kerja lapangan. PM2P UISU adalah wadah pertama yangdipakai untuk masuk dalam kehidupan masyarakat , dimulai dengan prkatek penanaman tanaman tercontohan , para aktivis tadi mulai
diterima masyarakat. Setelah PM2P UISU , kemudian lahirlah secara berturut-turut transformasi sebenarnya dari advokasi petani , mulai dari Gerakan Tani Persil IV GTP IV , Aksi Solidarias
Mahasiswa Untuk Petani ASMUNI dan beragam kesatuan aksi lainnya. Namun meski seluruh bangunan ini dirasa berkembang dengan baik , tapi radikalisasi petani hanya bersifat sektoral.
Akhirnya puncak radikalisasi adalah pembentukan SMAPUR Solidaritas Mahasiswa dan Pemuda Untuk Rakyat , yang merupakan penyatuan seluruh kekuatan kelompok tani yang
tanahnya dipersengketakan dengan PTPN II. SMAPUR lahir sebagai hasil dari rembuk akbar yang berujung pada ikrar perjuangan
tanah dari kelima dusun pada hari minggu tanggal 26 Agustus 2007 pukul 13.00WIB bertempat di Lapangan SD Negeri Dusun Tungkusan
4.3. Letak dan Kedudukan Lembaga Kantor Induk
POSKO UTAMA : Jl. Utama Tanjung Morawa-Talun Kenas Dusun Tngkusan , Deli
Serdang.
Kantor Unit
POSKO ALTERNATIF : - Lapangan SD Negeri Dusun Tungkusan.
-
Desa Limau Mungkur di dalam areal lahan
-
Posko perjuangna tungkusan
-
Secretariat formadas Forum Mahasiswa Anti Kekerasan Jl. PON III Halat – Medan.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Struktur Organisasi Lembaga dan Staff Pendukung
Gambar 4.1. Struktur Organisasi SMAPUR
Koordinator SMAPUR : Juson Jusri Simbolon.
Comitee Organizer : - Ferdinand Sitompul
- Andi
- Moh Iqbal Harahap.
4.4.Pola dan kronologis Advokasi yang pernah dilakukan
a. Tahun 1940
Pada tahun 1940 rakyat telah mendiami tanah dan mendirikan bangunan rumah sebagai tempat tinggal dan menanam berbagai tanaman seperti pohon durian , jengkol , petai , pisang ,
jagung , padi dan berbagai tanaman lainnya sebagai mata pencaharian merek sebagai petani. Selanjutnya oleh negara tanah tersebut dilegalisasi menjadi milik rakyat dengan alas hak sebagai
Tanah Suguhan persil IV, seluas lebih kurang 600 ha , terletak di wilayah Desa Limau Mungkur,
Kooedinator
Mahasiswa Comitee Organiser
Petani Pemuda
SMAPUR
Universitas Sumatera Utara
Dusun Batuktak Desa Lau Barus dan Dusun Tungkusan desa Tadukan Raga, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara adalah sah menurut hukum maupun
dalam kebijakan Badan Pertanahan Nasional sendiri. b.
Tahun 1972 Pada tahun 1972 masa pemerintahan rezim Orde Baru tanpa alasan yang sah secara hukum,
sebagian besar tanah tersebut, yaitu seluas lebih kurang 525 Ha, telah diambil atau dikuasai oleh PTPN IX secara paksa sekarang PTPN II dengan cara mengusir bangunan rumah tempat
tinggal rakyat hingga sampai hancur dan rata dengan tanah, menebang pohon dan tanaman- tanaman yang telah ditanam rakyat. Lalu pihak PTPN II menanam pohon sawit dan karet diatas
tanah tersebut. Karena pada masa itu kondisi politik dalam negeri tidak memungkinkan untuk melakukan perlawanan atas tindakan semena-mena tersebut, masyarakat tidak melakukan
tindakan apapun. Setelah menunggu cukup lama akhirnya pecah reformasi tahun 1998. c.
Tahun 1998 Tahun 1998 peluang untuk mengambil kembali tanah yang dirampas tersebut terbuka.
Dengan terlaksananya Pertemuan Dengar Pendapat Komisi A DPRD Tk. II Kabupaten Deli Serdang yang pada saat itu dihadiri oleh Kepala Kantor Pertanahan DS., ADM PTPN II Persero
Kebun Limau Mungkur, Camat Kec. STM. Hilir, Kades. Tadukan Raga, Kades. Limau Mungkur, dan Kades. Lau Barus Baru tentang permasalahan tanah rakyat pada tanggal 27
Oktober 1998, dimana telah menyebutkan beberapa poin diantaranya yaitu tanah seluas lebih kurang 922 Ha tersebut tetap menjadi milik rakyat.
d. Tahun 1999
Oleh karena tanah terperkara seluas 922 Ha tersebut berada diluar areal tanah Hak Guna Usaha HGU PTPN II , pada tahun 1999 tepatnya saat Replanting, tanah tersebut telah dikuasai
Universitas Sumatera Utara
oleh rakyat sebagai alat produksi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akan tetapi beberapa bulan berselang pada tahun yang sama PTPN II kembali mengambil alih paksa tanah dengan
membabat habis tanaman-tanaman masyarakat. bahkan beberapa orang petani juga menjadi korban kekerasan pada saat terjadinya perampasan tabah tersebut.
Sejalan dengan itu, maka rakyat melakukan gugatan Perdata kepada pihak PTPN II untuk mengembalikan tanah serta membayar ganti rugi peminjaman yang ditaksir sebesar 2,5
milyar rupiah lebih per tahun sejak tahun 1972 sampai ganti rugi tersebut dipenuhi. Selain dari tuntutan diatas, rakyat juga menuntut ganti rugi sebesar 500 milyar rupiah karena dianggap telah
melanggar Hak Azasi Manusia. Dengan tuntutan seperti itu maka PTPN II melakukan Banding sampai akhirnya mereka mengajukan PK atas putusan MA.
e. Tahun 2005
Pada tahun 2005 rakyat kembali melakukan gugatan melalui pengadilan negeri lubuk pakam dengan No. 69PDT.G2005?PN-LP yang memutuskan bahwa tanah tersebut adalah milik
rakyat akan tetapi kembali lagi diajukan banding oleh PTPN II dengan dalil bahwa pohon yang tumbuh diatas tanah tersebut adalah milik PTPN II. Secara otomatis tanah tersebut belum
dipastikan milik siapa terperkara sehingga kedua pihak tidak boleh menguasai lahan. Namun tindakan sepihak telah dilakukan PTPN II melalui Perjanjian dalam bentuk Kerja Sama
Operasional KSO dengan Pihak Ketiga dengan isi perjanjian untuk memanen kelapa sawit diatas tanah terperkara tersebut. Jelas ini adalah tindakan melawan hukum. Masyarakat yang
merasa dirugikan segera memasuki lahan dan mencoba menguasai tanah yang mereka anggap adalah milik mereka dengan alas hak yang sah menurut hukum. Akan tetapi di lapangan
masyarakat mendapat halangan dari pihak aparat kepolisian dan TNI yang belum jelas alasannya mereka berada di lokasi tersebut, sebab jika ditanya mereka selalu mengatakan “kami hanya
Universitas Sumatera Utara
menjaga buah, ini perintah atasan”. Bahkan Aparat Kepolisian yang ada melakukan penangkapan beberapa warga yang mencoba memanen sawit. Dengan senjata lengkap aparat, akhirnya
masyarakat dipaksa mundur dari lahan, dan pihak ketiga tersebut secara bebas melakukan aktivitas memanen. Merasa tidak puas masyarakat kembali melakukan perlawanan dengan
menghadang truk pengangkut buah sawit dengan cara berbaris tanpa senjata. Karena supir takut menabrak masyarakat yang sebagian besar adalah kaum ibu, maka kendali diambil alih oleh
salah satu aparat polisi dan serta merta menabrak masyarakat yang melakukan perlawanan dan akhirnya 3 orang ibu-ibu menjadi korban dan harus dibawa kerumah sakit. Kejadian ini lantas
membuat masyarakat sekitar menjadi trauma untuk datang ke lahan, bahkan nyaris ingin melupakan haknya atas tanah. dan sampai saat ini rakyat terus di intimidasi dengan aksi-aksi
militerisme oleh kepolisiaan dan oknum TNI. f.
Tahun 2007 Pada awal juli 2007 mahasiswa dan pemuda atas nama Solidaritas Mahasiswa dan
Pemuda untuk Rakyat SMAPUR membantu persoalan yang dialami masyarakat persil IV ini, dengan melakukan investigasi kasus selama 1 satu bulan dengan bermodalkan pendidikan dan
keberanian melakukan pertemuan dengan masyarakat untuk membicarakan hal-hal seputar kasus yang dialami masyarakat serta informasi penting lainnya yang berhubungan dengan perjuangan
tanah persil IV tersebut. Dari beberapa dusun yang telah dilakukan pertemuan maka digagaslah sebuah pertemuan yang di sebut Rembuk Akbar dari seluruh dusun yang ada di persil IV yang
akan digelar di lapangan SD Negeri Tungkusan pada hari minggu 26 Agustus 2007 pukul 13.00 Wib sd selesai. Adapun isi yang akan dibicarakan dalam rembuk akbar adalah suara-suara dari
masyarakat 5 dusun tentang kondisi mereka, gagasan untuk memenangkan secara mutlak perjuangan tanah, sampai kepada Ikrar perjuangan rakyat atas tanah.
Universitas Sumatera Utara
g.
26 Agustus 2007 Pertemuan Rembuk Akbar dilakukan di halaman SD Negeri Tungkusan pada pukul
13.00. Adapun isi yang akan dibicarakan dalam rembuk akbar adalah suara-suara dari masyarakat 5 dusun tentang kondisi mereka, gagasan untuk memenangkan secara mutlak
perjuangan tanah, sampai kepada Ikrar perjuangan rakyat atas tanah. Dengan menghasilkan beberapa ikrar yaitu :
1.Tetap setia dam yakin dalam barisan perjuangan hak atas tanah suguhan persil IV yang di rampas oleh PTPN II sampai pada titik darah penghabisan.
2.Menolak dengan tegas tindakan kekerasan dan aksi militerisme baik oleh TNIPOLRI ,ataupun mobilisasi sipil dalam menghadapi persoalan persil IV deli serdang
3. Menuntut lembaga terkait untuk segera mengembalikan dan melegalisasi kepemilikan tanah petani persil IV
4. Meminta kepada seluruh elemen rakyat yang berpihak kepada petani persil IV untuk menggalang solidaritas.
h. Tanggal 10 september 2007 aksi pertama kali
Masyarakat, Mahasiswa beserta pemuda yang ikut melakukan pengorganisiran melakukan aksi turun kejalan untuk pertama kalinya. Rekan-rekan mahasiswa yang ikut turun
kejalan mengatasnamakan ASMUNI Aksi Solidaritas Untuk Petani. Dengan sasaran aksi adalah kantor DPRSU, kantor GUBSU dan POLDASU. Dengan tuntutan: Kembalikan Tanah
Rakyat PERSIL IV, Segera bentuk Tim penyelesaian Tanah Rakyat PERSIL IV, Hentikan segala bentuk intimidasi dan tindak kekerasan yang dilakukan pihak kepolisian dan pihak ketiga. Dan
Universitas Sumatera Utara
aksi ini menghasilkan keputusan akan dilaksanakan pertemuan dengar pendapat antara pihak yang terkait yang difasilitasi oleh komisi A DPRSU.
i. Tanggal 24 oktober 2007 Dengar Pendapat.
Mengundang semua unsur muspida , BPN , Petani dan instansi terkait. j.
Tanggal 1 november 2007 Ampera. Karena pembentukan tim untuk menyelesaikan kasus tanah terserbut tidak juga
kunjung selesai maka mahasiswa dan beberapa perwakilan dari masyarakat malakukan aksi turun kejalan kembali dengan sasaran aksi adalah kantor GUBSU. Dan proses delegasi terlaksana akan
tetapi proses delegasi tersebut tidak menghasilkan apa-apa, pihak GUBSU hanya memberikan janji secara lisan akan mempercepat proses pembentukan tim tersebut dengan menunjukan surat
disposisi bahwasanya pihak DPRDSU telah memberikan surat kepada pihak GUBSU untuk membentuk tim penyelesaian kasus tanah tersebut.
k. 10 desember 2007