAR DIPERIKSA Tata Letak untuk Aktivitas Kerja Stasiun Kernel PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK P R O G R A M D I P L O M A IV F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA NAMA R.M TRI CIPTO S. Tanda Tangan Buchari, ST., M.Kes. Ir. Nazlina, MT. Gambar 5.6. Tata Letak untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Kernel Universitas Sumatera Utara

5.2.2.3. Mengidentifikasi bahaya Hazard Identification

a. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Sterilizer Sterilizer Station. Adapun identifikasi bahaya pada aktivitas kerja penarikan lorry ke sterilizer pada stasiun sterilizer Sterilizer Station dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 1. Operator menarik kabel sling dari winch 4 dan memasang hook kabel sling ke lorry paling akhir yang keluar dari tippler, kemudian operator kembali ke winch 4.  Operator tidak memperhatikan langkah saat membawa kabel sling.  Kabel sling dan hook yang berat.  Lantai disekitar track lorry licin.  Operator harus memakai alat bantu rantai untuk mengikat lorry-lorry yang tidak memiliki gandengan.  Saat operator menarik kabel sling dan hook, keseimbangan operator dapat hilang sehingga dapat terpeleset dan terjatuh.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Rantai dapat terputus dan mengenai operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 2. Operator melakukan penarikan lorry menggunakan winch 4 dengan menekan tombol : - Tombol atas untuk menarik kabel sling. - Tombol bawah untuk menghentikan penarikan.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling pada bollard berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 3. Operator winch 4 melepas hook dari cantolan, kemudian menarik kabel sling dari winch 1 dan memasang hook kabel sling ke lorry yang berada di tengah.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Lantai disekitar pengisian FFB banyak terdapat brondolan yang terjatuh.  Operator harus memakai alat bantu rantai untuk mengikat lorry-lorry yang tidak memiliki gandengan.  Saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Saat operator menarik kabel sling dan hook, dapat mengakibatkan terpeleset dan terjatuh.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Rantai dapat terputus dan mengenai operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 4. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1 hingga lorry penuh.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling pada bollard berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. 5. Operator winch 4 melepaskan hook dan membawa, kemudian memasangnya ke lorry paling akhir.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Lantai disekitar pengisian FFB banyak terdapat brondolan yang terjatuh.  Operator harus memakai alat bantu rantai untuk mengikat lorry-lorry yang  Saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Saat menarik kabel sling dan hook, keseimbangan operator dapat hilang sehingga dapat terpeleset dan terjatuh. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya tidak memiliki gandengan.  Cidera pada otot punggung dan pinggang.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling. 6. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1 menuju transfer carriage. • Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang. • Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling pada bollard berada di luar jangkauan operator.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. 7. Operator transfer carriage melepaskan hook dan membawanya, kemudian memasangnya ke lorry yang berada paling depan.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Operator saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling. 8. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1. • Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang. • Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling pada bollard berada di luar jangkauan operator.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 9. Operator transfer carriage melepaskan hook dan melakukan pemindahan jalur track dengan tombol : - Track 1, untuk memilih jalur dari loading ramp. - Track 2, untuk memilih jalur sterilizer 1. - Track 3, untuk memilih jalur sterilizer 2. - Push Dock, untuk mendorong lorry keluar dari transfer carriage.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan hook.  Posisi operator berada diantara lorry dan panel transfer carriage.  Lantai disekitar track lorry pada transfer carriage dalam keadaan licin.  Posisi sempit yang berada diantara lorry dan panel transfer carriage dapat menjepit operator.  Operator bisa terpeleset dan kepala operator menghantuk lorry. 10. Operator transfer carriage mengeluarkan lorry dengan menekan tombol Push Dock. Operator harus memakai alat bantu batangan besi pada push dock agar lorry dapat keluar dari transfer carriage. Lorry dapat tergelincir saat berpindah dari track transfer carriage ke track sterilizer hingga dapat terjatuh. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 11. Operator winch 1 menarik kabel sling dari winch 2 dan membawa, kemudian memasang hook ke lorry dari tranfer carriage. Posisi operator membungkuk ketika menarik kabel sling.  Cidera pada otot punggung dan pinggang.  Operator bisa terpeleset dan kepala operator menghantuk lorry. 12. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 2.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling pada bollard berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 13. Operator winch 1 melepas hook dari cantolan, kemudian operator kembali ke winch 1.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Operator saat melepaskan dan memasang hook harus membungkuk dilantai sekitar track yang licin sehingga dapat mengakibatkan operator terpeleset ataupun kepala operator dapat terhantuk pada lorry. 14. Operator winch 3 menarik dan membawa kabel sling dari winch 3, kemudian memasang hook ke lorry yang berada paling akhir.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Cidera pada otot punggung dan pinggang. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 15. Operator winch 3 melakukan penarikan dengan winch 3.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling pada bollard berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. 16. Operator winch 3 membuka pintu sterilizer dan menurunkan jembatan sterilizer cantilever dengan tombol : - Door Open, untuk membuka pintu sterilizer. - Bridge Lower, untuk menurunkan jembatan sterilizer. Pengukur tekanan sterilizer yang kecil dan berada diatas sterilizer dan berjarak ± 3 m dari panel control. Saat membuka pintu sterilizer, operator beresiko terkena tekanan dari dalam sterilizer. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 17. Operator winch 3 menarik lorry ke dalam sterilizer dengan winch 3.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. 18. Operator winch 3 mendorong lorry ke dalam sterilizer dan mengangkat jembatan serta menutup pintu sterilizer dengan tombol : - Push Dock, untuk mendorong lorry ke dalam sterilizer. - Door Close, untuk menutup pintu sterilizer. - Bridge Close, untuk menaikkan jembatan sterilizer. Operator memastikan posisi lorry agar tidak menghalang pintu sterilizer dengan cara berada diantara lorry dan pintu sterilizer dan diatas jembatan sterilizer. Operator dapat terpeleset dan terjatuh dari jembatan sterilizer. Universitas Sumatera Utara b. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser Threser Station. Adapun identifikasi bahaya pada aktivitas pekerjaan pada stasiun threser Threser Station dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut. Tabel 5.7. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 1. Operator sterilizer membuka pintu sterilizer dan menurunkan jembatan sterilizer cantilever dengan tombol : - Bridge Lower, untuk menurunkan jembatan sterilizer. - Door Open, untuk membuka pintu sterilizer. - Push Dock, untuk mendorong keluar lorry dari sterilizer. Pengukur tekanan sterilizer yang kecil dan berada diatas sterilizer dan berjarak ± 4 m dari panel control. Saat membuka pintu sterilizer, operator beresiko terkena tekanan dari dalam sterilizer. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 2. Operator winch 6 menarik dan membawa kabel sling dari winch 6, kemudian memasang hook ke lorry yang keluar dari sterilizer.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Cidera pada otot punggung dan pinggang. 3. Operator winch 6 melakukan penarikan dengan winch 6 menuju transfer carriage dengan menekan tombol : - Tombol hijau untuk menarik kabel sling. - Tombol merah untuk menghentikan penarikan. • Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang. • Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling pada bollard berada di luar jangkauan operator.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 4. Operator transfer carriage melepaskan hook dan melakukan pemindahan jalur track menuju tippler gate dengan tombol : - Track 1, untuk memilih jalur sterilizer 2. - Track 2, untuk memilih jalur sterilizer 1. - Track 3, untuk memilih jalur tippler gate.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan hook.  Posisi operator berada diantara lorry dan panel transfer carriage.  Posisi sempit yang berada diantara lorry dan panel transfer carriage dapat menjepit operator.  Operator bisa terpeleset dan mengakibatkan kepala operator menghantuk lorry. 5. Operator winch 5 menarik kabel sling dari winch 5 dan membawa hook menuju transfer carriage.  Operator harus membungkuk ketika menarik hook dari winch.  Lantai disekitar track lorry licin.  Saat menarik hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Cidera pada otot punggung dan pinggang. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 6. Operator transfer carriage memasang hook dari winch 5 ke lorry di tranfer carriage.  Operator harus membungkuk ketika memasang hook pada lorry.  Lantai disekitar track lorry licin.  Saat memasang hook disekitar track yang licin pada transfer carriage dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling. 7. Operator winch 5 melakukan penarikan dengan winch 5 menuju tippler gate.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 8. Operator tippler memastikan secara visual posisi lorry pada tippler gate.  Lantai disekitar tippler gate licin dan kotor.  Operator dipengaruhi oleh kebisingan mesin threser.  Saat operator memastikan posisi lorry di dalam tippler, operator dapat tergelincir dan terjatuh.  Kebisingan mesin threser dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. 9. Operator tippler melakukan pemutaran lorry sebesar 360° pada tippler gate dengan menekan tombol : - Tombol hijau untuk melakukan perputaran. - Tombol merah untuk menghentikan perputaran. Operator dipengaruhi oleh kebisingan mesin threser. Kebisingan mesin threser dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 10. Operator threser mengawasi opaerasi kerja mesin threser.  Lantai disekitar mesin threser licin.  Operator dipengaruhi oleh kebisingan mesin threser.  Saat operator mengawasi operasi kerja mesin threser, operator dapat tergelincir dan terjatuh.  Kebisingan mesin threser dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. c. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Kernel Kernel Station. Adapun identifikasi bahaya pada aktivitas pekerjaan pada stasiun threser Threser Station dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Kernel No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 1. Operator CBC Cake Breaker Conveyor melakukan pengawasan proses pemisahan serabut dari nut pada CBC. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Operator tidak memakai earplug yang disediakan perusahaan. • Kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. 2. Operator depericarper mengawasi jalannya depericarper drum. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Operator tidak memakai earplug yang disediakan perusahaan. • Kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. 3. Operator nut grading drum memastikan pengiriman dan pemasukkan nut dari penampungan nut ke grading drum dilakukan secara merata. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Berada dekat dengan bahan CaCO 3 untuk claybath. • Operator tidak memakai earplug dan dust masker yang disediakan perusahaan. • Kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. • Bahan CaCO 3 dapat terhirup operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Kernel Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 4. Operator winnower memastikan sistem pemisah kernel dijalankan sebelum pemecahan nut ripple mill dijalankan. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Operator tidak memakai earplug yang disediakan perusahaan. • Kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. 5. Operator ripple mill mengawasi pemasukkan nut ke dalam ripple mill secara dilakukan secara merata. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Lantai dipenuhi oleh nut yang berasal dari nut hopper. • Ripple mill berada dekat dengan timbunan fiber. • Operator tidak memakai earplug dan kacamata pelindung yang disediakan perusahaan. • Pengaruh kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. • Kaki operator bisa tergelincir dan terjatuh. • Serbuk fiber dapat terhirup operator. • Nut yang keluar dari nut hopper dapat mengenai mata operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Identifikasi Bahaya Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Kernel Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya 6. Operator ripple mill memeriksa pecahan campuran yang dihasilkan pada ripple mill. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Lantai dipenuhi oleh nut yang berasal dari nut hopper. • Ripple mill berada dekat dengan timbunan fiber. • Operator tidak memakai earplug dan kacamata pelindung yang disediakan perusahaan. • Pengaruh kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. • Kaki operator bisa tergelincir dan terjatuh. • Serbuk fiber dapat terhirup operator. • Pecahan nut yang keluar dari ripple mill dapat mengenai mata operator. 7. Operator claybath melakukan pengawasan proses pengolahan nut pada claybath. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Berada dekat dengan bahan CaCO 3 untuk claybath. • Pengaruh kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. • Bahan CaCO 3 dapat terhirup operator. Universitas Sumatera Utara

5.2.2.4. Kembangkan Solusi-solusi Develop The Solution

Langkah terakhir dalam Job Safety Analysis adalah mengembangkan solusi berupa suatu penyelematan, prosedur pekerjaan yang efisien untuk mencegah kecelakaan dan penyakit akibat kerja. a. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Sterilizer Sterilizer Station. Adapun pengembangan solusi-solusi untuk masing-masing potensi bahaya yang telah teridentifikasi sebagai upaya penanggulangan kecelakaan kerja untuk stasiun sterilizer dapat dilihat pada Tabel 5.9. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 1. Operator menarik kabel sling dari winch 4 dan memasang hook kabel sling ke lorry paling akhir yang keluar dari tipper, kemudian operator kembali ke winch 4.  Operator tidak memperhatikan langkah saat membawa kabel sling.  Kabel sling dan hook yang berat.  Lantai disekitar track lorry licin.  Operator harus memakai alat bantu rantai untuk mengikat lorry yang tidak gandengan.  Saat operator menarik kabel sling dan hook, keseimbangan operator dapat hilang sehingga dapat terpeleset dan terjatuh.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Rantai dapat terputus dan mengenai operator.  Melakukan pembersihan track lorry dari buah dan tanah secara rutin, supaya lantai disekitar track tidak licin dan lorry tidak berat saat ditarik dengan winch.  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus.  Menstandarkan agar setiap lorry memiliki gandengan. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 2. Operator melakukan penarikan lorry menggunakan winch 4 dengan menekan tombol : - Tombol atas untuk menarik kabel sling. - Tombol bawah untuk menghentikan penarikan.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling pada bollard berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator.  Melakukan perawatan pada cantolan hook pada lorry dan sambungan kabel sling dengan hook.  Perusahaan mengganti winch yang ada dengan winch yang lebih aman terhadap operator.  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 3. Operator winch 4 melepas hook dari cantolan, kemudian menarik kabel sling dari winch 1 dan memasang hook kabel sling ke lorry yang berada di tengah.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Lantai disekitar pengisian FFB banyak terdapat brondolan yang terjatuh.  Operator harus memakai alat bantu rantai untuk  Saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Saat operator menarik kabel sling dan hook, dapat mengakibatkan terpeleset dan terjatuh.  Posisi postur tubuh operator saat memasang dan melepas hook harus berlutut satu kaki untuk menghindari resiko terpeleset pada lantai licin.  Melakukan perawatan pada track lorry secara rutin.  Melakukan perawatan pada kabel sling secara rutin.  Menstandarisasikan agar setiap lorry memiliki gandengan.  Perusahaan mengganti safety glove Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi mengikat lorry-lorry yang tidak memiliki gandengan.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Rantai dapat terputus dan mengenai operator. yang telah rusak. 4. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1 hingga lorry penuh.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator.  Melakukan perawatan pada cantolan hook pada lorry dan sambungan kabel sling dengan hook.  Perusahaan mengganti winch yang ada dengan winch yang lebih aman terhadap operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. 5. Operator winch 4 melepaskan hook dan membawa, kemudian memasangnya ke lorry paling akhir.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Lantai disekitar pengisian  Saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Posisi postur tubuh operator saat memasang dan melepas hook harus berlutut satu kaki untuk menghindari resiko terpeleset pada lantai licin.  Melakukan perawatan pada track lorry secara rutin.  Melakukan perawatan pada kabel sling secara rutin. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi FFB banyak terdapat brondolan yang terjatuh.  Operator harus memakai alat bantu rantai untuk mengikat lorry yang tidak memiliki gandengan.  Saat menarik kabel sling dan hook, keseimbangan operator dapat hilang sehingga dapat terpeleset dan terjatuh.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Menstandarisasikan agar setiap lorry memiliki gandengan.  Perusahaan mengganti safety glove yang telah rusak. 6. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1 menuju transfer carriage. • Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang. • Tuas pengatur susunan  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada  Melakukan perawatan pada cantolan hook pada lorry dan sambungan kabel sling dengan hook.  Perusahaan mengganti winch yang Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi gulungan kabel sling berada di luar jangkauan operator. disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. ada dengan winch yang lebih aman terhadap operator.  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. 7. Operator transfer carriage melepaskan hook dan membawanya, kemudian memasangnya ke lorry yang  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Operator saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan  Posisi postur tubuh operator saat memasang dan melepas hook harus berlutut satu kaki untuk menghindari resiko terpeleset pada lantai licin.  Melakukan pembersihan track lorry Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi berada paling depan.  Lantai disekitar track lorry licin. operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling. secara rutin.  Melakukan perawatan pada kabel sling secara rutin.  Perusahaan mengganti safety glove yang telah rusak. 8. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 1. • Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang. • Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Melakukan perawatan pada cantolan hook pada lorry dan sambungan kabel sling dengan hook.  Perusahaan mengganti winch yang ada dengan winch yang lebih aman Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi berada di luar jangkauan operator.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator. terhadap operator.  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. 9. Operator transfer carriage melepaskan hook dan melakukan pemindahan jalur track dengan tombol :  Operator harus membungkuk ketika melepaskan hook.  Posisi operator transfer  Posisi sempit yang berada diantara lorry dan panel kendali transfer carriage dapat menjepit operator.  Posisi postur tubuh operator saat memasang dan melepas hook harus berlutut satu kaki untuk menghindari resiko terpeleset pada lantai licin. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi - Track 1, untuk memilih jalur dari loading ramp. - Track 2, untuk memilih jalur sterilizer 1. - Track 3, untuk memilih jalur sterilizer 2. - Push Dock, untuk mendorong lorry keluar dari transfer carriage. carriage berada diantara lorry dan panel transfer carriage. • Lantai disekitar track lorry pada transfer carriage dalam keadaan licin.  Operator bisa terpeleset dan kepala operator menghantuk lorry.  Melakukan pembersihan track lorry pada transfer carriage secara rutin.  Posisi operator pada saat mengoperasikan transfer carriage harus berada di samping panel kendali transfer carriage agar tidak terjepit lorry. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 10. Operator transfer carriage mengeluarkan lorry dengan menekan tombol Push Dock. Operator harus memakai alat bantu batangan besi pada push dock agar lorry dapat keluar dari transfer carriage. Lorry dapat tergelincir saat berpindah dari track transfer carriage ke track sterilizer hingga dapat terjatuh.  Operator harus memperhatikan track transfer carriage dan track sterilizer telah sejajar lurus.  Operator harus lebih berhati – hati saat mengoperasikan transfer carriage. 11. Operator winch 1 menarik kabel sling dari winch 2 dan membawa, kemudian memasang hook ke lorry dari tranfer carriage. Posisi operator membungkuk ketika menarik kabel sling.  Cidera pada otot punggung dan pinggang.  Operator bisa terpeleset dan kepala operator menghantuk lorry.  Perusahaan mengganti winch yang ada dengan winch yang lebih aman terhadap operator.  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. 12. Operator winch 1 melakukan penarikan dengan winch 2.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator.  Melakukan perawatan pada cantolan hook pada lorry dan sambungan kabel sling dengan hook.  Perusahaan mengganti winch yang ada dengan winch yang lebih aman terhadap operator. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. 13. Operator winch 1 melepas hook dari cantolan, kemudian operator kembali ke winch 1.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Operator saat melepaskan dan memasang hook harus membungkuk dilantai sekitar track yang licin sehingga dapat mengakibatkan operator  Posisi postur tubuh operator saat memasang dan melepas hook harus berlutut satu kaki untuk menghindari resiko terpeleset pada lantai licin.  Melakukan pembersihan track lorry secara rutin. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi terpeleset ataupun kepala operator dapat terhantuk pada lorry. 14. Operator winch 3 menarik dan membawa kabel sling dari winch 3, kemudian memasang hook ke lorry yang berada paling akhir.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Posisi postur tubuh operator saat memasang dan melepas hook harus berlutut satu kaki untuk menghindari resiko terpeleset pada lantai licin.  Perusahaan mengganti safety glove yang telah rusak.  Melakukan pembersihan track lorry secara rutin. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi  Cidera pada otot punggung dan pinggang. 15. Operator winch 3 melakukan penarikan dengan winch 3.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator.  Melakukan perawatan pada cantolan hook pada lorry dan sambungan kabel sling dengan hook.  Perusahaan mengganti winch yang ada dengan winch yang lebih aman terhadap operator.  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. 16. Operator winch 3 membuka pintu sterilizer dan menurunkan jembatan sterilizer cantilever dengan tombol : - Door Open, untuk membuka pintu sterilizer. - Bridge Lower, untuk menurunkan jembatan sterilizer. Pengukur tekanan sterilizer yang kecil dan berada diatas sterilizer dan berjarak ± 3 m dari panel control. Saat membuka pintu sterilizer, operator beresiko terkena tekanan dari dalam sterilizer. • Mengganti indikator pengukur tekanan dengan yang lebih besar dan melakukan perawatan secara rutin. • Operator harus lebih berhati – hati dan mematuhi cara kerja yang benar saat mengoperasikan pintu dan jembatan sterilizer. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 17. Operator winch 3 menarik lorry ke dalam sterilizer dengan winch 3.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator.  Melakukan perawatan pada cantolan hook pada lorry dan sambungan kabel sling dengan hook.  Perusahaan mengganti winch yang ada dengan winch yang lebih aman terhadap operator.  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja Penarikan Lorry ke Sterilizer Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 18. Operator winch 3 mendorong lorry ke dalam sterilizer dan mengangkat jembatan serta menutup pintu sterilizer dengan tombol : - Push Dock, untuk mendorong lorry ke dalam sterilizer. - Door Close, untuk menutup pintu sterilizer. - Bridge Close, untuk menaikkan jembatan sterilizer. Operator memastikan posisi lorry agar tidak menghalang pintu sterilizer dengan cara berada diantara lorry dan pintu sterilizer dan berada diatas jembatan sterilizer. Operator dapat terpeleset dan terjatuh dari jembatan sterilizer.  Operator memperhatikan dudukan jembatan agar tepat pada reltrack lorry.  Operator harus lebih berhati-hati dan mematuhi cara kerja yang benar saat bekerja. Universitas Sumatera Utara b. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Threser Threser Station. Adapun pengembangan solusi-solusi untuk masing-masing potensi bahaya yang telah teridentifikasi sebagai upaya penanggulangan kecelakaan kerja untuk stasiun threser dapat dilihat pada Tabel 5.10. Tabel 5.10. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 1. Operator sterilizer membuka pintu sterilizer dan menurunkan jembatan sterilizer cantilever dengan tombol : - Bridge Lower, untuk menurunkan jembatan sterilizer. - Door Open, untuk membuka pintu sterilizer. - Push Dock, untuk mendorong keluar lorry dari sterilizer. Pengukur tekanan sterilizer yang kecil dan berada diatas sterilizer dan berjarak ± 4 m dari panel control. Saat membuka pintu sterilizer, operator beresiko terkena tekanan dari dalam sterilizer. • Mengganti indikator pengukur tekanan dengan yang lebih besar dan melakukan perawatan secara rutin. • Operator harus lebih berhati-hati dan mematuhi cara kerja yang benar saat mengoperasikan pintu dan jembatan sterilizer. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 2. Operator winch 6 menarik dan membawa kabel sling dari winch 6, kemudian memasang hook ke lorry yang keluar dari sterilizer.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan dan memasang hook.  Lantai disekitar track lorry licin.  Saat melepaskan dan memasang hook disekitar track yang licin dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Cidera pada otot punggung dan pinggang.  Posisi postur tubuh operator saat memasang dan melepas hook harus berlutut satu kaki untuk menghindari resiko terpeleset pada lantai licin.  Perusahaan mengganti safety glove yang telah rusak.  Melakukan pembersihan track lorry secara rutin. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 3. Operator winch 6 melakukan penarikan dengan winch 6 menuju transfer carriage dengan menekan tombol : - Tombol hijau untuk menarik kabel sling. - Tombol merah untuk menghentikan penarikan. • Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang. • Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling pada bollard berada di luar jangkauan operator.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator.  Melakukan perawatan pada cantolan hook pada lorry dan sambungan kabel sling dengan hook.  Perusahaan mengganti winch yang ada dengan winch yang lebih aman terhadap operator.  Melakukan perawatan pada permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 4. Operator transfer carriage melepaskan hook dan melakukan pemindahan jalur track menuju tippler gate dengan tombol : - Track 1, untuk memilih jalur sterilizer 2. - Track 2, untuk memilih jalur sterilizer 1. - Track 3, untuk memilih jalur tippler gate.  Operator harus membungkuk ketika melepaskan hook.  Posisi operator berada diantara lorry dan panel transfer carriage.  Posisi sempit yang berada diantara lorry dan panel transfer carriage dapat menjepit operator.  Operator bisa terpeleset dan mengakibatkan kepala operator menghantuk lorry. • Posisi operator pada saat mengoperasikan transfer carriage harus berada di samping panel kendali transfer carriage agar tidak terjepit lorry. • Melakukan pembersihan track lorry pada transfer carriage secara rutin. 5. Operator winch 5 menarik kabel sling dari winch 5 dan membawa  Operator harus membungkuk ketika  Saat menarik hook disekitar track yang licin dapat  Posisi postur tubuh operator saat menarik hook harus tegak lurus Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi hook menuju transfer carriage. menarik hook dari winch.  Lantai disekitar track lorry licin. mengakibatkan operator terpeleset dan kepala operator dapat terhantuk pada lorry.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Cidera pada otot punggung dan pinggang. untuk menghindari resiko terpeleset pada lantai licin dan resiko cidera pada otot punggung dan pinggang.  Perusahaan mengganti safety glove yang telah rusak.  Melakukan pembersihan track lorry secara rutin. 6. Operator transfer carriage memasang hook dari winch 5 ke lorry di tranfer carriage.  Operator harus membungkuk ketika memasang hook pada lorry.  Saat memasang hook disekitar track yang licin pada transfer carriage dapat mengakibatkan operator terpeleset dan kepala  Posisi postur tubuh operator saat memasang hook harus berlutut satu kaki untuk menghindari resiko terpeleset pada lantai licin. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi  Lantai disekitar track lorry licin. operator dapat terhantuk pada lorry.  Tangan operator dapat tertusuk serabut kabel sling.  Perusahaan mengganti safety glove yang telah rusak.  Melakukan pembersihan track lorry secara rutin. 7. Operator winch 5 melakukan penarikan dengan winch 5 menuju tippler gate.  Tuas pengatur susunan gulungan kabel sling berada di luar jangkauan operator.  Operator tidak terlindungi dari kabel sling yang tegang.  Cantolan hook yang patah dapat mengakibatkan hook terlepas dan terlempar ke arah operator yang ada disekitar.  Kabel sling yang putus dapat menyambar operator.  Melakukan perawatan pada cantolan hook pada lorry dan sambungan kabel sling dengan hook.  Perusahaan mengganti winch yang ada dengan winch yang lebih aman terhadap operator.  Melakukan perawatan pada Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi permukaan bollard penggulung kabel sling agar rata tidak licin karena aus sehingga kabel sling tidak cepat rusak dan putus. 8. Operator tippler memastikan secara visual posisi lorry pada tippler gate.  Lantai disekitar tippler gate licin dan kotor.  Operator dipengaruhi oleh kebisingan mesin threser.  Saat operator memastikan posisi lorry di dalam tippler, operator dapat tergelincir dan terjatuh.  Kebisingan mesin threser dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator.  Operator harus lebih berhati-hati dan mematuhi cara kerja yang benar saat bekerja.  Operator harus menggunakan earplug penutup telinga yang disediakan perusahaan. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 9. Operator tippler melakukan pemutaran lorry sebesar 360° pada tippler gate dengan menekan tombol : - Tombol hijau untuk melakukan perputaran. - Tombol merah untuk menghentikan perputaran. Operator dipengaruhi oleh kebisingan mesin threser. Kebisingan mesin threser dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator.  Operator harus menggunakan earplug penutup telinga yang disediakan perusahaan.  Operator harus lebih berhati-hati dan mematuhi cara kerja yang benar saat mengoperasikan tippler. 10. Operator threser mengawasi opaerasi kerja mesin threser.  Lantai disekitar mesin threser licin.  Operator dipengaruhi oleh kebisingan mesin threser.  Saat operator mengawasi operasi kerja mesin threser, operator dapat tergelincir dan terjatuh.  Operator harus lebih berhati-hati dan mematuhi cara kerja yang benar saat bekerja.  Operator harus menggunakan Universitas Sumatera Utara Tabel 5.10. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Threser Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi  Kebisingan mesin threser dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. earplug penutup telinga dan APD lainnya yang disediakan oleh perusahaan. c. Aktivitas Kerja Operator pada Stasiun Kernel Kernel Station. Adapun pengembangan solusi-solusi untuk masing-masing potensi bahaya yang telah teridentifikasi sebagai upaya penanggulangan kecelakaan kerja untuk stasiun kernel dapat dilihat pada Tabel 5.11. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Kernel No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 1. Operator CBC Cake Breaker Conveyor melakukan pengawasan proses pemisahan serabut dari nut pada CBC. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Operator tidak memakai earplug yang disediakan perusahaan. • Kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. • Operator harus menggunakan earplug penutup telinga yang disediakan perusahaan. • Operator harus lebih berhat-hati dan mematuhi cara kerja yang benar. 2. Operator depericarper mengawasi jalannya depericarper drum. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Operator tidak memakai earplug yang disediakan perusahaan. • Kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator.  Operator harus menggunakan earplug penutup telinga yang disediakan perusahaan.  Operator harus lebih berhati-hati dan mematuhi cara kerja yang benar saat bekerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Kernel Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi 3. Operator nut grading drum memastikan pengiriman dan pemasukkan nut dari penampungan nut ke grading drum dilakukan secara merata. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Berada dekat dengan bahan CaCO 3 untuk claybath. • Operator tidak memakai earplug dan dust masker yang disediakan perusahaan. • Kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. • Bahan CaCO 3 dapat terhirup operator.  Operator harus menggunakan earplug penutup telinga yang disediakan perusahaan.  Operator harus menggunakan dust masker yang disediakan perusahaan.  Operator harus lebih berhati – hati dan mematuhi cara kerja yang benar saat bekerja. 4. Operator winnower memastikan sistem pemisah kernel dijalankan sebelum pemecahan nut ripple mill dijalankan. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak • Operator harus menggunakan earplug penutup telinga yang disediakan perusahaan. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Kernel Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi • Operator tidak memakai earplug yang disediakan perusahaan. kemampuan pendengaran operator.  Operator harus mematuhi cara kerja yang benar saat bekerja terutama saat mengawasi winno wer. 5. Operator ripple mill mengawasi pemasukkan nut ke dalam ripple mill secara dilakukan secara merata. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Lantai dipenuhi oleh nut yang berasal dari nut hopper. • Ripple mill berada dekat dengan timbunan fiber. • Pengaruh kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. • Kaki operator bisa tergelincir dan terjatuh. • Serbuk fiber dapat terhirup operator.  Operator harus menggunakan earplug penutup telinga yang disediakan perusahaan.  Operator harus lebih berhati – hati saat melangkahkan kakinya.  Operator harus menggunakan dust masker. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Kernel Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi • Operator tidak memakai earplug dan kacamata pelindung yang oleh disediakan perusahaan. • Nut yang keluar dari nut hopper dapat mengenai mata operator.  Operator harus menggunakan kacamata pelindung yang disediakan perusahaan. 6. Operator ripple mill memeriksa pecahan campuran yang dihasilkan pada ripple mill. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Lantai dipenuhi oleh nut yang berasal dari nut hopper. • Ripple mill berada dekat dengan timbunan fiber. • Pengaruh kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. • Kaki operator bisa tergelincir dan terjatuh. • Serbuk fiber dapat terhirup operator.  Operator harus menggunakan earplug penutup telinga yang disediakan perusahaan.  Operator harus lebih berhati – hati saat melangkahkan kakinya.  Operator harus menggunakan dust masker.  Operator harus menggunakan Universitas Sumatera Utara Tabel 5.11. Pengembangan Solusi-solusi untuk Aktivitas Kerja pada Stasiun Kernel Lanjutan No. Urutan Langkah-langkah Pekerjaan Kondisi Aktual Identifikasi Potensi Bahaya Pengembangan Solusi-solusi • Operator tidak memakai earplug Operator tidak memakai dan kacamata pelindung yang disediakan perusahaan. • Pecahan nut yang keluar dari ripple mill dapat mengenai mata operator. kacamata pelindung yang disediakan perusahaan. 7. Operator claybath melakukan pengawasan proses pengolahan nut pada claybath. • Tingkat kebisingan melewati 85 dBA. • Berada dekat dengan bahan CaCO 3 untuk claybath. • Pengaruh kebisingan dalam waktu jangka panjang dapat merusak kemampuan pendengaran operator. • Bahan CaCO 3 dapat terhirup operator.  Operator harus menggunakan earplug penutup telinga yang disediakan perusahaan.  Operator harus menggunakan dust masker yang disediakan perusahaan. Universitas Sumatera Utara Berikut merupakan alternatif winch yang diusulkan dari hasil pengembangan solusi-solusi untuk menggantikan winch yang digunakan oleh perusahaan yang dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut. Gambar 5.7. Alternatif Winch Pengganti dari Winch yang Digunakan Oleh Perusahaan Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI

Dokumen yang terkait

Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014

28 233 147

Analisis Kecelakaan Kerja Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis Di PT. Anugrah Pratama

7 91 99

Analisis Potensi Bahaya Sebagai Upaya Penanggulangan Kecelakaan Kerja Dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) Di PT. Serba Indah Aneka Pangan.

3 83 127

Analisis Bahaya Pekerjaan Bagian Paper Machine Berdasarkan Metode Job Safety Analysis (JSA) Dalam Upaya Pengendalian Bahaya

0 38 6

ANALISIS BAHAYA PEKERJAAN BAGIAN PAPER MACHINE BERDASARKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA (Studi Kualitatif di Industri Kertas)

0 23 23

ANALISIS POTENSI DAN PENGENDALIAN BAHAYA DENGAN METODE RISK ASSESSMENT DAN ANALISIS POTENSI DAN PENGENDALIAN BAHAYA DENGAN METODE RISK ASSESSMENT DAN JOB SAFETY ANALYSIS DI UKM WIJAYA PRIMA SOLO.

0 3 16

BAB 1 ANALISIS POTENSI DAN PENGENDALIAN BAHAYA DENGAN METODE RISK ASSESSMENT DAN JOB SAFETY ANALYSIS DI UKM WIJAYA PRIMA SOLO.

1 7 10

PENILAIAN RISIKO PEKERJAAN DENGAN JOB SAFETY ANALYSIS Penilaian Risiko Pekerjaan Dengan Job Safety Analysis (Jsa) Terhadap Angka Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 18

PENILAIAN RISIKO PEKERJAAN DENGAN JOB SAFETY ANALYSIS Penilaian Risiko Pekerjaan Dengan Job Safety Analysis (Jsa) Terhadap Angka Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

2 3 28

Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014

0 0 15