Ruang Lingkup Perusahaan Lokasi Perusahaan Daerah Pemasaran Standard Mutu BahanProduk

f. Terawas Palm Oil Mill, kapasitas 20 tonjam. g. Makp, komoditi karet. h. Cengal Crumb Rubber, komoditi karet. 3. Luar daerah Sumatera diantaranya : a. Kertasari Jawa Barat, komditi teh. b. Trebasala Jawa Timur, komoditi kopi dan cokelat. c. Palangisang Sulawesi Selatan, komoditi karet. Begerpang POM Palm Oil Mill merupakan Pabrik Kelapa Sawit PKS milik PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk, yang berada pada wilayah Sumatera Utara yang terletak di Desa Begerpang, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang. Pabrik ini didirikan sejak tahun 2002 dan mulai beroperasi pada tanggal 9 Juli 2003 dengan kapasitas produksi 45 tonjam.

2.2. Ruang Lingkup Perusahaan

Ruang lingkup pabrik kelapa sawit Begerpang POM Palm Oil Mill milik PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk, bergerak dalam bidang pengolahan buah kelapa sawit. Pabrik ini memproduksi dua jenis minyak dari hasil pengolahan yang dipasarkan, yaitu : 1. Fresh Fruit Bunch FFB diolah menjadi minyak sawit atau CPO Crude Palm Oil. 2. Inti biji sawit diolah menjadi PKO Palm Kernel Oil yang mulai diproduksi sejak awal bulan Juni 2006. Universitas Sumatera Utara

2.3. Lokasi Perusahaan

Pabrik kelapa sawit Begerpang POM Palm Oil Mill milik PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk, terletak di Desa Begerpang, Kecamatan Galang, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, dengan jarak 10 km dari Tanjung Morawa atau sekitar 20 km dari kota Medan.

2.4. Daerah Pemasaran

Pabrik kelapa sawit Begerpang POM memiliki daerah pemasaran yang meliputi wilayah dalam negeri, dan sebagian diekspor ke luar negeri seperti Singapura, Australia, Vietnam, Amerika Serikat, Brazil, Inggris, Korea, dan lain-lain. Untuk selanjutnya CPO dan PKO diolah lagi menjadi minyak goreng, sabun, deterjen, margarine, dan lain-lain.

2.5. Proses Produksi

Proses dari pengolahan minyak pada Begerpang POM dimulai proses penerimaan buah Reception Station, perebusan Sterilizer Station, pembantingan Thresing Station, pengepressan Pressing, pengolahan biji Kernel Station, dan klarifikasi Clarification Station. Uraian dari proses pengolahan dapat dilihat sebagai berikut.

A. Penerimaan Buah Reception Station

FFB Fresh Fruit Bunch hasil dari kebun dibawa ke pabrik dengan menggunakan truk. Kemudian dilakukan penimbangan buah pada jembatan timbangan untuk mengukur berat bersih netto FFB yang masuk. Berat bersih Universitas Sumatera Utara FFB yang masuk dihitung dengan mencari selisih antara berat truk beserta isinya bruto dengan berat truk dalam keadaan kosong tarra. Kemudian setelah ditimbang FFB dibawa ke bagian penimbunan buah loading ramp yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara. Sebelum FFB diisikan ke dalam lorry, buah disortir untuk mengetahui mutu buah yang akan diolah yang berdasarkan jumlah buah yang brondol sampai di loading ramp. FFB yang telah di sortir dibawa ke dalam loading ramp dengan tujuan untuk memudahkan masuknya buah ke dalam lorry. Loading ramp dibuat dari plat baja dengan kemiringan 25°-40° dan terdiri dari 20 pintu dengan kapasitas 15 ton tiap pintunya dan dibuka secara mekanis dengan menggunakan tenaga hidrolik. Cara pengisian lorry : 1. Lorry digunakan untuk mengangkut ke tempat perebusan buah sawit ditarik dengan tali capstand dan diposisikan didepan pintu loading ramp. Satu unit lorry memiliki kapasitas ± 10 ton FFB. 2. Pintu loading ramp yang telah penuh dengan FFB dibuka satu persatu dan FFB masuk ke dalam lorry. 3. Lorry yang sudah penuh dibawa ke stasiun perebusan sterilization.

B. Perebusan Sterilizer Station

Lorry-lorry yang telah berisi FFB dimasukkan ke ketel perebusan sterilizer dengan bantuan bollard dan tali capstand. Setiap satu sterilizer mampu memuat 5 lorry dengan masing-masing lorry berkapasitas 10 ton FFB. 1. Tujuan Perebusan. Tujuan dilakukannya perebusan pada FFB adalah untuk : Universitas Sumatera Utara a. Penyempurnaan dalam Pengolahan Minyak, karena zat globulin yang dapat menimbulkan emulsi pada daging buah terkoagulasi sehingga tidak terikut pada minyak kasar dari hasil pengempaan. Zat-zat yang terkoagulasi ini tinggal dalam ampas kempa. b. Memudahkan pelepasan brondolan loose fruit, karena suhu yang tinggi selama perebusan mengakibatkan pektin zat perekatpengikat buah dengan tandan terhidrolisa menjadi asam-asam pektin sehingga brondolan mudah lepas. c. Perebusan juga mengurangi kadar air pada buah dan melelehkan lapisan lilin pada daging buah sehingga melunakkan daging buah, Hal ini memudahkan proses pengadukan dan memudahkan lepasnya minyak dari sel daging buah. d. Mematikan enzim lipase maupun enzim lainnya seperti lipoxidase yang menyebab hidrolisa pada minyak. e. Penyempurnaan pengolahan inti sawit, karena berfungsi untuk memudahkan pelepasan inti dari cangkang. Dengan perebusan, kadar air dalam cangkang dikurangi sehingga daya lekat akan berkurang. f. Sistem Perebusan. 2. Sistem perebusan dan lamanya perebusan dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Sistem Perebusan Tiga Puncak Step Status Step Waktu Menit Total Waktu Menit Valve Position Inlet Exhause Condensate 1 Deaeration 2 - o s o 2 First Peak 18 20 o s s 3 Condensate Open 2 22 s s o 4 Blow Off 2 24 s o o Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Sistem Perebusan Tiga Puncak lanjutan Step Status Step Waktu Menit Total Waktu Menit Valve Position Inlet Exhause Condensate 5 Second Peak 17 41 o s s 6 Condensate Open 3 44 s s o 7 Blow Off 2 46 s o o 8 Third Peak 17 63 o s s 9 Deaeration 0,5 63,5 o s o 10 Third Peak 15 78,5 o s s 11 Deaeration 0,5 79 o s o 12 Deaeration 16 95 o s s 13 Condensate Open 3 98 s s o 14 Blow Off 7 105 s o o Sumber : PT. PP. London Sumatra Indonesia Tbk Begerpang POM Jadi total keseluruhan ini sebesar 105 menit lamanya pada proses sterilizer. Status Valve Position : O = Open Buka S = Shut Tutup Sistem perebusan dan lamanya perebusan dapat dilihat pada gambar 2.1. 41 20 46 24 95 105 1,5 2,5 3,5 Time Bar Gambar 2.1. Grafik Sistem Perebusan Tiga Puncak Universitas Sumatera Utara 3. Hal-hal yang Mempengaruhi Perebusan. a. Tekanan dan waktu perebusan yang terlalu tinggi atau lama akan menimbulkan : - Warna minyak terlalu tua coklat. - Tingkat losses minyak pada empty bunch akan naik. b. Tekanan dan waktu perebusan yang kurang atau cepat akan menimbulkan : - Buah kurang masak sehingga sebagian berondolan tidak lepas dari tandan. - Pelumatan didalam digester tidak sempurna. - Oil Losses pada saat pengepresan tinggi fibre basah. - Serabut fibre basah akan menyebabkan pembakaran pada boiler tidak sempurna. 4. Perhitungan. Perhitungan kapasitas perebusan dilakukan dengan rumus berikut : Kapasitas Perebusan = T xNxLxS 60 = 120 10 5 2 60 x x x = 50 Ton Keterangan : N = Jumlah Sterilizer L = Jumlah Lorry Dalam 1 Sterilizer S = Kapasitas Lorry 10 Ton T = Waktu Siklus 120 Menit Universitas Sumatera Utara

C. Pembantingan Treshing Station

Pembantingan treshing station adalah proses pemisahan brondolan dari janjang buah kelapa sawit setelah dari Sterilizer dengan menggunakan mesin tresher. Treshing station pada Begerpang POM terdiri dari : 1. Tippler. Tippler berfungsi mengeluarkan tandan buah sawit yang telah direbus dari lorry dengan cara memutar lorry 360 di dalam tippler gate. Lorry kemudian diputar dengan menggunakan tippler sehingga buah yang ada didalamnya akan ditumpahkan ke bunch scraper conveyor. Penuangan FFB pada bunch conveyor ini harus benar-benar dijaga agar tidak terjadi kelebihan kapasitas dan mengurangi efektifitas tresher yang membuat losses minyak pada empty bunch menjadi tinggi. 2. Fruit Bunch Scraper Conveyor. Fruit bunch yang telah ditumpahkan oleh tippler selanjutnya dibawa oleh fruit bunch scraper conveyor ke tresher 1 dengan bantuan top distributing bunch conveyor. 3. Tresher. Setelah melalui top distributing bunch conveyor, FFB masuk kedalam tresher, maka FFB tersebut akan diputar dibanting berulang-ulang dengan tujuan untuk melepaskan semua loose fruit dari bunch. Tresher ini dilengkapi dengan batang-batang besi yang memanjang sepanjang Tresher yang berfungsi untuk memudahkan FFB terangkat dan jatuh terbanting sehingga loose fruit akan terlepas dari bunch. Putaran tresher ± 20 rpm, bila terlalu cepat buah tidak terbanting secara sempurna. Sedangkan bila putaran terlalu lambat maka akan Universitas Sumatera Utara menyebabkan buah tertumpuk sehingga tidak akan terjadi pembantingan karena beban melebihi kapasitas drum tresher. 4. Hard Bunch Recycling Conveyor. Hard bunch recycling conveyor berfungsi untuk membawa empty bunch yang keluar dari tresher 1 menuju ke empty bunch crusher. 5. Empty Bunch Crusher. Empty bunch yang dibawa oleh hard bunch recycling conveyor dimasukkan ke empty bunch crusher untuk dihancurkan sebelum masuk ke thresher 2 sehingga memudahkan pemisahan lebih lanjut loose fruit yang masih melekat pada bunches. 6. Fruit Conveyor. Loose fruit yang berasal dari tresher 1 dan 2 kemudian diangkut oleh fruit conveyor menuju fruit elevator. Fruit conveyor Begerpang POM terdiri dari thresher 1 bottom fruit conveyor, tresher 2 bottom fruit conveyor, bottom cross fruit conveyor, dan main bottom fruit conveyor. 7. Empty Bunch Scraper Conveyor. Empty bunch dari tresher 2 dibawa oleh empty bunch scraper conveyor 1st ke mesin empty bunch press. Choping hasil dari empty bunch press dibawa oleh empty bunch scraper conveyor 2nd ke empty bunch hopper. 8. Empty Bunch Hopper. Empty bunch hopper berfungsi untuk penampungan sementara empty bunch yang dibawa oleh empty bunch conveyor sebelum dibawa ke enriched mulch locationcomposting area. Universitas Sumatera Utara

D. Stasiun Pengepresan Pressing Station

Stasiun pengepresan melakukan pengambilan minyak dari pericarp yang dilakukan dengan cara pelumatan dan pengempaan. Pelumatan dilakukan dengan digester dan pengempaan dilakukan dengan Screw Press. Proses Press station terdiri dari : 1. Loose Fruit Elevator. Loose fruit yang berasal dari fruit conveyor pada threshing station kemudian diangkut dengan loose fruit elevator ke bagian atas untuk didistribusikan ke setiap digester dengan distribution conveyor. 2. Top Distributing Fruit Conveyor. Loose fruit brondolan yang berasal dari loose fruit elevator selanjutnya didistribusikan oleh top distributing fruit conveyor ke bagian digester. 3. Digester. Digester merupakan sebuah tabung silinder berlapis dan mempunyai as putar yang dilengkapi dengan pisau pengaduk. Pisau-pisau ini dibuat bersilang antara satu dengan yang lainnya agar daya aduk pisau ini cukup besar dan letak pisau dibuat miring, sehingga buah yang diaduk turun naik agar proses pelumatan menjadi lebih sempurna serta membuat pericarp pecah dan terlepas dari bijinya. Alat ini berfungsi untuk melumatkan Loose Fruit sebelum diproses didalam mesin screw press. Tujuan pelumatan ini adalah membuka daging buah mesocarp, sehingga mempermudah dalam proses pengempaan pressing. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pengadukan ini : Universitas Sumatera Utara a. Minyak yang terbentuk dalam proses pengadukan harus dikeluarkan karena jika minyak dan air tersebut tidak dikeluarkan maka akan bertindak sebagai bahan pelumas sehingga gaya gesekan akan berkurang dimesin press. b. Digester harus selalu penuh atau sedikitnya ¾ dari kapasitas Digester. Hal ini dilakukan agar terjadi penekanan buah didalam Digester untuk masuk kedalam screw press sehingga akan terjadi pengepresan yang sempurna. c. Temperatur dijaga ± 95° C untuk mempermudah proses pada Digester. 4. Screw Press. Screw press merupakan mesin yang memiliki fungsi untuk mengekstraksi minyak dari daging buah. Prinsip dari pengepresan adalah melakukan penekanan terhadap loose fruit yang telah diaduk sehingga terperas dan mengeluarkan minyak yang dikeluarkan melalui oil gutter dan dialirkan ke sand trap tank, sedangkan nut dan fibre dari screw press dikirim ke cake breaker conveyor pada Kernel Recovery Station. Ekstrak crude oil dari mesin screw press kemudian ditambahkan dengan kondensat sebagai dilution water. Campuran crude oil dan dilution water ini dinamakan diluted crude oil DCO. Dilution water yang ditambahkan berfungsi untuk mempermudah proses pemisahan antara crude oil dengan sludge pada Clarification Station. 5. Sand Trap Tank Minyak yang berasal dari screw press selanjutnya diproses di sand trap tank untuk memisahkan pasir dari minyak sebelum dibawa ke DCO tank diproses di Clarification Station. Universitas Sumatera Utara

E. Stasiun Pengolahan Biji Kernel Station

Pada proses Pressing diperoleh Crude Oil dan Nut. Crude Oil diproses di Clarification Station sedangkan Nut dan Fibre diolah distasiun ini hingga diperoleh produk berupa inti sawit Palm Kernel. Pada stasiun ini dapat dibagi menjadi 3 proses yaitu Depericarper, Nut Cracking System, dan Kernel Drying. 1. Depericarper. a. Cake Breaker Conveyor. Nut dan fibre dari screw press yang masih menyatu masuk ke cake breaker conveyor CBC. CBC adalah suatu conveyor yang terdiri dari screw yang berputar pada poros. Pada alat ini cake dipecahkan serta dibawa menuju depericarper untuk memudahkan proses pemisahan nut dan fibre pada separating column. b. Depericarper dan Fibre Cyclone. Pada depericarper dilakukan pemisahan fibre dari nut. Fibre yang merupakan partikel ringan akan terhisap menuju fibre cyclone. Setelah dari fibre cyclone, fibre dibawa ke boiler dengan menggunakan fuel conveyor untuk dijadikan bahan bakar boiler. Nut yang merupakan partikel berat akan dikirim ke nut polishing drum. c. Nut Polishing Drum. Nut polishing drum berfungsi untuk memoles dan membersihkan nut yang berasal dari depericarper agar nut terbebas dari fibre. d. Destoner. Biji-biji dari nut polishing drum melalui nut auger conveyor diteruskan ke destoner nut separating column yang berfungsi untuk memisahkan Universitas Sumatera Utara kotoran-kotoran seperti batu dan besi yang terdapat pada biji-biji. Batu dan besi harus dipisahkan dari biji untuk mencegah kerusakan mesin pemecah biji Ripple Mill. 2. Nut Cracking. a. Nut Grading Drum. Nut separating column berfungsi memisahkan fibre halus dan dihisap oleh nut cyclone fan, sedangkan biji-biji masuk ke nut grading drum. Nut grading drum berfungsi sebagai alat pembagi berdasarkan besar kecilnya diameter biji. Dengan menggunakan nut grading drum, nut dipisahkan menjadi tiga fraksi, yaitu fraksi besar, sedang, dan kecil. Ketiga fraksi tersebut berfungsi juga untuk mempermudah proses pemecahan biji. b. Nut Hopper. Biji-biji dari nut grading drum ditampung secara sementara di nut hopper sebelum diproses di ripple mill. c. Ripple Mill. Nut akan masuk ke dalam ripple mill diantara rotor tube yang berputar dan ripple plate yang bergerigi. Nut akan bergesekan dan terbentur berkali-kali oleh rotor dan gerigi ripple plate yang akhirnya memecahkan shell sehingga kernel dapat keluar. Nut yang diproses oleh ripple mill disebut cracked mixture selanjutnya melalui cracked mixture conveyor diangkut ke Winnowing System. d. Cracked Mixture Elevator. Selanjutnya nut tersebut diangkut ke Winnowing System I dengan menggunakan cracked mixture elevator. Universitas Sumatera Utara e. Winnowing System I. Shell yang merupakan partikel ringan akan ditarik dengan menggunakan winnowing cyclone fan ke Winnowing System I untuk memisahkan shell dari kernel. Dari Winnowing System I, shell tersebut ditransfer oleh fuel conveyor menuju boiler dan digunakan sebagai bahan bakar. Kernel yang merupakan partikel berat akan masuk ke claybath. Sedangkan cracked mixture yang merupakan partikel menuju ke Winnowing System II. f. Winnowing System II. Shell dari kernel yang tidak bisa dipisahkan oleh Winnowing System I, dikirimkan ke Winnowing System II untuk dipisahkan lagi. Pada Winnowing System II, shell akan ditarik ke winnowing cyclone dengan menggunakan winnowing fan. Setelah dari shell cyclone, shell tersebut kemudian ditransfer dengan fuel conveyor ke boiler sebagai bahan bakar, sedangkan kernel menuju ke kernel conveyor. Cracked mixture yang tidak dapat dipisahkan oleh Winnowing System II ditransfer ke claybath. g. Claybath. Claybath berfungsi untuk memisahkan shell dari kernel yang masih tidak dapat dipisahkan oleh Winnowing System I dan Winnowing System II. Shell dipisahkan berdasarkan sensitifitas gaya berat antara Shell dan kernel. Dengan menggunakan larutan CaCO 3 specific grafity 1,140-1,160 sebagai media, kernel yang memiliki berat jenis yang lebih kecil dari pada shell akan mengapung diatas dan mengalir ke kernel side pada claybath screen. Berat jenis larutan semakin lama makin turun karena terbawa atau lengket pada inti sawit ataupun cangkang, sehingga secara berkala Universitas Sumatera Utara dilakukan penambahan CaCO 3 . Cangkang ditransfer ke shell cyclone dan diangkut ke boiler untuk digunakan sebagai bahan bakar. h. Wet Kernel Conveyor. Kernel yang jatuh dari Winnowing System I dan Claybath kemudian diangkut oleh wet kernel conveyor. i. Wet Kernel Elevator. Dari kernel conveyor, kernel diangkut dengan wet kernel elevator menuju kernel dryer silo. 3. Kernel Drying. a. Kernel Dryer Silo. Dengan wet kernel elevator, kernel tersebut didistribusikan ke kernel dryer silo. Pada kernel dryer silo dilakukan pengeringan kernel dengan demikian dihasilkan kernel dengan kualitas baik sesuai yang telah ditargetkan. Proses pengeringan di kernel silo memakai panas steam dari BPV Back Pressure Vessel dengan menggunakan sistem air heater. Kernel dari kernel dryer silo ditransfer ke kernel bulking silo dengan menggunakan kernel transporter yang memakai fan system. Kualitas dari kernel kering produksi kernel adalah sebagi berikut : - Dirt : 6,00 - VM Volatile Matter : 7,00 - FFA Free Fatty Acid : 1 b. Kernel Bulking Silo. Kernel yang berasal dari kernel dryer silo selanjutnya dikirim ke kernel bulking silo sebagai tempat penyimpanan produksi kernel sebelum Universitas Sumatera Utara diangkut oleh truk dan dikirim ke pembeli serta sebelum diproses pada kernel crushing plant menjadi palm kernel oil PKO.

F. Stasiun Klarifikasi Clarification Station

Crude oil yang berasal dari condensate tank masih mengandung kotoran dari daging buah seperti lumpur, air dan lain-lain. Keadaan ini menyebabkan penurunan mutu CPO, maka untuk mendapatkan CPO yang memenuhi standar diperlukan pemurnian CPO tersebut. Proses clarification station terdiri dari : a. Sand Trap Tank. Minyak yang berasal dari screw press selanjutnya di-press di sand trap tank untuk menahan pasir ke DCO sebelum di-press pada clarifier station. b. Vibrating Screen. Fungsi dari vibrating screen adalah untuk menyaring minyak crude oil dari serabut, ampas dan pasir yang dapat mengganggu proses pemisahan minyak. Vibrating screen yang digunakan bertipe double deck dua kali penyaringan dengan saringan pertama 20 mesh dan saringan terakhir 40 mesh yang selanjutnnya dialirkan ke DCO tank. c. DCO Tank. DCO tank merupakan tangki penyimpanan sementara crude oil setelah dari vibrating screen sebelum didistribusikan ke clarification tank. DCO tank dilengkapi dengan steam injection agar minyak tetap encer. d. Distribution Tank. Distribution tank berfungsi untuk menerima crude oil dari DCO tank dan mendistribusikannya ke 2 unit clarifier tank. Universitas Sumatera Utara e. Clarifier Tank. Clarifier tank berfungsi untuk memisahkan antara crude oil dengan sludge dengan cara pengendapan. Clarifier tank dilengkapi dengan alat pengaduk yang berfungsi untuk mempercepat proses pemisahan minyak, temperatur dijaga tetap pada suhu 95º C. Minyak pada lapisan atas meluap melalui skimmer ke bagian clean oil sedangkan sludge turun melalui under flow menuju vibrating screen sludge. f. Clean Oil Tank. Clean oil yang berasal dari clarifier tank ditampung di clean oil tank. Minyak yang ditampung ini masih mengandung air dan kotoran sehingga dilakukan pengendapan dengan melakukan drain down clean oil tank setiap 1 jam sekali. Kandungan air bersih VM pada clean oil tank sebesar 0,79 dan kotoran 0,061 . g. Float Tank. Float tank berfungsi untuk menstabilkan air untuk feeding pada vacuum drier, agar vacuum drier tidak hanya akan menghisap udara. h. Vacuum Drier. Pada vacuum drier dilakukan pemisahan air dari crude oil yang masih mengandung kadar air setelah dari float tank yang dihisap dengan bantuan vacuum pump sehingga air terhisap dan keluar menuju hot water tank. Sedangkan minyak murni keluar dari bottom vacuum drier yang kemudian dipompakan ke storage tank melalui extraction pump. Universitas Sumatera Utara i. Storage Tank. Minyak yang dipompakan dengan transfer pump ditampung didalam storage tank yang berupa CPO produksi dari pabrik sebelum dikirimkan kepada customer. Pada tangki ini, CPO dijaga pada suhu ± 55º C dengan tujuan agar tidak cepat beku. j. Vibrating Screen Sludge. Fungsi dari vibrating screen sludge hampir sama vibrating screen, tetapi digunakan untuk menyaring sludge yang masih mengandung kotoran-kotoran padat. Vibrating screen sludge yang digunakan bertipe single deck satu kali penyaringan dengan saringan 30 mesh. Selanjutnya dipompakan ke sludge tank. k. Sludge Tank. Sludge yang telah tersaring dari vibrating screen sludge dan masih mengandung minyak ditampung dalam sludge tank untuk sementara sebelum dipompakan ke sand cyclone. Sludge dipanaskan pada suhu 95º C dengan menggunakan steam coil. l. Sand Cyclone. Pada sand cyclone, pasir yang terikut pada sludge dari sludge tank dipisahkan dengan rutin setiap 15 menit. Pasir yang terpisahkan jatuh ke bawah dan ditampung dengan sand collecting tank. Sludge yang bersih keluar dari bagian atas dan dialirkan ke balance tank untuk didistribusikan ke sludge centrifuge. m. Balance Tank. Sludge yang keluar dari sand cyclone ditampung sementara kedalam balance tank sebelum didistribusikan ke 6 unit sludge centrifuge. Balance tank Universitas Sumatera Utara ditempatkan pada posisi tinggi agar memudahkan pengaliran sludge, sehingga sludge pada centrifuge selalu dalam keadaan penuh. n. Sludge Centrifuge. Sludge centrifuge berfungsi untuk memisahkan minyak yang masih terdapat pada sludge. Dengan adanya gaya gerak vertikal sentrifugal maka minyak akan terkumpul ditengah dan akan mengalir ke reclaimed oil tank yang kemudian dipompakan ke DCO tank untuk didaur ulang, sedangkan sludge akan keluar melewati nozzle dan keluar dari sludge centrifuge menuju sludge pit. o. Sludge Pit. Sludge yang keluar dari centrifuge dialirkan ke sludge pit untuk ditampung sementara dan sebelum dialirkan kembali ke kolam limbah. Minyak pada lapisan atas meluap melalui skimmer dan dialirkan ke DCO tank untuk didaur ulang, sedangkan sludge turun melalui under flow menuju bak sludge pit kedua sebelum dialirkan menuju sediment pond.

2.6. Standard Mutu BahanProduk

Jenis FFB Fresh Fruit Bunch digolongkan berdasarkan pada jumlah buah yang telah brondol. Jenis FFB ini nantinya akan menjadi standar mutu bahanproduk. Jenis-jenis FFB dikelompokkan ke dalam 10 kategori FFB, yaitu : 1. Buah Immature 0. Keadaan buah yang masih hitam dan keras, tidak ada brondolan yang lepas dari janjang. Universitas Sumatera Utara 2. Buah Unripe 0. Keadaan buah yang mentah dan brondolan yang lepas dari janjang kurang dari 10 brondolan. 3. Buah Under Ripe 20. Keadaan buah yang mengkal dengan kurang dari 10-24 brondolan yang lepas dari janjang. 4. Buah Normal Ripe 75. Keadaan buah yang telah matang dengan lebih dari 25 brondolan yang lepas dari janjang. 5. Buah Over Ripe 2. Yaitu buah dengan brondolan yang lepas 75 atau masih tertinggal 25. 6. Buah Rotten 2. Buah yang seluruhnya atau sebagian dari janjangan telah lembek, dengan warna yang hitam dan berbau. Buah ini mengandung FFA Free Fat Acidity tinggi. Keadaan brondolan tinggal 10. 7. Buah Abnormal 0. Keadaan buah janjang pecah. 8. Buah Bruissed 0. Keadaan buah yang memar dan teroksidasi, buah ini juga mengandung asam lemak bebas FFA yang tinggi. 9. Empty Bunch 0. Keadaan buah yang telah 90 lebih brondolan yang lepas. 10. Long Stalk 1. Universitas Sumatera Utara Keadaan tangkai janjang yang panjangnya lebih dari 2,5 cm, hal ini mempengaruhi penambahan berat pada saat penimbangan dan menimbulkan looses pada saat perebusan.

2.7. Bahan yang Digunakan

Dokumen yang terkait

Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014

28 233 147

Analisis Kecelakaan Kerja Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis Di PT. Anugrah Pratama

7 91 99

Analisis Potensi Bahaya Sebagai Upaya Penanggulangan Kecelakaan Kerja Dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) Di PT. Serba Indah Aneka Pangan.

3 83 127

Analisis Bahaya Pekerjaan Bagian Paper Machine Berdasarkan Metode Job Safety Analysis (JSA) Dalam Upaya Pengendalian Bahaya

0 38 6

ANALISIS BAHAYA PEKERJAAN BAGIAN PAPER MACHINE BERDASARKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BAHAYA (Studi Kualitatif di Industri Kertas)

0 23 23

ANALISIS POTENSI DAN PENGENDALIAN BAHAYA DENGAN METODE RISK ASSESSMENT DAN ANALISIS POTENSI DAN PENGENDALIAN BAHAYA DENGAN METODE RISK ASSESSMENT DAN JOB SAFETY ANALYSIS DI UKM WIJAYA PRIMA SOLO.

0 3 16

BAB 1 ANALISIS POTENSI DAN PENGENDALIAN BAHAYA DENGAN METODE RISK ASSESSMENT DAN JOB SAFETY ANALYSIS DI UKM WIJAYA PRIMA SOLO.

1 7 10

PENILAIAN RISIKO PEKERJAAN DENGAN JOB SAFETY ANALYSIS Penilaian Risiko Pekerjaan Dengan Job Safety Analysis (Jsa) Terhadap Angka Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 18

PENILAIAN RISIKO PEKERJAAN DENGAN JOB SAFETY ANALYSIS Penilaian Risiko Pekerjaan Dengan Job Safety Analysis (Jsa) Terhadap Angka Kecelakaan Kerja Pada Karyawan Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

2 3 28

Analisa Potensi Bahaya Dengan Menggunakan Metode Job Safety Analysis (JSA) Pada Proses Coal Chain di Pertambanagan Batubara PT Mifa Bersaudara Meulaboh Tahun 2014

0 0 15