Perlawanan Kapitan Pattimura 1817 Perlawanan terhadap Kolonial Belanda

102 Cakrawala Sejarah SMAMA Kelas XI IPS

c. Jalannya perang Pembantu-pembantu Pangeran Diponegoro adalah Kiai Mojo, Sentot Ali Basa

Prawirodirjo , dan Pangeran Mangkubumi. Pusat pergerakan ialah di Selarong. Sistem yang dipergunakannya adalah perang gerilya dan perang sabil. Pangeran Diponegoro juga dianggap penyelamat negara dan seorang pemimpin yang besar sehingga mendapat julukan Sultan Abdul Hamid Erucokro Amirulmukmin Syayidin Panotogomo Kalifatulah Tanah Jawa . Pada saat itu, Belanda dipimpin Jenderal De Kock yang mempergunakan cara: 1 siasat Benteng Stelsel, di setiap daerah yang dikuasai didirikan benteng yang mempersempit gerilya Pangeran Diponegoro sehingga pasukannya terpecah-pecah; 2 mengangkat kembali Sultan Sepuh agar tidak dibenci oleh rakyat Mataram; 3 mempergunakan politik devide et impera. Melihat sistem Belanda yang cukup berbahaya ini, Pangeran Diponegoro memindahkan markasnya ke Plered, Dekso, dan Pangasih. Daerah Pacitan dan Purwodadi juga berhasil dipertahankan. Serdadu Belanda terus digempur oleh pasukan Diponegoro sehingga 2.000 orang tentara Belanda tewas. Pada tahun 1828 – 1830 Pangeran Diponegoro menghadapi kesulitan-kesulitan berikut. 1 Tahun 1838 Kiai Mojo mengadakan perundingan dengan Belanda di Mangi, tetapi gagal. Kiai Mojo ditangkap dan diasingkan ke Minahasa dan tahun 1849 wafat lalu dimakamkan di Tondano. 2 Tahun 1839 Pangeran Mangkubumi menyerah karena sudah tua. 3 Tahun 1829 Sentot Prawirodirjo mengadakan perundingan dengan Belanda. Ia bersedia menyerah, asalkan menjadi pemimpin pasukan. 4 Tahun 1830 Pangeran Dipokusumo menyerahkan putra Pangeran Diponegoro. Kenyataan tersebut tidak melemahkan Pangeran Diponegoro. Ia terus berjuang, bahkan Belanda sampai mengeluarkan sayembara: Apabila ada yang berhasil menyerahkan Pangeran Diponegoro akan mendapat uang 20.000 ringgit . Namun, tidak ada yang bersedia. Akhirnya Belanda berhasil menangkap Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830 dan dibawa ke Batavia dengan kapal Pollaz, terus diasingkan ke Manado. Pada tahun 1834 dipindahkan ke Makassar dan akhirnya wafat pada tanggal 8 Januari 1855. Perang Diponegoro yang panjang membawa akibat sebagai berikut. 1 Wilayah Mataram Yogyakarta dan Surakarta menjadi sempit, PB VI yang ikut melawan Belanda akhirnya dibunuh di Ambon 1830. 2 Belanda memperoleh daerah Surakarta – Yogyakarta sebagai daerah yang diperas kekayaannya. 3 Adanya sebagian cukai yang dihapus untuk mengurangi kerusuhan.

4. Perlawanan Aceh 1873 – 1904

Perang Aceh meletus pada tahun 1873 ketika terjadi pertentangan kepentingan politik dan ekonomi antara Kesultanan Aceh dan pemerintah kolonial Belanda. Belanda sudah Perkembangan Pengaruh Barat dan Perubahan Ekonomi .... 103 memiliki keinginan untuk menguasai Aceh sejak tahun 1824, saat itu Aceh terkenal sebagai penghasil separuh persediaan lada di dunia. Kesempatan diperoleh ketika Inggris membiarkan Belanda menguasai Aceh daripada jatuh ke tangan Amerika Serikat atau Prancis.

a. Sebab-sebab umum

1 Belanda melaksanakan Pax Nederlandica. 2 Aceh merupakan daerah yang strategis bagi pelayaran dan perdagangan yang menolak campur tangan Belanda. 3 Inggris tidak akan menghalangi jika Belanda memperluas daerah ke Sumatra.

b. Sebab khusus

Aceh menolak terhadap penguasaan Belanda atas Sumatra, walaupun secara sepihak Belanda telah mengeluarkan Traktat Sumatra 1871 yang memberi hak Belanda dapat berkuasa di Sumatra. Untuk menghadapinya, Aceh bersahabat dengan Turki dan Amerika Serikat. Di Aceh terdapat dua kelompok pemimpin rakyat. 1 Golongan bangsawan yang berjiwa nasionalis golongan teuku: Teuku Umar, Dawotsyah, Panglima Polim, Muda Baeet, dan Teuku Leungbata. 2 Golongan ulama golongan tengku dipimpin Tengku Tjik Di Tiro.

c. Jalannya perang

1 Masa permulaan 1873 – 1884 Belanda menyerang di bawah Kohler, tetapi Kohler sendiri tewas sehingga Belanda menarik pasukannya. Pimpinan pasukan diganti oleh Van Swietten yang berusaha membentuk pasukan jalan kaki infateri, pasukan berkuda kavaleri, dan pem- bangunan militer genie. Semangat rakyat Aceh tidak kendor, bahkan Jenderal Van der Heyden tertembak sehingga buta jenderal buta. 2 Masa konsentrasi stelsel 1884 – 1896 Pada masa ini, Tengku Tjik Di Tiro gugur. Karena itu, Teuku Umar mengubah cara dengan berpura-pura menyerah kepada Belanda tahun 1893. Belanda memberi penghargaan berupa uang 18.000, 800 senjata, 250 tentara, dan Teuku Umar diberi gelar Teuku Johan Pahlawan. Hal itu hanya merupakan siasat saja, Teuku Umar kembali menyerang Belanda bersama istrinya Tjoet NjaDien. Belanda merasa sulit menundukkan Aceh sehingga memanggil Dr. C. Snouck Hurgronje untuk meneliti budaya Aceh. Tersusunlah buku yang berjudul De Atjeher. 3 Masa akhir perlawanan 1896 – 1904 Pada tahun 1899 di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Perjuangannya dilanjutkan Tjoet Nja Dien yang terus bergerilya. Karena Aceh sudah tidak berdaya, Belanda mengeluarkan Plakat Pendek yang isinya: a Aceh mengakui kedaulatan Belanda di Sumatra, b Aceh tidak akan berhubungan dengan negara asing, dan c Aceh akan menaati perintah Belanda.