dan perasaan-perasaan mereka, sehingga terkadang terdapat pembatas antara remaja dan orangtua dalam berkomunikasi, bahkan bisa menjadi konflik pada diri remaja.
Dalam proses rehabilitasi, orang tua menjadi pihak yang pertama memberi dukungan, dengan menunjukkan perhatian, ikut mendengar keluhan yang dirasakan
anak, mengikuti perkembangan proses rehabilitasi, menyediakan dana sesuai dengan kebutuhan anak, menghargai usaha anak, memuji, memberi nasehat, dan lainnya
Amriel, 2008.
2.3.7. Dukungan Sosial dari Teman Sebaya
Perkembangan kemampuan intelektual mendorong para remaja berani membangun diskusi tentang ide atau gagasan bersama kelompoknya. Kemampuan
berdiskusi merupakan penuntun para remaja untuk mengidentifikasi perbedaan pendapat, menguji argumentasi, dan menegaskan alasan sebuah tindakan. Mereka
mengembangkan kemampuan untuk membentuk kelompok teman sebaya peer group atau kelompok-kelompok kecil yang sifatnya lebih tertutup cligue Surbakti,
2008. Menurut Ristianti, A., 2009 yang mengutip pendapat Cairns, R. B. 1988,
dapat disimpulkan bahwa remaja menerima dukungan sosial dari kelompok teman sebaya. Oleh karena itu, remaja berusaha menggabungkan diri dengan teman-teman
sebayanya. Hal ini dilakukan remaja dengan tujuan untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dari kelompok teman sebayanya. Melalui berkumpul dengan teman
sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah
Universitas Sumatera Utara
kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba berbagai hal yang baru serta saling mendukung satu sama lain.
Pada upaya rehabilitasi, metode Long-term residential treatment, dalam praktiknya, pengguna narkoba yang mengikuti program akan dimasukkan kedalam
serangkaian aktivitas selama enam hingga dua belas bulan, program ini difokuskan pada mensosialisasikan kembali si pecandu resosialisasi, serta melibatkan seluruh
anggota komunitas yang ada sebagai unsur aktif dalam proses penyembuhan Hawari, 2002.
Dalam proses rehabilitasi, peran teman sebaya selalu ada dalam setiap kegiatan, contoh, saat orientasi dan pengenalan program, outbond, bimbingan fisik olah raga,
pemeriksaan kesehatan, bimbingan mental psikologi, agama dan kecerdasan, bimbingan sosial, terapi kelompok, kesenian, karya wisata, dan lainnya Kementrian
Sosial RI, 2010. 2.4. Panti Sosial Pamardi Putra PSPP Insyaf Sumatera Utara
Panti Sosial Pamardi Putra PSPP Insyaf merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementrian Sosial Republik Indonesia yang berada di Sumatera Utara,
memberikan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkotika. Rehabilitasi sosial merupakan serangkaian kegiatan profesional yang meliputi
aspek fisik, mental, spritual, sosial, dan vokasional untuk mengembangkan kemampuan dan memulihkan korban penyalahgunaan narkotika agar dapat
menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Panti Sosial Pamardi Putra PSPP Insyaf sebagai pusat rehabilitasi sosial rujukan regional dengan jangkauan pelayanan daerah kabupaten kota pada wilayah
Sumatera dan Kalimantan Barat. PSPP Insyaf mempunyai visi yaitu pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika yang berkualitas dan profesional,
dan misi yaitu menetapkan standarisasi pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika, legislasi pelayanan dan rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan narkotika, mengembangkan alternatif-alternatif inteervensi di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan narkotika, meningkatkan
kemampuan dan kompetensi pekerja sosial, dan membangun jaringan dengan dunia usaha. Tujuan dari PSPP Insyaf adalah korban penyalahgunaan narkotika dapat
melaksanakan keberfungsian sosialnya meliputi kemampuan dalam melaksanakan peran, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah yang dihadapi, dan aktualisasi
diri. PSPP Insyaf di dirikan pada luas tanah 46.962 m
2
, luas bangunan 8.103 m
2
, memiliki kapasitas isi 300 orang, dan kapasitas tampung 100 orang, yang terdiri dari
kantor, aula, ruang pendidikan, ruang ketrampilan, ruang assesment, ruang data dan informasi, ruang perpustakaan, ruang konseling, asrama poliklinik, show room,
rumah dinas, guest house, gedung khusus rehabilitasi terpadu, koperasi, mushala, kendaraan dinas, akses internet, lapangan voli, lapangan bulu tangkis dan tenis,
lapangan sepak takraw. Selama berada di PSPP Insyaf, korban penyalahgunaan narkotika mendapat
fasilitas transportasi kedatangan dan pemulangan, akomodasi dan konsumsi, pakaian olah raga, sepatu, dan pakaian praktek ketrampilan, perlengkapan belajar,
Universitas Sumatera Utara
perlengkapan mandi, mendapat bantuan toolkit peralatan kunci-kunci, dan bantuan usaha ekonomi produktif kompresor, alat doorsmer, mesin gerinda, mesin bor
tangan, kunci sok, mesin bor tangan, kunci sok, kunci ring-pas, dan sebagainya bagi eks klien yang telah membuka usaha perbengkelan Kementrian Sosial RI, 2010.
Sasaran pelayanan di PSPP Insyaf adalah penyalahguna narkotika yang tidak ketergantungan klien konvensional, dan penyalaguna narkotika yang masih
ketergantungan klien terpadu, dengan prosedur penerimaan klien yaitu penerimaan klien yang tidak ketergantungan narkotika dilaksanakan pada bulan januari sampai
dengan februari, penerimaan klien yang masih ketergantungan narkotika dilaksanakan setiap saat. Proses pendaftaran calon klien dengan cara orang tua wali langsung
menghubungi PSPP Insyaf Sumatera Utara atau menghubungi kantor dinas sosial setempat Kementrian Sosial RI, 2010.
Pelayanan dan bimbingan rehabilitasi secara menyeluruh dan terpadu, terdiri dari registrasi dan penerimaan, orientasi dan pengenalan program, out bond,
bimbingan fisik senam, olahraga, pemeriksaan urinedarah, pengobatan ringan, pengobatan ke puskesmas rumah sakit, bimbingan mental, psikologi, agama dan
kecerdasan, bimbingan sosial dengan menggunakan metode therapeutic community bagi klien terpadu dan semi therapeutic community bagi klien konvensional,
konseling dan terapi kelompok, pendampingan dan rujukan advokasi sosial, pelayanan perpustakaan, kesenian, karya wisata dan bimbingan ketrampilan kerja
ketrampilan sepeda motor, mobil dan elektro; praktek belajar kerja pbk; bimbingan
Universitas Sumatera Utara
kewirausahaan, penyaluran di usaha perbengkelan, peningkatan kompetensi di bengkel kerja sheltered workshop Kementrian Sosial RI, 2010.
Kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkotika sesuai dengan standar minimal dan pedoman pelayanan dan rehabilitasi sosial
penyalahgunaan narkotika yang disusun oleh Badan Narkotika Nasional 2003, meliputi:
1. Pendekatan awal Pendekatan awal adalah kegitan yang mengawali keseluruhan proses
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi sosial lain
guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien dengan persyaratan yang telah ditentukan.
2. Penerimaan Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah
calon klien diterima atau tidak, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Pengurusan administrasi surat menyurat yang diperlukan untuk persyaratan masuk panti seperti surat keterangan medical check up, surat keterangan cek
urine negatif, dan lainnya. b. Pengisian formulir, wawancara, dan penentuan syarat menjadi residen
c. Pencatatan residen dalam buku registrasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Assesment
Assesment merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui seluruh permasalahan residen, menetapkan rencana dan pelaksanaan
intrevensi. Kegiatan assesment meliputi: a. Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang keadaan residen
b. Melaksanakan diagnosa permasalahan c. Menentukan langkah-langkah rehabilitasi
d. Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan e. Menetapkan residen dalam proses rehabilitasi
4. Bimbingan Fisik Kegiatan ini untuk memulihkan kondisi fisik residen, meliputi: pelayanan
kesehatan, peningkatan gizi, baris berbaris, dan olah raga. 5. Bimbingan Mental dan Sosial
Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagamaan, budi pekerti individual dan sosial kelompok, dan motivasi residen psikologi.
6. Bimbingan Orang Tua dan Keluarga Bimbingan orang tua dan keluarga dimaksudkan agar orang tua dan keluarga
dapat menerima keadaan residen, memberi dukungan, dan akan menerima kembali residen setelah menyelesaikan rehabilitasi.
7. Bimbingan Ketrampilan Kegian ini berupa vokalisasi, ketrampilan usaha survival skill, dan hal lain
yang dibutuhkan residen.
Universitas Sumatera Utara
8. Resosialisasi reintegrasi Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabilitasi yang diarahkan
untuk menyiapkan kondisi residen yang akan kembali kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi:
a. Pendekatan ke residen untuk persiapan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya.
b. Menghubungi dan memotivasi keluarga residen serta lingkungan masyarakat untuk menerima kembali residen.
c. Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan pendidikan.
9. Penyaluran dan bimbingan lanjut after care Dilakukan pemulangan residen kepada orang tua wali, disalurkan kepada
lembaga pendidikan dan instansi dan rangka melanjutkan pendidikan atau penempatan kerja. Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala dalam rangka
pencegahan kambuh dengan kegiatan konseling, kelompok, dan sebagainya. 10. Terminasi
Kegiatan ini berupa pengakhiran atau pemutusan program pelayanan dan rehabilitasi bagi residen yang telah mencapai target program.
2.5. Landasan Teori
Menurut Widianingsih 2009 yang mengutip pendapat Sadarjoen, masalah pokok remaja berpangkal pada pencarian identitas diri. Di masa transisi ini kebutuhan
remaja pun berubah, mereka butuh diakui, butuh diterima oleh lingkungannya dan
Universitas Sumatera Utara
butuh kebebasan. Kebutuhan ini sering kali mendorong mereka untuk mencoba sesuatu yang baru termasuk juga mencoba berkenalan dengan alkohol dan narkotika.
Menurut Widianingsih
2009 yang mengutip pendapat Santrock,
penyimpangan perilaku yang terjadi pada remaja seperti penggunaan alkohol dan narkotika merupakan salah satu efek dari tidak harmonisnya hubungan dalam
keluarga. Kedekatan remaja dengan orangtua dapat menunjang pembentukan kompetensi sosial dan keberadaan remaja secara umum, serta mempengaruhi harga
diri, kematangan emosional dan kesehatan secara fisik, sehingga kenyamanan hubungan dengan orangtua menimbulkan kepuasan bagi remaja yang akhirnya
berpengaruh terhadap terbentuknya harga diri. Penyesuaian diri dan peningkatan harga diri remaja pengguna narkotika sangat
dipengaruhi oleh peran orangtua dalam memberi dukungan terhadap penyesuaian diri mereka di dalam masyarakat, sehingga pendapat orang bahwa pengguna narkoba
adalah orang yang tidak bermanfaat dan produktivitasnya rendah tidak berlaku Widianingsih, 2009.
Menurut Widianingsih 2009 yang mengutip pendapat Papalia dan Olds, pemberian social support dari orang-orang yang berarti disekitar kehidupan akan
memberikan kontribusi yang terbesar dalam proses penyembuhan penderita ketergantungan narkoba.
Teman sebaya selain merupakan sumber referensi bagi remaja mengenai berbagai macam hal, juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk
mengambil peran dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan
Universitas Sumatera Utara
dukungan sosial. Dukungan yang dirasakan remaja yang diperoleh dari teman sebaya, remaja dapat merasa lebih tenang apabila dihadapkan pada suatu masalah.
Hal tersebut dapat menimbulkan keyakinan pada diri remaja bahwa apapun yang dilakukan oleh remaja akan mendapatkan dukungan dari teman sebayanya
Tarakanita, I., 2001. Menurut Yurliani 2007 yang mengutip pendapat Orford 1992, dukungan
sosial memiliki beberapa komponen, yaitu dukungan emosional emotional support, dukungan penghargaan esteem support, dukungan instrumental instrumental
support, dukungan informasi informational support, dukungan jaringan sosial companionship support.
Pemberian dukungan bagi pemulihan penyalahgunaan narkotika dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk perilaku kesehatan,
menurut Green dalam
Notoatmodjo 2005. Teori Green menyatakan bahwa perilaku ditentukan dari 3 faktor yaitu : 1 faktor predisposisi yaitu pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya; 2 faktor pemungkin yaitu, tersedianya fasilitas-fasilitas dan sarana, dan 3 faktor penguat yaitu, sikap dan perilaku tokoh
masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas serta dukungan keluarga. Menurut Wortman, individu yang sedang mengalami proses penyembuhan dari
suatu penyakit juga memerlukan social support yang seringkali sulit mereka dapatkan. Individu yang mengalami ketergantungan terhadap narkotika juga
merupakan salah satu kelompok yang memerlukan dukungan khusus karena adanya
Universitas Sumatera Utara
penolakan terhadap diri mereka, rasa malu, proses penyembuhan yang relatif lama ataupun rasa frustasi Yurliani, 2007.
2.6. Kerangka Konsep Penelitian
Gambar 2. 1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep diatas, maka dapat dijelaskan bahwa defenisi konsep dalam penelitian ini adalah variabel independen variabel bebas yang terdiri
dari dukungan orang tua dan teman sebaya diasumsikan dapat memengaruhi perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika di PSPP Insyaf Sumatera Utara
yang merupakan variabel dependen variabel terikat. Dukungan Orang Tua
− dukungan emosional − dukungan penghargaan
− dukungan instrumental − dukungan informasi
− dukungan jaringan sosial
Perkembangan Pemulihan Penyalahgunaan Narkotika
pada Remaja Dukungan Teman Sebaya
− dukungan emosional − dukungan penghargaan
− dukungan instrumental − dukungan informasi
− dukungan jaringan sosial
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei dengan pendekatan explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas terhadap terikat, yaitu
pengaruh dukungan orang tua dan teman sebaya terhadap perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika pada remaja di PSPP Insyaf Sumatera Utara.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PSPP Insyaf Sumatera Utara, Jl. Berdikari No. 37 Desa Lau Bakeri Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera
Utara dengan pertimbangan bahwa Pusat Rehabilitasi ini melakukan pola pelayanan sosial yang standar bagi korban penyalahgunaan narkoba untuk membantu para
korban dalam mencapai taraf hidup yang lebih baik sehingga pada akhirnya mereka dalam melakukan fungsi sosialnya dalam keluarga dan masyarakat.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini diperkirakan akan berlangsung selama 9 sembilan bulan, mulai dari bulan Mei 2011- Januari 2012 meliputi kegiatan penelusuran kepustakaan,
konsultasi judul, persiapan proposal penelitian, kolokium, pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, penyusunan hasil penelitian, seminar hasil penelitian,
dan ujian komprehensif.
Universitas Sumatera Utara