Melalui perdagangan Proses Awal Penyebaran Islam di Kepulauan Indonesia

Proses Perkembangan Islam di Indonesia 65 5. Melalui seni budaya Dalam menyebarkan agama Islam, sebagian wali menggunakan media seni budaya yang sudah ada dan disenangi masyarakat. Pada perayaan hari keagamaan seperti Maulid Nabi, misalnya, seni tari dan peralatan musik tradisional gamelan dipakai untuk meramaikan suasana. Sunan Kalijaga yang sangat mahir memainkan wayang memanfaatkan kesenian ini sebagai sarana untuk menyampaikan agama Islam kepada masyarakat, yaitu memasukkan unsur-unsur Islam dalam cerita dan pertunjukannya. Senjata Puntadewa yang bernama Jimat Kalimasada, misalnya, dihubungkan dengan dua kalimat syahadat yang berisi pengakuan terhadap Allah dan Nabi Muhammad. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal agama Islam dan tertarik ingin menjadikan Islam sebagai agamanya.

6. Melalui dakwah

Penyebaran Islam di Nusantara, terutama di Jawa, sangat berkaitan dengan pengaruh para wali yang kita kenal dengan sebutan wali sanga. Mereka inilah yang berperan paling besar dalam penyebaran agama Islam melalui metode dakwah. Konsep dan Aktualita Wali sanga oleh masyarakat Islam Jawa dianggap sebagai manusia-manusia yang tinggi ilmu agamanya dan memiliki kesaktian yang luar biasa. Dalam politik Sunan Kudus, misalnya, erat kaitannya dengan perebutan kekuasaan di Demak dan Sunan Giri pun besar pengaruhnya dalam kekuasaan politik di Hitu. Gelar sunan yang mereka sandang menunjukkan bahwa kedudukan mereka dapat disejajarkan dengan raja. Adapun para wali yang berjumlah sembilan wali sanga itu sebagai berikut.

1. Sunan Ampel atau Raden Rahmat, seorang kemenakan dari permaisuri Kertawijaya 1467, dimakamkan

di Ampel Surabaya. 2. Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi, dimakamkan di Gresik. 3. Sunan Giri atau Raden Paku, makamnya di Giri dekat Gresik. 4. Sunan Drajat, putra Sunan Ampel, dimakamkan di Sidayu, Lawas. 5. Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim seorang putra Sunan Ampel. 6. Sunan Kudus, putra Sunan Ngudug, panglima bala tentara para wali yang menyerbu Majapahit 1478. 7. Sunan Muria seorang pejuang melawan Majapahit, kemudian bertapa. Makamnya terdapat di sebelah kawah Gunung Muria.

8. Sunan Kalijaga yang mempunyai nama asli Raden Sahid adalah menantu Sunan Gunung Jati di

Cirebon. Akan tetapi, Sunan Kalijaga menolak untuk tinggal di Cirebon dan akhirnya mengikuti perintah Sultan Trenggana menetap di Kadilangu, Demak.

9. Sunan Gunung Jati, orang Pasai, kawin dengan saudara perempuan Sultan Trenggana Demak,

kemudian berhasil menaklukkan Cirebon dan Banten. Makamnya terletak di Gunung Jati sebelah utara Cirebon. 66 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI IPS Tugas Carilah literatur atau sumber-sumber sejarah lainnya yang mengungkapkan perkembangan Islam di daerah tempat tinggal Anda. Susunlah rangkumannya dalam bentuk artikel. Buatlah mading yang memuat artikel Anda dan teman-teman sekelas. Sertakan foto-foto dan gambar ilustrasi agar lebih jelas dan menarik

B. Perkembangan Tradisi Islam di Berbagai Daerah dari Abad ke-15 sampai ke-18

Pada masa sebelum datangnya Islam, pusat-pusat pemerintahan kerajaan di Indonesia umumnya memiliki tanah lapang yang luas alun-alun. Di empat penjuru tanah lapang itu terdapat bangunan-bangunan penting, seperti keraton, tempat pemujaan, dan pasar. Jika dilihat dari sudut arsitektur, masjid kuno beratap tingkat meru misalnya beratap dua yaitu masjid Agung Cirebon, masjid Katangka di Sulawesi, masjid Muara Angke, Tambora dan Marunda di Jakarta; masjid beratap tiga yaitu masjid Demak, Baiturrahman Aceh, masjid Jepara; dan masjid beratap lima yaitu masjid Agung Banten. Masjid kuno Indonesia yang mempunyai atap bertingkat telah mengundang pendapat beberapa ahli yang mengatakan bahwa hal itu merupakan kelanjutan dari seni bangunan tradisional Indonesia lama. Ada beberapa bukti yang mendukung pendapat itu, di antaranya sebagai berikut. 1. Bangunan-bangunan Hindu di Bali yang disebut Wantilan atapnya juga bertingkat. 2. Relief yang ada di candi-candi pada masa Majapahit juga terdapat ukiran yang meng- gambarkan bangunan atap bertingkat. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi akulturasi antara seni bangun tradisional Indonesia dengan seni bangun. Dalam seni ukir dan lukis terjadi akulturasi antara seni ukir dan seni lukis Islam dengan seni lukis dan seni ukir tradisional Indonesia yang dapat kita jumpai pada bangunan masjid-masjid kuno dan keraton. Ukir-ukiran yang biasa dipahatkan pada tiang-tiang, tembok, atap, mihrab, dan mimbarnya dibuat dengan pola makara dan teratai. Dalam perkembangan selanjutnya, muncul pula seni kaligrafi, yaitu seni melukis indah dengan huruf Arab. Dalam seni tari dan seni musik juga terjadi akulturasi yakni beberapa upacara dan tarian rakyat. Di beberapa daerah ada jenis tarian yang berhubungan dengan nyanyian atau pembacaan tertentu yang berupa selawat atau slawat kompang. Bentuk-bentuk tarian itu misalnya permainan dabus dan seudati. Permainan dabus adalah suatu jenis tarian atau pertunjukan kekebalan terhadap senjata tajam dengan cara menusukkan benda tajam tersebut pada tubuhnya. Tarian ini diawali dengan nyanyian atau pembacaan Alquran atau selawat nabi. Permainan ini berkembang di bekas-bekas pusat kerajaan seperti Banten, Minangkabau, Aceh. Adapun seudati adalah seni tradisional rakyat Aceh yang berupa tarian atau nyanyian. Pertunjukan dilakukan oleh sembilan atau sepuluh orang pemuda dengan memukul-mukulkan telapak tangan ke bagian dada. Dalam seudati pemain juga menyanyikan