BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Dukungan Orang Tua terhadap Perkembangan Pemulihan Ketergantungan Narkotika
Hasil penelitian tentang variabel dukungan orang tua ditemukan yang mendapat dukungan dari orang tua dengan persentase tertinggi yaitu baik
perkembangan pemulihan ketergantungan narkotika sebanyak 90,6. Uji statistik menunjukkan variabel dukungan orang tua berpengaruh terhadap perkembangan
pemulihan ketergantungan narkotika. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi dukungan orang tua maka akan meningkatkan
perkembangan pemulihan ketergantungan narkotika. Menurut Soetjiningsih 2007 yang mengutip pendapat Marheni, bahwa
keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan pemulihan narkotika pada remaja, karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang
meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja, terutama orang tua. Sesuai dengan penelitian Widianingsih 2009, bahwa sebagai orang terdekat,
orang tua sangat memainkan peranan penting dalam perkembangan anaknya, apalagi jika berkaitan dengan kondisi pasca pemakaian narkotika dan memiliki relevansi
dengan adaptasi dan kehidupan anaknya dalam bermasyarakat. Dalam proses mendidik dan membina, orang tua hendaknya menciptakan sinergi keterbukaan dan
penerimaan pada anak sehingga dukungan orang tua akan sangat membantu anak remaja dalam menghadapi kondisi pasca sembuh narkotika. Dukungan dari orang tua
Universitas Sumatera Utara
terhadap anak yang mengalami ketergantungan narkotika akan berpengaruh terhadap peningkatan perkembangan pemulihan ketergantungan narkotika, anak akan merasa
diperhatikan dan berusaha untuk lebih memacu semangat dalam proses terapi ketergantungan narkotika yang sedang dilaksanakan.
Hal ini sesuai Oktarina, H. 2002 yang mengutip pendapat Setiyanto, bahwa dalam mendidik dan membina, orang tua hendaknya bertindak bijaksana,
menyediakan hati dan pikiran untuk anak-anaknya, namun terkadang kurang memperhatikan aspirasi remaja, kecendrungan orang tua memaksakan kehendaknya,
cenderung memerintah anak-anak untuk memenuhi keinginan orangtua. Remaja umumnya mendambakan orangtua sebagai figur yang mampu mendengarkan aspirasi
mereka, keluhan-keluhan, dan perasaan-perasaan mereka, sehingga terkadang terdapat pembatas antara remaja dan orangtua dalam berkomunikasi, bahkan bisa
menjadi konflik pada diri remaja. Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antara remaja
dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tuanya. Kadang-kadang remaja
menemui pertentangan dari orang tua yang dapat menimbulkan konflik, namun orang tua dalam melalui proses tersebut berusaha meminimalkan konflik dan membantu
anak remajanya untuk mengembangkan kebebasan berpikirnya dan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri. Konflik antara orang tua dan remaja juga dapat dipicu oleh
kesalahan komunikasi. Idealnya, komunikasi antara orang tua dan remaja bersifat terbuka sehingga tidak terjadi perselisihan Soetjiningsih, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa titik kritis komunikasi remaja dan orang tua adalah saling curiga, tidak menghargai, terlambat memberi tanggapan, terlalu cepat memotong, monopoli,
orang tua menghakimi, saling memaksakan keinginan, anak remaja merasa orangtua terlalu lamban, metode penyampaian. Untuk menjalin komunikasi yang intim mesra
dan bersahabat anatara orang tua dan remaja adalah: ciptakan saling pengertian, ciptakan atmosfer bersahabat, mendengarkan keluhan anak, berikan jalan keluar
bukan cela, jangan menjadi hakim, alat pendidikan, sabar mandengarkan, singkirkan hierarki, pola komunikasi yang baik, dan menjaga kesantunan Sahrani, dkk, 2008.
Dalam proses rehabilitasi, beberapa orang tua dari remaja yang menjalani terapi menyesali pola pengasuhan mereka karena telah mengabaikan perkembangan anak-
anaknya sehingga bisa terjerumus ke narkotika, hal ini membuat beberapa orang tua menjadi lebih peduli dengan perkembangan anaknya selama menjalani rehabilitasi
untuk menebus kesalahan mereka. Namun hal ini akan lebih baik ketika remaja menerima perhatian orang tuanya dengan pemikiran positif, karena ada remaja yang
berfikir bahwa kasih sayang yang diberikan orang tua selama rehabilitasi berlangsung sebagai topeng untuk menutupi kesalahan dan aib mereka Surbakti, 2008.
Menurut pekerja sosial di panti rehabilitasi Insyaf, setiap kunjungan orang tua, dan partisipasi orang tua untuk menghadiri undangan yang di adakan oleh panti
rehabilitasi Insyaf memberi semangat baru bagi remaja yang menjadi rehabilitasi. Mereka merasa di perhatikan oleh orang tuanya dan orang tua telah bisa menerima
kondisi mereka sebagai mantan pemakai narkotika.
Universitas Sumatera Utara
Pekerja sosial menjadi penghubung komunikasi antara remaja dan orang tua, dan memberikan informasi pada orang tua seputar remaja dan pelaksanaan rehabilitasi
narkotika yang dijalani remaja. Partisipasi orang tua untuk menghadiri undangan yang di adakan oleh panti rehabilitasi Insyaf memberi semangat baru bagi remaja
yang menjadi rehabilitasi. Mereka merasa di perhatikan oleh orang tuanya dan orang tua telah bisa menerima kondisi mereka sebagai mantan pengguna narkotika. Pekerja
sosial juga menjadi konselor, tempat berbagi cerita dan pemberi nasehat bagi remaja. Pekerja sosial mengatakan bahwa selama masa rehabilitasi, kunjungan orang tua
memberikan semangat bagi remaja, mereka merasa diperhatikan, masih dianggap anak yang bisa diharapkan, namun adapula remaja yang tidak baik hubungannya
dengan orang tuanya, hal ini dapat berubah bila interaksi antara pekerja sosial, orang tua dan remaja berjalan baik.
5.2. Pengaruh Dukungan Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Pemulihan Ketergantungan Narkotika